Bola.com, Jakarta - Teks Editorial merupakan satu di antara jenis teks yang dipelajari dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Teks editorial adalah jenis teks yang biasanya ada dalam surat kabar.
Teks editorial dalam suatu media massa cetak biasanya berada dalam rubrik yang sama, yakni opini. Dalam teks editorial tersebut berisi pendapat atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi perbincangan publik.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tersebut mengenai beberapa pokok masalah.
Jadi, isi dalam teks editorial adalah menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas. Adapun isu tersebut bisa berupa masalah ekonomi, sosial atau budaya, politik, dan lain-lain.
Pengungkapan dalam teks ini harus dilengkapi dengan bukti, fakta, maupun alasan yang logis agar pembaca atau pendengar bisa menerimanya. Kemudian dalam teks editorial terdapat argumentasi yang menguatkan sikap penulis terhadap masalah yang berkembang dalam masyarakat.
Seperti jenis teks lainnya, teks editorial mempunyai ciri khusus pada struktur dan kaidah kebahasaan yang digunakan. Apa saja struktur teks editorial dan kaidah kebahasaannya?
Berikut ini struktur teks editorial dan kaidah kebahasaannya yang perlu diketahui, dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia terbitan Kemdikbud, Rabu (30/11/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Struktur Teks Editorial
1. Pengenalan isu
Pengenalan isu merupakan bagian pendahuluan teks editorial. Fungsinya adalah mengenalkan isu atau permasalahan yang akan dibahas dalam bagian berikutnya.
Pada bagian pengenalan isu disajikan peristiwa persoalan aktual, fenomenal, dan kontrovesial. Pernyataan pendapat/tesis yang berisi sudut pandang penulis tentang masalah yang dibahas.
Biasanya tesis merupakan teori yang diperkuat dengan argumen.
2. Penyampaian pendapat/argumen
Bagian ini merupakan bagian pembahasan yang berisi tanggapan redaksi terhadap isu yang sudah diperkenalkan sebelumnya.
Argumentasi, berupa alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan umum atau data hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun fakta-fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.
3. Penegasan
Penegasan dalam teks editorial berupa simpulan, saran atau rekomendasi. Di dalamnya juga terdapat harapan redaksi kepada para pihak terkait dalam menghadapi atau mengatasi persoalan yang terjadi dalam isu tersebut.
Pernyataan/penegasan ulang pendapat, berisi penegasan ulang pendapat yang didukung fakta untuk memperkuat atau menegaskan keseluruhan isi teks editorial.
Advertisement
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
1. Adverbia frekuentatif
Adverbia frekuentatif adalah adverbia yang mempertegas ekspresi kepastian. Dalam tradisi struktru fungsional linguistik (SFL), hal ini sering juga disebut modalitas.
Contoh adverbia frekuentatif adalah: selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap.
2. Konjungsi
Konjungsi yang digunakan pada teks editorial adalah konjungsi eksternal temporal, konjungsi internal penegasan, dan konjungsi kausalitas/sebab-akibat
3. Modalitas
Satu di antara ciri kebahasaan teks editorial adalah adanya penggunaan kalimat pendapat dan pandangan seorang penulis terhadap suatu permasalahan (tesis).
Untuk menunjukkan hal ini, teks editorial membutuhkan ciri kebahasaan yang lain, yaitu modalitas. Modalitas adalah cara penulis menyatakan sikap dalam sebuah komunikasi.
Beberapa bentuk modalitas di antaranya adalah: memang, niscaya, pasti, sungguh, sangat, tentu, tidak, bukan (untuk menyatakan kepastian), agaknya, barangkali, mungkin, rasanya, rupanya (untuk menyatakan kesangsian), semoga, mudah-mudahan (menyatakan keinginan), jangan (larangan), mustahil (keheranan).
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
4. Verba/kata kerja
Verba dalam linguistik struktural harus dianalisis berdasarkan struktur klausa. Hal ini disebabkan skema informasi diterapkan pada tataran klausa. Kita tidak bisa menerapkan verba hanya pada tataran jenis kata semata.
Verba terbagi menjadi enam jenis proses: material, tingkah laku (behavioural), verbal, mental, relasional, dan eksistensional.
Dalam teks editorial, terdapat tiga jenis proses verba, yaitu material, mental, dan relasional.
A. Verba material
Verba ini menekankan adanya proses dalam melakukan sesuatu. Proses material membutuhkan dua partisipan yang disebut (1) pelaku dan (2) yang dikenai pelaku.
B. Verba mental
Verba mental adalah verba yang menjelaskan proses dalam merasakan. Ada tiga hal yang dijelaskan dalam proses ini, yaitu
- Persepsi: (melihat, mendengar, mencium, mengecap, meraba)
- Afeksi: (suka, takut, benci)
- Kognisi: (berpikir, memahami, mengetahui)
Dalam proses mental terdapat dua partisipan yang disebut yang merasakan (perasaan sadar untuk melihat, merasakan, atau berpikir) dan fenomena (hal yang dirasakan atau dipikirkan)
C. Proses relasional
Verba relasional adalah proses untuk menjadi sesuatu. Ada tiga tipe proses relasional, yaitu:
- Intensif a adalah b (membentuk hubungan persamaan di antara dua entitas)
- Keadaan a ada pada b (mendefinisikan suatu entitas berada pada suatu tempat, waktu, atau sikap)
- Posesif/kepemilikan a memiliki b (mengidentifikasi bahwa satu entitas memiliki yang lain)
Setiap tipe proses di atas menciptakan dua model:
a. Atributif (b adalah atributif untuk a)
Proses ini membutuhkan dua partisipan, yaitu penanda dan petanda atau penyandang dan sandangan.
b. Identifikatif (b adalah identitas bagi a)
Proses ini membutuhkan dua partisipan, yang disebut token dan yang teridentifikasi dan partisipan nilai dan pengidentifikasi.
Sumber: Kemdikbud
Baca artikel seputar teks editorial lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement