Bola.com, Jakarta - Simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan, dan diderita orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, ada dua pengertian simpati. Pertama, simpati adalah rasa kasih; rasa setuju (kepada); rasa suka.
Baca Juga
Advertisement
Pengertian simpati yang kedua ialah keikutsertaan merasakan perasaan (senang, susah, dan sebagainya) orang lain.
Dibandingkan dengan rasa kasihan, simpati menyiratkan rasa kesamaan yang lebih besar bersama dengan keterlibatan pribadi yang lebih mendalam.
Namun, simpati, tidak seperti empati, tidak melibatkan perspektif bersama atau emosi bersama, dan kendati ekspresi wajah simpati menunjukkan kepedulian dan perhatian, mereka tidak menunjukkan kesusahan bersama.
Agar lebih paham lagi, berikut rangkuman tentang simpati, disadur dari Merdeka, Rabu (14/12/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Simpati
Agar orang mengalami simpati terhadap orang lain, beberapa elemen diperlukan yaitu sebagai berikut seperti yang dilansir dari Skills You Need:
- Kamu harus memperhatikan orang lain
Teralihkan membatasi kemampuan kita untuk merasakan simpati.
- Tingkat kemalangan orang lain
Persepsi kita tentang tingkat kemalangan akan menentukan tingkat simpati. Misalnya, seseorang dengan goresan di lututnya akan mendapatkan simpati yang lebih sedikit daripada orang lain dengan patah kaki.
Kita juga lebih cenderung bersimpati terhadap seseorang yang tampaknya mendapatkan kemalangan mereka bukan karena akibat ulah mereka.
Anak yang jatuh saat berlari ke arah orang tua akan mendapatkan simpati yang lebih besar daripada anak yang melakukan sesuatu yang secara khusus dilarang, dan sebagai akibatnya jatuh.
Advertisement
Penyebab Simpati
- Tingkat simpati juga mungkin dipengaruhi oleh keadaan tertentu
Kita umumnya cenderung lebih bersimpati terhadap seseorang yang secara geografis lebih dekat daripada seseorang di belahan dunia lain. Hal ini adalah kedekatan spasial.
Kita juga lebih simpatik terhadap orang-orang yang sama seperti kita (ras, agama,dan lain-lain). Hal ini disebut kedekatan sosial.
Selain itu, kita lebih cenderung bersimpati jika pernah mengalami situasi yang sama secara pribadi dan merasa sulit. Namun, terus-menerus menghadapi situasi yang sama atau serupa akan mengurangi simpati.
Misalnya, pertama kali kita melihat gambar atau mendengar tentang gempa bumi, kita mungkin termotivasi untuk menyumbangkan uang untuk meringankan penderitaan.
Namun, jika ada gempa bumi lain di tempat lain beberapa hari kemudian, kita mungkin merasa kurang simpatik, situasi yang terkadang disebut sebagai kelelahan karena belas kasih.
- Simpati itu bawaan, tetapi juga dipelajari
Anak-anak berusia 12 bulan diamati menunjukkan perilaku simpatik, misalnya memberikan mainan kepada orang tuanya tanpa disuruh, atau menangis saat bayi lain menangis. Kondisi tersebut merupakan respons simpatik yang sangat mendasar. Beberapa anak secara inheren lebih sosial dan simpatik.
Namun, seiring anak belajar dan berkembang, kemampuan mereka untuk merasakan simpati juga berkembang saat mereka belajar dari orang tua dan orang lain di sekitar mereka.
Mengingat remaja sering digambarkan menunjukkan perilaku egois, tampaknya kemampuan untuk bersimpati terus berkembang sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, bahkan mungkin juga hingga dewasa.
Hal ini berarti kamu dapat mengembangkan kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan simpati hingga setelah dewasa.
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Ani Mardatila. Published: 5/2/2021)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.