Bola.com, Jakarta - Chromium adalah satu di antara jenis mineral yang yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan meningkatkan metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid. Ini adalah elemen logam yang dibutuhkan setiap orang, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat kecil.
Dua jenis yang saat ini diketahui dari chromium adalah trivalen (chromium 3+) dan heksavalen (chromium 6+).
Baca Juga
Advertisement
Bentuk trivalen ditemukan dalam makanan dan suplemen, sedangkan heksavalen beracun ditemukan dalam polusi industri.
Lantaran efeknya yang berkaitan dengan aktivitas insulin, chromium adalah nutrisi penting.
Beberapa orang menggunakan chromium untuk mengatur diabetes, penambahan berat badan, sindrom metabolik, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan kadar kolesterol darah.
Agar lebih paham lagi, berikut rangkuman tentang chromium, disadur dari Merdeka, Kamis (29/12/2022)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Manfaat Chromium
Para peneliti belum memahami sepenuhnya apa yang dilakukan chromium dalam tubuh, tetapi mineral tersebut dapat membantu tubuh memecah dan menyerap karbohidrat, lemak, dan protein.
Beberapa orang menggunakan suplemen chromium adalah untuk mengontrol gula darah pada pengidap diabetes, mengelola sindrom metabolik dan sindrom ovarium polikistik, mengontrol berat badan, dan meningkatkan massa otot. Akan tetapi, penelitian yang mendukung manfaat ini juga kurang.
Diabetes Tipe 2
Dampak chromium pada aktivitas insulin telah mendorong penelitian untuk melihat apakah mineral ini dapat meningkatkan kontrol gula darah kepada orang dengan diabetes tipe 2. Namun, penelitian yang dilakukan menghasilkan temuan yang beragam.
Bukti yang coba mencari manfaat ini pada chromium adalah uji coba terkontrol acak tahun 1997, yang mengevaluasi apakah asupan kromium yang lebih tinggi dapat meningkatkan glukosa (gula darah) dan kadar insulin pada orang dengan diabetes tipe 2.
Peneliti memberi 180 peserta yang menderita diabetes 100 mcg chromium picolinate, 500 mcg chromium picolinate, atau plasebo dua kali sehari selama empat bulan.
Pada dua dan empat bulan, kelompok yang diberi 500 mcg memiliki konsentrasi glukosa serum yang lebih rendah secara signifikan dibanding kelompok 100 mcg. Selain itu, dibandingkan dengan plasebo, kedua kelompok chromium secara signifikan dapat mengurangi konsentrasi fasting insulin dan konsentrasi insulin setelah tantangan glukosa pada dua dan empat bulan.
Baru-baru ini, tinjauan 2016 mengevaluasi suplemen chromium untuk kontrol glikemik pada orang dengan diabetes tipe 2.
Studi yang dipublikasikan di Nutrition Review, meninjau 20 uji coba terkontrol secara acak. Hanya beberapa percobaan yang dapat mencapai tujuan pengobatan dengan suplementasi chromium sehingga hal ini menunjukkan efektivitasnya yang terbatas.
Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang terjadi bersamaan, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
Lantaran resistensi insulin merupakan bagian integral dari kondisi tersebut dan chromium adalah nutrisi yang bisa berperan dalam aktivasi insulin, beberapa penelitian coba difokuskan untuk menemukan kemungkinan manfaatnya dalam sindrom metabolik.
Penelitian yang dilakukan terbatas dan memiliki beragam hasil. Ketika sebuah penelitian yang sudah lama menemukan adanya beberapa hubungan antara chromium dan respons insulin, penelitian yang baru tidak demikian.
Misalnya, uji klinis 2018 yang mengevaluasi apakah suplementasi chromium dapat mengurangi detak jantung saat beristirahat pada orang yang menderita sindrom metabolik.
Peneliti memberi 70 peserta dewasa 300 mcg chromium selama 24 minggu. Hasilnya, suplemen tidak memengaruhi kadar glukosa fasting, HbA1c, lingkar pinggang, tekanan darah, atau kadar lipid. Namun, justru dapat mengurangi detak jantung saat istirahat.
Advertisement
Manfaat Chromium
Sindrom Ovarium Polikistik
Sindrom ovarium polikistik, atau PCOS, adalah gangguan endokrin yang dapat memengaruhi kesuburan. Lantaran hubungan antara diabetes dan PCOS, beberapa penelitian berfokus pada khasiat chromium untuk mengurangi resistensi insulin dalam kondisi tersebut.
Satu di antara penelitian tentang chromium adalah tinjauan sistematis dan meta-analisis 2017 mengevaluasi efek suplementasi chromium pada PCOS.
Dalam tujuh uji coba terkontrol secara acak yang berlangsung delapan hingga 24 minggu, para peneliti menemukan bahwa suplementasi chromium dalam ukuran 200 mcg hingga 1.000 mcg setiap hari tidak berpengaruh pada glukosa darah atau kadar hormon total. Namun, secara signifikan dapat mengurangi indeks massa tubuh (BMI) dan kadar insulin fasting.
Studi chromium pada PCOS masih terbatas dan menunjukkan hasil yang beragam. Maka itu tidak mudah untuk menarik kesimpulan, dan diperlukan lebih banyak penelitian.
Dislipidemia
Dislipidemia adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki kadar lipid (kolesterol) darah yang tidak normal.
Lantaran penelitian telah menemukan korelasi antara kadar chromium rendah dengan kadar kolesterol darah tinggi, beberapa peneliti coba berfokus pada kemungkinan suplementasi chromium untuk meningkatkan kadar lipid darah.
Dalam uji coba terkontrol secara acak tahun 2015, para peneliti mempelajari efek suplementasi chromium pada orang dengan diabetes tipe 2.
Peneliti membagi peserta menjadi kelompok kontrol (plasebo) dan suplemen (600 mcg per hari) selama empat bulan. Ketika studi menemukan efek yang signifikan dari suplementasi terhadap konsentrasi glukosa, mereka tidak menemukan perbedaan antara suplemen dan kelompok plasebo pada kolesterol.
Namun, sebuah studi 2018 memiliki hasil yang lebih menjanjikan. Uji coba terkontrol secara acak mengevaluasi efek chromium pada risiko kardiometabolik.
Selama percobaan delapan minggu dengan 40 peserta, para peneliti menemukan bahwa 200 mcg chromium per hari dapat menurunkan trigliserida serum dan kolesterol total secara signifikan dibandingkan dengan plasebo.
Penelitian tentang dislipidemia masih terbatas dan saling bertentangan. Maka itu diperlukan lebih banyak penelitian.
Penurunan Berat Badan dan Peningkatan Massa Otot
Beberapa suplemen chromium sering dijual untuk membantu menurunkan berat badan, mengurangi lemak tubuh, dan meningkatka massa otot.
Klaim ini didasarkan pada teori bahwa mengatur gula darah dapat mengurangi keinginan untuk banyak makan. Hubungan antara chromium dan insulin ini telah mendorong penelitian yang terbatas pada subjek.
Misalnya, meta-analisis 2019 yang meneliti efek suplementasi chromium pada berat badan. Penelitian ini melibatkan 1.316 peserta dalam 21 percobaan yang berlangsung selama sembilan hingga 24 minggu.
Mereka yang mengonsumsi 200 hingga 1.000 mcg chromium per hari kehilangan lebih banyak berat badan dan mengurangi BMI serta persentase lemak tubuh mereka secara signifikan dibandingkan dengan plasebo.
Studi lain juga menemukan manfaat sederhana. Namun, kualitas buktinya masih rendah dan signifikansi klinisnya kecil.
Efek Samping
Ada beberapa efek samping umum yang berasal dari suplemen chromium. Namun, tidak ada kekhawatiran tentang efek samping jika kamu mengonsumsi chromium dalam dosis yang sesuai. Sebagian besar efek samping yang muncul berkaitan dengan asupan chromium yang berlebihan.
Efek Samping Parah
Efek samping yang parah dikaitkan dengan dosis chromium yang berlebihan. Orang dengan penyakit ginjal dan hati mungkin lebih rentan terhadap efek ini, yang meliputi:
- Penurunan berat badan
- Anemia (sel darah merah rendah)
- Trombositopenia (trombosit rendah)
- Disfungsi hati
- Gagal ginjal
- Rhabdomyolysis (kerusakan otot)
- Dermatitis (eksim)
- Hipoglikemia
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Andre Kurniawan. Published: 13/7/2022)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement