Bola.com, Jakarta - Proses negosiasi menjadi bagian yang tidak bisa untuk dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kamu menawar harga ketika ingin membeli suatu barang yang diinginkan.
Negosiasi adalah metode yang digunakan untuk mengatasi perbedaan antara orang yang satu dengan yang lainnya agar mendapatkan kesepakatan bersama. Hal ini juga disebut sebagai kompromi atau kesepakatan.
Baca Juga
Advertisement
Adapun tujuan negosiasi untuk mencapai hasil terbaik, adil atau demi keuntungan bersama, dan tetap menjaga hubungan baik antarpelaku negosiasi.
Terlepas dari itu, negosiasi dapat terjadi dalam bentuk percakapan yang dibuat menjadi tulisan atau dikenal sebagai teks negosiasi.
Namun, untuk menulisnya apalagi dalam bentuk narasi terbilang cukup sulit, terlebih bagi pemula.
Nah, bagi kamu yang kebingungan, bisa mencermati contoh teks negosiasi dalam bentuk narasi pada artikel ini.
Berikut ini beberapa contoh teks negosiasi dalam bentuk narasi, yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi, dikutip dari laman Wargamasyarakat dan Udfauzi, Senin (9/1/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Teks Negosiasi dalam Bentuk Narasi 1
Pagi itu, penjual ikan keliling yang biasa mengelilingi kompleks perumahan di mana Bu Wati tinggal, datang. Bu Wati yang memang sudah berlangganan dengan penjual ikan kemudian menghampiri dan mulai mencari ikan yang hendak dibeli.
Langsung saja Bu Wati memilih jenis ikan yang dibawa oleh penjual. Ketika hendak menentukan jenis ikan yang akan dibeli, antara ikan bandeng dan ikan baronang, Bu Wati menanyakan kepada penjual mengenai kualitas kedua jenis ikan tersebut.
Sang penjual mengatakan bahwa semua ikan yang dibawanya kesegarannya terjamin karena baru subuh tadi diambil dari tempat pelelangan ikan. Karena ikan baronang tampak lebih baik daripada ikan bandeng maka Bu Wati memilih membeli ikan Baronang. Namun, ia tiba-tiba teringat dengan suaminya yang sangat ingin memakan ikan bandeng maka ia putuskan untuk membeli ikan bandeng.
Setelah memutuskan membeli ikan bandeng, Bu Wati kemudian menanyakan berapa harga yang ditawarkan oleh penjual ikan tersebut. Seekor ikan bandeng dihargai Rp15.000, tapi jika membeli sebanyak empat ekor harganya cuma Rp50.000 saja. Bu Wati merasa harga yang ditawarkan penjual terlalu mahal mengingat ikan bandeng yang sering ia beli di pasar harganya hanya Rp10.000 per ekornya.
Maka, Bu Wati menawar ikan bandeng tersebut dengan harga Rp40.000 untuk empat ekor. Sang penjual menolak dengan alasan ia tidak mendapatkan keuntungan jika menjual ikannya dengan harga yang ditawarkan Bu Wati. Kemudian, penjual ikan menurunkan sedikit dari harga semua yakni Rp47.000. Namun, Bu Wati merasa jika harga tersebut masih tergolong mahal untuk ikan bandeng.
Bu Wati kemudian menaikkan sedikit tawarannya menjadi Rp43.000. Si penjual ikan menyetujui penawaran kedua Bu Wati karena dia merasa harga ini sudah cocok dan bisa mendapatkan sedikit keuntungan.
Di sisi lain, Bu Wati juga merasa harga ini pantas untuk ikan bandeng. Kalaupun ada perbedaan harga dari ikan yang sering ia beli di pasar, hanya Rp3.000 saja. Setelah harga disepakati, Bu Wati membayar ikan bandeng yang dibelinya.
Advertisement
Contoh Teks Negosiasi dalam Bentuk Narasi 2
Sudah sebulan lebih penduduk desa geger karena isu akan dibangunnya jalan melintasi kompleks pekuburan. Rencana ini sebenarnya telah lama digagas oleh kantor desa karena sangat dibutuhkan untuk mempermudah akses ke jalan utama.
Staf desa pun telah mengukur area yang akan terkena badan jalan. Tiba-tiba pula warga mendatangi Pak RT mengadakan pertemuan mendadak hari Sabtu sore di rumahnya untuk membicarakan rencana pembangunan jalan tersebut.
"Para warga yang saya hormati, saya tahu kerisauan Bapak Ibu sekalian. Mari kita membicarakan masalah ini dan mencari solusinya. Saya sebagai perpanjangan tangan bapak Kepala Desa akan menjelaskan rencana tersebut," kata Pak RT membuka pertemuan.
"Begini Pak RT, kami sebagai warga masyarakat menilai bahwa pembangunan jalan tersebut tidak tepat. Karena, badan jalannya akan mengenai makam. Kami menyatakan tidak setuju dengan pembangunan tersebut," kata seorang warga.
"Iya, memang seperti itu nantinya, ada beberapa makam yang akan tepat di lewati badan jalan. Namun, jalan ini sangat dibutuhkan oleh seluruh warga desa. Sekarang ini warga harus memutar sangat jauh untuk menuju ke jalan provinsi. Jika jalan baru ini sudah jadi, maka jaraknya akan sangat dekat," kata Pak RT menjelaskan.
"Apa tidak sebaiknya Pak rencana tersebut dipindahkan ke lokasi lain. Mengingat, area yang akan dibangun adalah pekuburan, kami tidak mau makam keluarga kami dirusak karena pembangunan jalan baru ini," sahut warga lainnya.
"Dipindahkan ke lokasi lain kayaknya tidak mungkin Pak, karena dana dari desa sangat terbatas. Kita pasti harus melakukan pembebasan tanah terlebih dahulu dan ini membutuhkan dana yang sangat besar. Berbeda dengan tanah lokasi pekuburan tersebut, tanahnya adalah milik desa," Pak RT menjelaskan.
Pak RT melanjutkan; "soal makam keluarga Bapak Ibu, tetap akan diperlakukan secara layak. Kita akan pindahkan makam yang terkena dampak ke tempat lain di dalam kompleks pekuburan. Jadi, desa akan menanggung semua biaya pembuatan makam baru."
"Kalau begitu memang rencana kantor desa, kami setuju asalkan makam keluarga kami dipindahkan dengan makam yang baru dan layak. Kami juga sadari bahwa jalan itu memang penting buat warga, hanya saja kami risau dengan makam tersebut."
"Baiklah kalau begitu Bapak ibu, kiranya kita semua sudah sepakat dengan pembangunan jalan itu. Saya berterima kasih kepada bapak-ibu sekalian yang mau membicarakan ini secara baik-baik dan menerima rencana pembangunan jalan tersebut," kata Pak RT senang.
Contoh Teks Negosiasi dalam Bentuk Narasi 3
Pada Minggu sore seorang anak remaja yang bernama Budi berkunjung ke toko hendak membeli tas sekolah karena tas yang ia pakai selama ini telah rusak. Ia mendatangi satu di antara toko penjual tas di kawasan pertokoan.
Sesampainya di toko tersebut, Budi bertanya-tanya kepada si penjual tentang kisaran harga dan kualitas tas yang dijual di toko tersebut.
"Pak, saya sedang mencari tas sekolah yang harganya terjangkau. Kira-kira yang mana yah pak?"
"Oh iya Dek, harga tas di sini bermacam-macam, mulai harga Rp100.000 sampai Rp500.000."
"Oh begitu yah. Apa boleh melihat model dan warna tasnya Pak?"
"Boleh Dek, di sebelah sini. Ikut Bapak saja."
Budi pun mengikut si penjual berkeliling melihat-lihat tas. Di satu di antara rak, Budi melihat tas yang membuatnya tertarik, ia suka model dan warnanya. Ia menghampiri rak tersebut dan menanyakan harga tasnya ke penjual.
"Kalau boleh tahu harga tas yang ini berapa ya Pak?"
"Kalau yang ini harganya Rp250.000, Dek."
Budi merasa harga tersebut mahal, tetapi ia terlanjur suka dengan tasnya. Ia pun mencoba menawar.
"Kok, mahal banget ya Pak, apa tidak bisa ditawar?"
"Iya Dek, karena tas ini keluaran terbaru, kualitasnya juga bagus. Memangnya mau ditawar berapa Dek?"
"Rp180.000 aja pak tasnya"
"Aduh Dek, kalau harga segitu belum bisa."
"Saya tambah deh Pak Rp10.000, jadi Rp190.000 bagaimana Pak?"
"Maaf dek belum boleh turunnya terlalu banyak. Bagini saja, Bapak turunkan menjadi Rp235.000 bagaimana? Itu sudah harga yang paling murah."
"Turunin dikit dong Pak, Rp220.000 aja."
"Iya deh kalau begitu, boleh diambil dengan harga segitu"
Setelah sepakat dengan harga tasnya, mereka berdua beranjak menuju tempat kasir untuk membayar harga tas. Akhirnya, Budi mendapatkan tas sekolah yang ia inginkan.
Â
Sumber: Wargamasyarakat, Udfauzi
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement