Bola.com, Jakarta - Kritik dan esai merupakan dua jenis karangan yang memiliki kemiripan. Kedua jenis tulisan tersebut sama-sama menyampaikan argumen, tetapi beda tujuan penyampaiannya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan kritik dan esai dalam bahasa Indonesia? Hal tersebut tentu perlu dimengerti dan dipahami agar tidak keliru saat menyampaikannya.
Baca Juga
Advertisement
Kritik adalah penilaian terhadap suatu karya secara seimbang, baik kelemahan maupun kelebihannya. Karya yang dikritik biasanya berupa karya seni, baik karya sastra, musik, lukis, buku, maupun film. Fokus dari kritik adalah menilai karya.
Sementara esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sekilas dari sudut pandang pribadi penulis. Fokus dari esai mengarah pada cara pandang seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa.
Perlu diingat juga, saat menulis kritik dan esai harus melakukan analisis dan penilaian secara objektif terlebih dahulu agar dapat dipercaya.
Untuk lebih jelasnya, bisa menyimak contoh kritik dan esai. Ada beberapa contoh kritik dan esai yang bisa kamu pahami di artikel ini.
Berikut ini contoh-contoh kritik dan esai yang bisa dipahami isinya, dilansir dari Modul Bahasa Indonesia SMA terbitan Kemdikbud, Selasa (10/1/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Kritik Sastra
Hatiku Selembar Daun
Karya: Sapardi Djoko Darmono
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin kupandangi, yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
Kritik Sastra yang diutarakan:
Syair yang berjudul "Hatiku Selembar Daun" ini berarti tentang seseorang yang meratapi sikap dan nasibnya selama dia hidup. Dia sadar bahwa hidupnya tidak akan berlangsung lebih lama lagi, dan waktu tak akan pernah bisa terulang.
Ia sangat menyesali hal yang telah diperbuatnya selama dia hidup, dia ingin mengubah sikapnya. Kendati dia tahu waktunya tak akan lama lagi, dia melakukan yang terbaik sebelum kematiannya tiba.
Advertisement
Contoh Kritik
Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung
Penulis: Purwana Adi Saputra
Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud.
Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan santri.
Contoh Esai
Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. Sastro
Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Namun, peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, jika peraturan itu justru potensial destruktif.
Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, pertentangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu. Sejauh mana keterlibatan seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya.
Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaannya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian sendiri?
Advertisement
Contoh Esai
Pemuda Agen Pembaharuan dalam Bingkai Politik
Pemuda saat ini seakan begitu antipati dengan politik. Bagaimana tidak? Mindset mereka tentang politik telah sangat negatif, apalagi ditambah dengan pengaruh peran media yang selalu menyajikan praktik-praktik politik dalam negeri yang penuh intrik dan kesan negatif.
Hal inilah yang menyebabkan pemuda menjauh dan menarik diri dari ranah politik. Mereka menganggap politik adalah sebuah virus mematikan yang harus dijauhi kapan pun dan di mana pun, membuat pemuda menjadi orang-orang yang anti politik. Para pemuda anti politik ini, dapat kita lihat jelas ketika pemilihan, baik umum maupun darrah. Banyaknya rakyat yang memilih golput (golongan putih), dan sebagian besarnya adalah dari tokoh pemuda.
Sumber: Kemdikbud
Baca artikel seputar contoh lainnya dengan mengeklik tautan ini.