Bola.com, Jakarta - Autoimun adalah penyakit yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh seseorang justru menyerang tubuh diri sendiri.
Penyakit autoimun terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh, padahal seharusnya menjadi benteng bagi tubuh dalam melawan penyakit dan sel asing, seperti bakteri dan virus.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit autoimun ini dapat memengaruhi hampir seluruh bagian tubuh, termasuk otak, saraf, otot, kulit, sendi, jantung, dan lain sebagainya. Tergantung jenisnya, penyakit autoimun ini bisa memengaruhi satu atau banyak jaringan tubuh.
Ada banyak jenis penyakit autoimun. Misalnya, diabetes mellitus tipe 1, psoriasis, sclerosis multiple, inflammatory bowel disease (IBD), penyakit Graves, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), SLE (systemic lupus erythematosus), dan rheumatoid arthritis.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan terkait penyakit autoimun, disadur dari Klikdokter, Senin (16/1/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Penyakit Autoimun
Setelah mengetahui apa itu autoimun, kamu juga perlu tahu jenis-jenisnya. Beberapa penyakit autoimun yang cukup sering ditemui adalah:
Diabetes melitus tipe 1
Pada kondisi ini, sistem daya tahan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas.
Artritis reumatoid
Pada artritis reumatoid, sistem daya tahan tubuh dapat menyerang persendian. Ini kemudian menyebabkan keluhan seperti kemerahan, rasa panas, nyeri, dan kekakuan pada persendian tubuh.
Psoriasis
Psoriasis menyebabkan sel kulit menjadi berlipat ganda dengan cepat. Sel yang berlebih tersebut menumpuk dan membentuk ruam merah yang bersisik pada kulit bagian tubuh tertentu.
Sklerosis multipel
Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada selubung mielin, lapisan pelindung yang menyelimuti sel saraf. Kerusakan pada selubung mielin tersebut dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti rasa baal, kelemahan, gangguan keseimbangan, dan kesulitan berjalan.
Sistemik lupus eritematosus
Lupus dapat memengaruhi berbagai organ dalam tubuh. Beberapa gejala yang umum terjadi pada individu yang mengalami kondisi ini adalah nyeri pada persendian, rasa lelah, dan ruam pada kulit.
Inflammatory bowel disease (IBD)
Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi adanya peradangan pada lapisan usus. Dua tipe IBD yang paling sering terjadi adalah penyakit Crohn, yang dapat terjadi pada bagian saluran cerna mana pun, dan kolitis ulseratif, yang umumnya memengaruhi usus besar dan rektum.
Advertisement
Contoh Penyakit Autoimun
Penyakit Addison
Penyakit Addison dapat memengaruhi kelenjar adrenal, yang memproduksi hormon kortisol dan aldosteron. Kekurangan hormon-hormon tersebut dapat memengaruhi cara tubuh menyimpan dan menggunakan karbohidrat dan gula.
Beberapa gejala yang dapat timbul adalah kelemahan, penurunan berat badan, dan kadar gula darah rendah.
Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menyerang kelenjar tiroid pada leher dan menyebabkan peningkatan produksi hormon tiroid. Hormon tiroid berfungsi mengendalikan penggunaan energi atau metabolisme pada tubuh.
Peningkatan kadar hormon tiroid dapat menyebabkan tanda dan gejala berupa rasa gugup, peningkatan denyut jantung, intoleransi terhadap udara panas, dan penurunan berat badan.
Satu di antara tanda yang cukup sering ditemui pada penyakit Graves adalah kondisi bola mata yang menonjol, yang disebut sebagai eksoftalmus.
Sindrom Sjogren
Kondisi ini menyerang persendian dan kelenjar yang memberikan lubrikasi atau pelumasan pada mata dan mulut. Tanda yang khas pada sindrom Sjogren adalah nyeri sendi, mata kering, dan mulut kering.
Tiroiditis Hashimoto
Pada penyakit ini, produksi hormon tiroid mengalami penurunan. Beberapa tanda dan gejala dari tiroiditis Hashimoto adalah peningkatan berat badan, sensitivitas terhadap udara dingin, rasa lelah, kerontokan rambut, dan pembesaran kelenjar tiroid.
Contoh Penyakit Autoimun
Miastenia gravis
Miastenia gravis memengaruhi saraf yang membantu otak untuk menggerakkan otot. Saat terjadi kerusakan pada saraf-saraf tersebut, sinyal yang diproduksi oleh otak tidak dapat mengarahkan otot untuk bergerak.
Gejala yang paling sering diamati adalah kelemahan otot yang memburuk dan aktivitas dan membaik dengan istirahat. Kondisi ini sering melibatkan otot yang mengendalikan kemampuan mengunyah dan otot pergerakan wajah.
Vaskulitis
Vaskulitis dapat terjadi apabila sistem daya tahan tubuh menyerang pembuluh darah. Peradangan yang terjadi dapat mempersempit pembuluh darah arteri dan vena sehingga darah yang mengalir melalui pembuluh darah menjadi berkurang.
Anemia pernisiosa
Kondisi ini memengaruhi protein yang disebut sebagai faktor intrinsik, yang membantu usus untuk menyerap vitamin B12 dari makanan. Tanpa vitamin tersebut, tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup. Anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada mereka yang lanjut usia.
Penyakit celiac
Mereka dengan kondisi ini tidak dapat mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, yakni protein yang ditemukan pada gandum dan produk gandum. Saat sistem daya tahan tubuh mendeteksi adanya gluten di saluran cerna, sistem tersebut akan menyerangnya dan menyebabkan terjadinya peradangan.
Advertisement
Gejala Penyakit Autoimun
Ada 80 penyakit lebih yang dikategorikan penyakit autoimun. Beberapa di antaranya punya gejala awal, seperti:
- ruam kulit
- kelelahan
- nyeri dan dan kaku persendian
- pegal otot
- demam
- diare persisten dan gangguan pencernaan
- rambut rontok
- sulit konsentrasi
- kesemutan di tangan dan kaki
- jantung berdebar dan mudah berkeringat
Meski punya gejala awal yang sama, setiap jenis penyakit autoimun bisa memiliki gejala tersendiri yang spesifik. Misalnya, psoriasis, yakni kondisi peradangan di kulit, ditandai dengan ruam merah, kulit kering, tebal, bersisik, dan mudah terkelupas.
Diabetes tipe 1 bisa membuat pengidapnya merasa lemas, sering haus, serta berat badan turun tanpa sebab jelas.
Disadur dari: Klikdokter.com (Published: 20/3/2022)
Yuk, baca artikel kesehatan lainnya dengan mengikuti tautan ini.