Bola.com, Jakarta - Episentrum adalah istilah yang sering disebut untuk menunjukkan titik permukaan pusat gempa. Umumnya, titik gempa ini dapat dideteksi oleh seismograf saat terjadi gempa di suatu wilayah.
Saat terjadi gempa, beberapa wilayah yang dekat dengan episentrum biasanya akan mengalami goncangan yang kuat. Getaran gempa ini bisa merambat ke beberapa daerah lainnya, meski dalam kekuatan yang ringan.
Baca Juga
Advertisement
Dengan begitu, daerah yang dekat dengan episentrum kemungkinan akan mengalami kerusakan yang parah terutama ketika kekuatan gempa tergolong tinggi.
Maka itu, penting bagi setiap pemerintah, khususnya di negara yang sering terjadi gempa, harus memiliki teknologi serta sumber daya manusia yang memadai untuk menganalisis berbagai hal tentang gempa.
Dengan begitu, informasi bisa disalurkan lebih baik dan mitigasi bencana juga bisa ditangani secara lebih efektif.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan tentang episentrum, disadur dari Merdeka, Kamis (19/1/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mengenal Episentrum Gempa
Sebelum memahami perbedaan episentrum dengan hiposenter, perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan episentrum.
Episentrum adalah istilah yang sering disebut untuk menunjukkan titik pusat gempa. Namun, secara ilmu, episentrum adalah titik permukaan bumi yang paling banyak mengalami guncangan gempa.
Jika dilihat dari struktur bumi, episentrum terletak di atas fokus atau hiposenter gempa. Di mana episentrum ini tidak lain permukaan bumi yang menerima getaran kuat karena terletak di atas hiposenter.
Tak heran, episentrum lebih mudah terdeteksi daripada hiposenter yang menjadi titik fokus pergerakan lempeng, yang menimbulkan gempa bumi.
Saat gelombang seismik menghantam permukaan ketika terjadi gempa, episentrum adalah tempat pertama yang akan merasakan pergerakan atau guncangan ini. Namun, hal ini tidak selalu terjadi.
Jika pecahnya gempa bumi sangat besar, lokasi hiposenter awal mungkin merupakan satu di antara dari beberapa lokasi di mana energi dilepaskan.
Contoh gempa bumi di mana goncangan lebih parah jauh dari pusat gempa adalah Gempa Alaska 2002. Untuk peristiwa itu, kerusakan paling banyak terjadi di 330 km timur dari pusat gempa, di ujung lain patahan.
Advertisement
Mengenal Hiposenter Gempa
Setelah memahami episentrum adalah permukaan titik pusat gempa, selanjutnya akan dijelaskan tentang hiposenter gempa.
Hiposenter adalah lokasi di mana gempa bermula dari suatu lokasi di dalam bumi. Ketika gempa bumi dimulai, dua sisi patahan bergerak melawan satu sama lain dan melepaskan tekanan.
Sesar adalah zona rekahan antara dua blok batuan (sering kali dua lempeng tektonik). Lantaran suatu eror atau kesalahan, blok dibiarkan bergerak relatif satu sama lain. Ketika gerakan terjadi dengan cepat, saat itulah terjadi gempa bumi.
Hiposenter terjadi di mana gerakan atau slip ini pertama kali dimulai.
Kedalaman hiposenter menentukan seberapa dangkal atau dalam gempa tersebut. Gempa bumi dangkal cenderung lebih merusak karena energi yang dilepaskan lebih dekat ke permukaan, menyebabkan goncangan yang lebih parah.
Gempa dangkal biasanya memiliki rentang kedalaman 0-70 km. Gempa sedang memiliki rentang kedalaman 70-300 km. Sedangkan gempa dalam memiliki rentang kedalaman di bawah 300 km.
Kendati jangkauannya dangkal mulai dari 0 km, gempa bumi tidak dapat terjadi di permukaan bumi. Dua balok batu harus meluncur untuk menghasilkan gempa.
Perbedaan Episentrum dan Hiposenter
Setelah mengetahui pengertian episentrum dan hiposenter, bisa jadi muncul pertanyaan apa perbedaan antara episentrum dan hiposenter.
Dari penjelasan di atas, dipahami bahwa episentrum adalah permukaan titik pusat gempa, sedangkan hiposenter adalah titik gempa yang pertama dimulai dari dalam bumi.
Keduanya memang menunjukkan aktivitas terjadinya getaran gempa. Namun, satu fokus yang menjadi perbedaan dari kedua hal ini adalah letak terjadinya guncangan gempa.
Hiposenter terjadi di dalam bumi, sedangkan episentrum cenderung merujuk pada tempat pertama di permukaan bumi yang mengalami guncangan.
Letak episentrum belum tentu menunjukkan hiposenter gempa, walaupun biasanya episentrum berada di atas fokus hiposenter. Khususnya, jika gempa yang terjadi sangat besar dan menyebar ke daerah yang luas.
Bisa jadi hiposenter awal menyebabkan guncangan energi terjadi ke beberapa wilayah. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan episentrum di wilayah lain yang bukan tepat di atas hiposenter justru mengalami guncangan yang lebih besar dan parah.
Tidak heran, gempa bumi termasuk jenis bencana alam yang sulit untuk diprediksi kapan terjadinya dan bagaimana efek kerusakan yang ditimbulkan.
Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk memahami berbagai hal tentang gempa bumi dan mengerti bagaimana cara mitigasi yang tepat saat terjadi gempa. Dengan pengetahuan yang cukup, dapat meningkatkan jumlah korban yang bisa selamat dari bencana gempa.
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Ayu Isti. Published: 4/9/2022)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement