Bola.com, Jakarta - Balapan Formula Satu (F1) memiliki kompleksitas tinggi. Sinergi dalam tim menjadi kunci utama meraih kesuksesan, baik sebagai individu maupun konstruktor. Artinya, ketidakkompakan dan ketidakseimbangan bakal berjung malapetaka.
Ilustarinya, punya mobil yang hebat tetapi jika pengemudinya buruk, hasilnya pasti mengecewakan. Andai memiliki pembalap yang hebat tetapi dukungan tim yang buruk, kesuksesan akan selalu menjauh dari Anda.
Baca Juga
5 Hot News BRI Liga 1 2024 / 2025 Sore Ini : Ramai Kekonyolan Ada 12 Pemain PSM di Lapangan sampai Sindiran Persita untuk Persib Bandung
Besok, 2 Laga Piala AFF 2024 yang Bikin Tegang Fans Timnas Indonesia, Ada Apa Nih ?
Daftar Pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 yang Berasal dari Pegadaian Liga 2: Menjadi Benteng Terakhir Pertahanan
Advertisement
Dalam sejarah olahraga ini, ada saat-saat ketika para pembalap telah berusaha sekuat tenaga tapi justru mengalami kekecawaan. Bah, kok begitu? Teryata, selidik punya selidik, tak ada sinergi dalam tim. Oalahhh, pantas ambyar.
Di bawah ini tiga di antaranya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fernando Alonso-Ferrari (2012)
Alonso merupakan satu di antara pembalap termoncer di F1. Hanya saja, si ganteng yang kini berusia 41 tahun itu pernah mengalami kekecewaan nan amat sangat.
Musim F1 Fernando Alonso pada 2012 menjadi musim terbaiknya. Sial baginya, Ferrari, mobil yang jadi jagoan, ternyata tak kompetitif. Namun bukan Alonso namana jika tak mampu keluar dari masalah disaat tak terpikirkan oleh orang lain.
Dia memenangkan balapan di Malaysia dalam kondisi berbahaya berkat pengambilan keputusan yang cerdas dan kecemerlangan dalam cuaca yang ekstrim. Ia tidak mundur selangkah sejak saat itu dan seterusnya karena ia memaksimalkan hasil di setiap balapan meski tidak selalu memiliki mobil yang mampu menang.
Namun, itu ternyata tidak cukup karena Ferrari terkesan lamban membuat Alonso tetap kompetitif melawan Sebastian Vettel di Red Bull-nya. Walhasil, Alonso kehilangan gelar di balapan terakhir musim itu.
Tidak ada seorang pun di paddock yang bisa menudingnya sebagai seseorang yang tidak memberikan segalanya dalam performa. Intinya, Alonso mempertahankan kesepakatannya, tapi Ferrari tidak bisa!
Advertisement
Kimi Raikkonen-McLaren (2005)
Penggemar era baru mungkin tidak menyadarinya, tetapi Kimi Raikkonen adalah bakat alam yang luar biasa. Setidaknya sampai dia memenangkan gelar F1 pertamanya pada 2007.
Dia dengan mudah menjadi satu di antara pembalap tercepat. Entah itu adu cepat satu lap serta perpanjangan waktu dalam balapan. Raikkonen mampu melakukan semuanya.
Musim F1 edisi 2005 bisa dibilang 'puncak Kimi Raikkonen' dan di mata banyak orang, dia seorang pembalap yang menjadi ancaman bagi seluruh pesaingnya. Beberapa kemenangan balapan Raikkonen musim itu sangat menakjubkan.
Lap kualifikasinya di Monaco, di mana dia baru saja menghancurkan benchmark yang ditetapkan oleh Alonso. Ada juga balapan di Spa, di mana dia bermain-main dengan lapangan sebelum dia menang. Begitu juga masterclass di Suzuka di mana dia melewati lapangan untuk menang, adalah contoh bakat yang memang perlu dipamerkan.
Sayangnya, mobil McLaren tidak bisa diandalkan. Mobil rusak secara rutin dan membuat Kimi kehilangan banyak poin. Hasil akhir, cakewalk menuju gelar untuk Alonso. Di mobil yang lebih andal, perebutan gelar bisa jadi jauh berbeda, tetapi ternyata tidak demikian.
Michael Schumacher-Ferrari (1997)
F1 musim 1997 sering dikenang sebagai musim di mana Michael Schumacher mencoba menabrak Jacques Villeneuve untuk merebut gelar di balapan terakhir musim itu. Ya, memang ada benarnya juga, dan apa yang dilakukan pembalap Jerman itu di balapan terakhir musim itu sangat mengejutkan.
Karena itu, aspek lain cenderung dilupakan, termasuk fakta Schumacher tidak berhak memperebutkan gelar. Mobil yang dimilikinya tidak cukup bagus untuk menghadapi Williams yang perkasa. Faktor lain, Schumacher mampu bertahan selama ini dalam perburuan gelar hampir mengejutkan.
Apakah kita memaafkan apa yang dilakukan Michael di balapan terakhir musim itu? Tentu saja tidak! Namun, Schumacher tidak akan pernah berada di posisi itu jika dia memiliki mobil yang lebih kompetitif.
Dia melaju di depan Villeneuve di balapan terakhir musim itu, tetapi mobilnya tidak cukup bagus untuk bersaing dengan Williams.
Sumber: Sportskeeda
Advertisement