Bola.com, Jakarta - Zat aditif adalah segala jenis bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dengan berbagai tujuan. Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, aditif adalah zat yang ditambahkan pada suatu produk, misalnya sebagai penambah warna, penyedap rasa, pengawet pada makanan.
Baca Juga
Advertisement
Zat aditif pada makanan ini digunakan untuk menambah dan memperkuat rasa, membuat warna yang lebih menarik, mengawetkan, memberi aroma, mengentalkan, dan mengemulsi bahan makanan.
Meski begitu, penggunaan zat aditif buatan telah diatur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM RI). Aturan ini mencakup dosis yang disetujui agar aman dikonsumsi.
Ada beberapa jenis zar aditif yang sering digunakan pada makanan. Apa saja jenis-jenis zat aditif?
Berikut ini jenis-jenis zat aditif pada makanan beserta penjelasannya yang perlu diketahui, dilansir dari Buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP Kelas VIII terbitan Kemdikbud, Jumat (10/2/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Zat Aditif pada Makanan
Zat Pemanis
Contoh zat pemanis alami adalah gula pasir, gula aren, gula kelapa. Tujuan dari zat pemanis ini adalah untuk menambah rasa. Sementara zat pemanis buatan yang sering kita temui di bahan makanan seperti permen atau soda adalah aspartam, sorbitol, dan siklamat.
Mengkonsumsi zat pemanis secara berlebihan akan memicu penyakit, seperti diabetes.
Zat Pewarna
Zat pewarna bertujuan untuk membuat warna makanan menjadi lebih menarik sehingga menggugah selera.
Zat pewarna alami seperti kunyit, bunga telang, buah naga, atau daun suji biasa digunakan untuk memberi warna makanan dan tergolong aman untuk dikonsumsi.
Makanan yang diwarnai dengan pewarna sintetis, terutama pewarna kain, akan menimbulkan penyakit berbahaya bagi tubuh seperti kanker.
Advertisement
Zat Aditif pada Makanan
Zat Penyedap
Pernah mendengar istilah makanan tidak enak tanpa micin? Nama ilmiah micin adalah Monosodium Glutamat (MSG), zat yang berfungsi untuk meningkatkan rasa makanan menjadi lebih gurih dan nikmat.
MSG tidak baik jika dikonsumsi berlebihan karena akan berdampak buruk untuk kesehatan, seperti menyebabkan pusing dan sakit kepala. Batas maksimal untuk konsumsi MSG adalah 120 mg/kg berat badan.
Sebenarnya bumbu-bumbu dapur seperti garam, bawang putih, bawang bombay, merica juga bisa menjadi zat penyedap serta tentu saja lebih sehat dan alami.
Zat Pengawet
Zat pengawet ditambahkan untuk memperpanjang umur makanan dan mencegah pembusukan. Pengasinan dan pemanisan adalah cara alami untuk memperpanjang umur makanan.
Contoh zat pengawet buatan seperti asam benzoat, natrium benzoat, dan potasium benzoat. Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat pengawet secara berlebihan akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti kanker.
Zat Aditif pada Makanan
Zat Pemberi Aroma
Biasanya produsen makanan akan menambahkan zat pemberi aroma seperti aroma buah-buahan untuk menggugah selera. Mereka menambahkan zat pemberi aroma supaya menyerupai aroma buah alami.
Bisa jadi makanan atau minuman yang kalian konsumsi bukan berasal dari buah alami, tetapi hanya makanan atau minuman yang berperisa buah.
Zat Pengental dan Pengemulsi
Zat pengental dan pengemulsi makanan diberikan agar dapat menstabilkan dan memberi struktur pada makanan sehingga terlihat lebih menarik. Contoh zat pengental adalah agar-agar, tapioka, dan gelatin.
Pengemulsi bertujuan untuk mempertahankan penyebaran lemak di dalam air agar tidak pecah. Contoh pengemulsi adalah lesitin yang terdapat pada makanan seperti mayonaise dan mentega.
Sumber: Kemdikbud
Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement