Bola.com, Jakarta - Bulu tangkis adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Di Indonesia, bulu tangkis termasuk satu di antara olahraga populer.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bulu tangkis adalah permainan dengan memakai raket dan kok yang dipukul melampau jaring yang direntangkan di tengah lapangan.
Baca Juga
Advertisement
Dalam praktiknya, bulu tangkis atau badminton dimainkan dengan menggunakan raket, suttlecock, net, dan lapangan bulu tangkis. Seperti jenis perlombaan olahraga pada umunya, pemain tunggal maupun ganda berusaha meraih poin sebanyak-banyaknya.
Pemain tunggal maupun ganda dikatakan menang jika bisa memenangkan dua set secara langsung. Jika terjadi hasil yang sama kuat dalam dua set, dilanjutkan dengan set ketiga.
Dalam olahraga ini tidak hanya membutuhkan keterampilan saja, tetapi juga gerakan tubuh yang lincah dan kuat. Selain itu, ada beberapa teknik dasar yang perlu dikuasai.
Itulah sedikit pengertian tentang permainan bulu tangkis. Bagi kamu yang suka dengan olahraga tersebut, penting juga mengetahui sejarahnya.
Berikut ini sejarah singkat bulu tangkis di dunia dan Indonesia yang perlu diketahui, dilansir dari laman emodul.kemdikbud.go.id, Senin (13/2/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sejarah Bulutangkis Dunia
Dalam perkembangannya, sejarah bulu tangkis berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu. Namun, bulu tangkis juga disebut-sebut di India dan China.
Nenek moyang terdahulu, diperkirakan ialah sebuah permainan China, Jianzi, yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan.
Di Inggris, sejak zaman pertengahan, permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya dari menyentuh tanah.Â
Permainan itu populer menjadi kegiatan harian di jalan-jalan London pada 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.
Dalam sejarah bulu tangkis, Inggris membawa permainan ini ke Jepang, China, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia, yang kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka.
Olahraga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas tentara Britania di Pune, India, pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara bersaingan.
Maka itu, Kota Pune dikenal sebagai Poona, menjadikan permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.
Advertisement
Sejarah Bulu Tangkis Dunia
Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olahraga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860, dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul Badminton Battledore - a new game (Battledore bulutangkis - sebuah permainan baru).
Ini untuk melukiskan permainan tersebut dimainkan di gedung badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort’s di Gloucestershire, Inggris.
Dasar peraturan dalam sejarah bulu tangkis yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi bulu tangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya pada 1899 dengan kejuaraan All England.
Bulutangkis sekarang menjadi sebuah olahraga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olahraga ini, dan di negara-negara Skandinavia.
International Badminton Federation (IBF) didirikan pada 1934 dan mencatatkan Inggris, Irlandia, Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada 1936.
Pada IBF Extraordinary General Meeting di Madrid, Spanyol, September 2006, usulan untuk mengubah nama International Badminton Federation menjadi Badminton World Federation (BWF) diterima dengan suara bulat oleh seluruh 206 delegasi yang hadir.
Sejarah Bulutangkis Indonesia
Pada zaman penjajahan, ada perkumpulan-perkumpulan bulu tangkis di Indonesia yang bergerak sendiri tanpa satu tujuan dan satu cita-cita perjuangan di dalam negara merdeka. Memang hal tersebut tidak bisa dibiarkan berlangsung terus. Harus diusahakan satu organisasi secara nasional, sebagai organisasi pemersatu.
Untuk menempuh jalan menuju satu wadah organisasi maka cara yang paling tepat adalah mempertemukan tokoh perbulu tangkis dalam satu kongres.
Pada saat itu memang agak sulit untuk berkomunikasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Satu-satunya yang bisa ditempuh adalah lingkungan pulau Jawa saja. Itupun bisa ditempuh setelah terbentuknya PORI (Persatuan Olahraga Replubik Indonesia).
Usaha yang dilakukan oleh Sudirman cs. dengan melalui perantara surat yang intinya mengajak mereka untuk mendirikan PBSI membawakan hasil. Maka dalam suatu pertemuan pada 5 Mei 1951 yang merupakan awal sejarah bulu tangkis, lahirlah PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) dan pertemuan tersebut dicatat sebagai kongres pertama PBSI.
Dengan ketua umumnya A. Rochdi Partaatmadja, ketua I: Soedirman, Ketua II: Tri Tjondrokoesoemo, Sekretaris I: Amir, Sekretaris II: E. Soemantri, Bendahara I: Rachim, Bendahara II: Liem Soei Liong.
Dengan adanya kepengurusan tingkat pusat itu maka kepengurusan di tingkat daerah/propinsi otomatis menjadi cabang yang berubah menjadi Pengda (Pengurus Dareah), sedangkan Pengcab (Pengurus Cabang) adalah nama yang diberikan kepada kepengurusan ditingkat kotamadya/kabupaten.
Hingga akhir Agustus 1977 ada 26 Pengda di seluruh Indonesia (kecuali Propinsi Timor-Timur) dan sebanyak 224 Pengcab, sedangkan jumlah perkumpulan yang menjadi anggota PBSI diperkirakan 2000 perkumpulan.
Â
Sumber: Kemdikbud
Baca artikel seputar bulu tangkis lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement