Bola.com, Jakarta - Deja vu adalah sensasi ketika kamu melakukan sesuatu yang saat ini sedang dialami sudah pernah kamu alami sebelumnya. Kamu merasa akan tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Deja vu adalah suatu hal yang wajar dialami oleh seseorang. Bahkan, sekitar 60 persen hingga 70 persen orang dengan kesehatan yang baik mengalami beberapa bentuk deja vu. Deja vu lebih sering dialami oleh orang-orang yang berusia muda.
Baca Juga
Advertisement
Sebagian besar perasaan deja vu menghilang dengan cepat, ini dapat membuat kamu sulit mengingat detail spesifik tentang pengalaman itu.
Pendekatan ilmiah menolak penjelasan bahwa déjà vu adalah "prekognisi" atau "ramalan". Pendekatan ilmiah menjelaskan bahwa deja vu adalah anomali ingatan, yang membuat kesan berbeda bahwa suatu pengalaman "diingat kembali".
Penjelasan ini didukung oleh fakta bahwa arti dari "mengingat" pada waktu itu sangat kuat dalam banyak kasus, tetapi keadaan pengalaman "sebelumnya" (kapan, di mana, dan bagaimana pengalaman sebelumnya terjadi) tidak pasti atau diyakini tidak mungkin.
Agar lebih paham, berikut penjelasan lanjutan tentang deja vu, disadur dari Liputan6, Kamis (23/2/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Deja Vu
Di dalam otak manusia, terdapat bagian otak yang disebut dengan lobus temporal, ini dapat membantu kamu mengenali pengalaman yang pernah dialami sebelumnya.
Sementara itu, sains belum membuktikan bahwa pengalaman deja vu sehari-hari adalah hasil dari ingatan yang tersimpan di area temporal, tetapi beberapa peneliti percaya ada hubungan antara keduanya.
Beberapa orang sering merasa bahwa deja vu dapat membantu mereka memprediksi kejadian di masa depan. Namun, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa individu tidak dapat menebak atau memprediksi jawaban dari hasil tes penelitian mereka.
Bagi orang orang yang mengalami deja vu tidak perlu khawatir karena pengalaman ini tidak menimbulkan efek kesehatan yang merugikan. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, deja vu bisa menjadi tanda gangguan neurologis.
Individu dengan epilepsi sering mengalami kejang fokal yang terjadi di satu area otak, terkadang di lobus temporal yakni tempat menyimpan ingatan, yang biasa disebut kejang lobus temporal.
Kejang lobus temporal ini dapat menghasilkan perasaan deja vu jika mengalami tanda-tanda, seperti muncul perasaan secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan, terdapat kedutan di otot dan memiliki sensasi yang melibatkan penglihatan, rasa, penciuman, pendengaran, dan sentuhan.
Advertisement
Teori Penyebab Deja vu Lainnya
Memory Recall
Banyak ahli percaya bahwa penjelasan deja vu berkaitan dengan cara seseorang memproses dan mengingat sebuah ingatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Anne Cleary, seorang peneliti dejavu dan profesor psikologi di Colorado State University, telah membantu menghasilkan beberapa dukungan untuk teori ini.
Melalui karyanya, dia menemukan bukti yang menunjukkan bahwa deja vu dapat terjadi sebagai respons terhadap peristiwa yang menyerupai sesuatu yang pernah kamu alami, tetapi tidak kamu ingat. Bisa jadi pengalaman itu terjadi di masa kecil, atau kamu tidak dapat mengingatnya karena alasan lain.
Proses ingatan implisit ini mengarah pada perasaan familier yang agak aneh. Jika dapat mengingat memori yang serupa, kamu dapat menghubungkan keduanya dan kemungkinan besar tidak akan mengalami deja vu sama sekali.
Menurut Cleary, hal ini biasanya terjadi saat kamu melihat pemandangan tertentu, seperti di dalam gedung atau panorama alam, yang sangat mirip dengan sesuatu yang tidak kamu ingat.
Gangguan Listrik Otak
Teori penyebab deja vu adalah gangguan listrik otak. Teori ini menjelaskan bahwa deja vu terjadi ketika otak mengalami gangguan yang minor sehingga terbentuk impuls atau aliran listrik yang sedikit berbeda dari biasanya.
Kelainan ini bisa mirip dengan kondisi aliran listrik otak para pasien dengan epilepsi. Meski demikian, berbeda dengan penyakit epilepsi, kelainan listrik pada otak ini hanya terjadi untuk sementara waktu dan tidak mengganggu kinerja otak secara umum.
Persepsi Terbelah
Teori ini menjelaskan bahwa dejavu adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang melihat suatu objek atau pemandangan pada dua waktu yang berbeda. Misalnya, saat pertama kali melihat suatu objek atau pemandangan, kamu mungkin kurang memperhatikannya atau tidak fokus dengan apa yang sedang dilihat pada waktu itu.
Meski begitu, otak telah membentuk persepsi tentang apa yang kamu lihat sebelumnya. Jadi, ketika mulai melihat objek atau pemandangan tersebut di kemudian hari, kamu mungkin akan merasa sudah pernah melihatnya sebelumnya. Padahal, itu adalah satu persepsi lanjutan dari pengalaman yang sama.
Disadur dari: Liputan6.com (Penulis: Husnul Abdi, Editor: Rizky Mandasari. Published: 20/4/2022)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.