Bola.com, Jakarta - Cerita pendek merupakan sebuah karya sastra yang penokohannya hanya berpusat pada satu orang serta panjang ceritanya yang hanya sedikit.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, cerita pendek disajikan kurang dari 10.000 kata dan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit sampai dua jam untuk menyelesaikannya.
Baca Juga
Advertisement
Cerita pendek biasanya mengangkat berbagai macam jenis kisah, baik itu kisah nyata maupun kisah fiksi.
Satu di antara cerita pendek yang banyak disukai adalah kisah romantis. Pasalnya, isi yang dimuat dalam cerita pendek kisah romantis dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan hiburan tersendiri bagi kita.
Tidak jarang cerita pendek kisah romantis membuat yang membacanya terbawa perasaan. Apakah kamu tertarik membaca cerita pendek kisah romantis yang membuat baper?
Berikut ini empat contoh cerita pendek kisah romantis yang menarik dibaca, dikutip dari laman Pandaibesi dan Materibindo, Kamis (2/3/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Selalu Bersama
Di saat angin berembus dari laut bersamaan dengan matahari yang meninggalkan peraduannya. Menyinari separuh permukaan bumi, meneteskan butiran-butiran embun yang jatuh dari langit, warna hijau berseri menghiasi tanah yang membentang luas tak terhingga.
Berdiri sebuah rumah sederhana terbuat dari kayu pohon jati berkualitas rendahan yang sewaktu-waktu akan roboh ditiup angin maupun karena dimakan usia. Di sanalah sepasang suami istri bernama Zaini dan Azzahra menjalani kehidupan di sisa usianya.
Pada musim kemarau, mereka terbangun melihat kebun yang tak lagi menghasilkan apapun. Padahal hanya kebun itulah yang menjadi sumber kebutuhan mereka sehari-hari. Sedih dan rasa putus asa menyelimuti suasana hati mereka.
"Azzahra, tolong buatkan aku segelas teh hangat," pinta Zaini.
Dengan langkah gemulai Azzahra membawa segelas teh hangat yang diinginkan suaminya. Segera Zaini meminum teh itu sebelum kehangatannya mulai hilang.
"Kok, rasanya begini?" bertanya dan memandang Zahra dengan tatapan sedingin es.
"Kita saat ini kehabisan gula dan bahan dapur lainnya." jawabnya dengan lembut.
Ditatapnya lagi Azzahra, gadis berusia 24 tahun yang dinikahinya satu tahun lalu, meski bibirnya tak semerah buah naga, juga kulit dan rambutnya tak seputih salju dan selembut sutra. Namun, Zaini sangat mencintai Zahra begitu pula dirinya.
Meski kemiskinan menjerat mereka berdua, Azzahra rela menyisakan hidupnya bersama Zaini hingga ajal menjemput. Dengan rasa ikhlas Zaini meminum teh buatan istrinya tersebut.
Karena malam telah menyelimuti, Azzahra beranjak dari tempat duduknya dan meminta izin untuk beristirahat terlebih dahulu.
Zaini terduduk membisu memandang gelasnya yang kosong, hingga saat ini Zaini merasa bahwa menit-menit yang berlalu pada saat itu adalah menit-menit terpanjang dalam hidupnya.
Detik-detik berjalan dengan sangat lambat, jedanya bagaikan seumur hidup. Terlintas di pikirannya hidup berbahagia selamanya. Melihat ketabahan dan senyuman Azzahra membuat Zaini makin bersemangat melawan kerasnya dunia. Suka, duka, dan cinta ikhlas dijalani. Meski, hasilnya akan terkubur di dalam tanah pada suatu hari nanti.
Advertisement
Makan Malam Terakhir
Malam itu, Emir telah datang lebih dulu dan memesan sebuah meja di restoran favoritnya.
Mila menyusul belakangan karena pekerjaan tambahan di kantor membuatnya pulang terlambat. Setelah hampir satu jam Emir menunggu, Mila akhirnya datang juga.
Di atas meja itu, sudah tersedia sepiring nasi, seporsi bebek panggang, dan sepiring spageti.
"Kamu sudah memesankannya untukku?" tanya Mila.
"Iya, kamu selalu bilang suka dengan bebek panggang di restoran ini bukan?" jawab Emir.
"Kamu selalu mengingatnya dengan baik", jawab Mila lagi sambil melempar senyum.
Emir tidak banyak berkata setelahnya. Mereka berdua tampak menikmati hidangan itu. Di tengah acara malam itu, Emir merogoh saku celananya.
Dia telah menyiapkan sekotak cincin emas yang akan dia berikan untuk melamar sang kekasih.
Namun, belum sempat Emir benar-benar mengeluarkan cincin itu, Mila sudah menyelanya terlebih dulu.
"Emir, maaf," kata Mila.
"Maaf kenapa? Apa yang kau lakukan?" tanya Emir heran.
"Soal Ibu. Dia tidak merestui kita," kata Mila.
Kotak cincin yang telah digenggam Emir di bawah meja itu pun urung ditunjukkannya kepada Mila.
"Kenapa? Kita telah lama bersama dan saling mencintai. Penghasilan kita juga sudah cukup baik untuk bisa berkeluarga!" kata Emir yang tidak dapat menyembunyikan kecewanya.
"Bukan itu! Kamu sudah tahu kan, masalah kita bukan itu!" jawab Mila sambil menatap mata Emir dengan penuh kesedihan.
"Aku tahu kamu akan menjadi suami yang baik," lanjut Mila. "Namun, biar bagaimanapun, kamu tidak bisa menjadi imamku di saat tanganmu masih menggenggam rosario."
Emir terdiam, spageti yang masih belum habis disantapnya pun dibiarkan mendingin begitu saja.
Dengan berurai air mata, Mila meminta maaf dan meminta Emir melupakannya.
Malam itu menjadi malam terakhir bagi mereka. Emir masih terdiam saat Mila meninggalkan meja itu.
Gedung restoran yang indah itu menjadi saksi bisu dua jiwa yang saling mencintai tetapi tidak bisa menyatu.
Bahagianya Memilikimu
Namaku Erik Setiawan. Aku adalah siswa di satu di antara SMA di Tangerang. Aku adalah siswa yang cukup terkenal di sekolah karena kenalakanku. Banyak orang yang menjauhiku, tetapi tidak untuk orang yang kusuka bernama Anggita Saraswati.
Pagi ini aku sengaja berangkat lebih awal karena lupa membuat PR, hal yang biasa bagiku. Hari ini semua pelajaran membosankan seperti biasanya. Dan setelah selesai sekolah, aku pulang ke rumah, tepat pada pukul 12.00 siang.
Nanti malam adalah malam Minggu, malam yang sering disebut-sebut sebagai malam yang jahat untuk para jomblo. Walaupun aku jomblo sebenarnya ada perempuan yang setia menemaniku, namanya Anggita Saraswati. Rencananya nanti malam aku akan mengungkapkan perasaanku padanya. Aku dan Gita berteman sejak kami masuk SMA.
Tepat pukul 20.00 malam, aku mengajak Gita untuk pergi ke sebuah restoran. Setelah sampai tanpa bicara apa pun kami langsung masuk. Ketika kami sedang mengobrol, seorang pelayan berbicara pada Gita.
"Maaf dengan mba Anggita Saraswati?"
"Iya, saya sendiri mas. Maaf ada apa ya?"
Aku langsung izin ke toilet. Rencanaku ternyata berhasil, semoga Gita senang dengan hadiahku kepadanya.
Setelah momen indah itu hampir selesai, aku langsung menghampiri Gita.
"Kamu suka kejutannya?"
"Oh, ini kejutan dari kamu Rik?"
"Iya sayang, dari Erik Setiawan, orang yang mencintaimu Anggita Saraswati"
"Maksud kamu apa Rik?"
"Aku, Erik Setiawan malam Minggu jam 10 malam tanggal 9 Juni 2016 menembak Anggita Saraswati, siswi SMA Tangerang yang lahir pada tanggal 9 Juni 1998. Aku Erik Setiawan menyatakan bahwa Erik menyukai, menyayangi dan mencintai Anggita Saraswati. Maukah kamu menerima cintaku, wahai pujaan hatiku?"
"(dengan muka merah tersipu malu) iya Erik sayang. Aku terima cintamu."
Saat itu, para pelayan dan teman-teman sekolahku bertepuk tangan, suara petasanpun kembali bergemuruh, suasana yang tidak bisa kulupakan. Aku sengaja menembaknya pada tanggal ini karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Acara itu selesai pukul 12 malam. Aku mengantar Gita pulang ke rumah. Dan sejak saat itu kami berdua resmi berpacaran dan hubungan kami baik-baik saja sampai saat ini.
Advertisement
Pria Misterius dan Pelayan Kedai
Malam ini, seperti biasanya sang wanita pelayan kedai itu tetap curi-curi pandang pada seorang pria yang duduk di pojok kedai.
Sang pelayan ingin berkenalan dengan pria itu, tetapi sangat malu untuk berbincang langsung.
"Menyanyilah. Kuputarkan mesin karaoke. Semua pengunjung di kedai kecil ini pasti akan memperhatikanmu, termasuk dia," kata seorang rekannya.
Dia pun menyetujuinya dan segera mengambil mikrofon. Benar saja, semua pengunjung kedai memperhatikan sang wanita saat menyanyi.
Semua merasa terhibur, kecuali si pria misterius itu. Dia masih saja sibuk dengan laptop dan buku di atas mejanya.
Hari-hari berikutnya pun masih sama, sang pria tetap tidak memperhatikan si wanita bernyanyi secara merdu.
Suatu hari, seorang teman pria itu datang. Si wanita memperhatikan keduanya. Ternyata, keduanya berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Sang wanita kini tahu kenapa si pria tidak memperhatikannya saat bernyanyi. Merasa jatuh cinta, sang wanita pun mempelajari bahasa isyarat itu selama beberapa minggu.
Dia membeli beberapa buku dan menonton video berisi pelajaran bahasa isyarat. Akhirnya, suatu malam, dia kembali bernyanyi untuk pengunjung kedai.
Â
Sumber: Pandaibesi, Materibindo
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.