Bola.com, Jakarta - Kain tenun merupakan satu di antara kekayaan budaya Nusantara, berupa kerajinan tangan, yang memperlihatkan beragam macam corak yang kaya dan indah menyesuaikan dengan budaya dan filosofi hidup suatu wilayah di Indonesia.
Sebagai satu di antara kerajinan yang bernilai seni tinggi, kain tenun memiliki daya saing serta nilai jual yang tinggi. Tidak heran kain tenun Indonesia diminati banyak orang hingga di level mancanegara.
Baca Juga
Advertisement
Secara umum, kain tenun memiliki fungsi untuk menutupi tubuh, tetapi di beberapa wilayah di Indonesia kerajinan ini memiliki peranan yang lebih beragam. Misalnya fungsi sosial, estetika, dan aspek-aspek lain dalam kehidupan.
Yuk, kenalan dengan beberapa macam kain tenun Nusantara yang bercorak menawan serta menyajikan keunikannya masing-masing.
Berikut ini macam-macam kain tenun Nusantara beserta penjelasannya yang menarik diketahui, dikutip dari laman ditsmp.kemdikbud.go.id, Senin (6/3/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tenun Baduy
Suku Baduy (Badui) dikenal dengan Urang Kanekes. Urang Kanekes merupakan kelompok etnis masyarakat adat suku Banten di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.
Suku Baduy memiliki kain tenun yang disebut dengan Tenun Baduy. Kain Tenun Baduy ini memiliki makna-makna yang erat hubungannya dengan tradisi dan kepercayaan mereka.
Motif andalan dalam Tenun Baduy adalah motif geometris, seperti garis berbentuk kait, spiral atau disebut juga pilin, garis lurus, segi tiga, segi empat, bulatan, dan masih banyak lagi.
Untuk Suku Baduy Dalam, kain tenun yang dihasilkan didominasi dengan warna putih. Warna ini diartikan dengan suci dan aturan yang belum terpengaruh dengan budaya luar. Sedangkan untuk masyarakat Baduy Luar, kain tenun akan didominasi warna hitam dan biru tua menjadi warna yang sering dipakai.
Advertisement
Tenun Sutra Mandar
Suku Mandar yang mendiami wilayah Kabupaten Polewali Mandar (Polman) di Provinsi Sulawesi Barat memproduksi sarung sutra sejak abad ke-16. Sarung sutra Mandar dikenal juga dengan sebutan Lipa Saqbe Mandar.
Lipa Saqbe Mandar memiliki dua ciri khas dalam corak atau motifnya yakni sure' dan bunga. Sure' berbentuk garis geometris sederhana yang merupakan motif klasik Lipa Saqbe Mandar.
Sedangkan motif bunga merupakan perpanjangan dari motif sure' dengan penambahan berbagai dekorasi, baik itu unsur flora maupun fauna.
Keunikan dari sarung sutra Mandar lainnya adalah warna yang terang atau cerah seperti warna kuning, merah, hijau, biru, hitam, cokelat, dan putih dengan desain garis geometris yang lebar.
Polanya terlihat sederhana, terdiri dari unsur garis lurus, zig-zag, dan lengkung, tetapi bahan baku sarung sutra Mandar menggunakan benang sutra, benang emas, dan benang perak sebagai bahan dasar pembuatannya.
Ulos Batak
Ulos (lembar kain tenunan khas tradisional Batak) pada hakikatnya adalah hasil peradaban masyarakat Batak pada kurun waktu tertentu. Di Batak, khususnya kawasan Danau Toba, ulos merupakan simbol adat yang dinilai sakral dan tradisinya masih lestari.
Ulos penting digunakan oleh orang Batak untuk upacara adat, pernikahan hingga kematian. Terdapat beberapa jenis ulos yang biasa dipergunakan oleh masyarakat batak yaitu Ragi Hidup, Jugia, Ragi Hotang, Sadum, Sunjat, Sibolang, Suri-suri Ganjang, Mangiring, Bintang Maratur, Sitoluntoho, dan Jungkit.
Pada dasarnya warna ulos hanya tiga, dan memiliki makna spiritual bagi masyarakat Batak, yaitu warna hitam, putih, dan merah.
Advertisement
Tenun Sumba
Dari beragam kain tenun yang ada di Nusantara kain tenun dari Sumba menjadi satu di antara kerajinan yang istimewa karena memakan waktu cukup lama dalam pembuatannya.
Pembuatan kain bisa makan waktu enam bulan hingga tiga tahun karena selain menenun dan membuat motif, ada sebuah tahapan di mana kain harus diangin-anginkan selama sebulan sebelum dicelup dalam minyak kemiri.
Selanjutnya, kain tenun harus disimpan dalam keranjang tertutup untuk mematangkan warnanya. Untuk membentuk motifnya, benang-benang tenun Sumba ini diikat menggunakan daun gewang, yakni semacam daun palem, agar warna pada motif berbeda dengan warna dasar.
Sedangkan untuk pewarnaan, penenun kebanyakan memakai akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah, biru dari nila, cokelat dari lumpur, dan kuning dari kayu.
Motif-motif yang sering digunakan dalam tenun Sumba antara lain motif kuda, buaya, naga, ayam, burung, singa, rusa, udang, dan kura-kura.
Sumber: ditsmp.kemdikbud.go.id
Yuk, baca artikel macam lainnya dengan mengeklik tautan ini.