Bola.com, Jakarta - Istilah populasi dan sampel telah akrab saat menjalankan kegiatan penelitian. Bagi mahasiswa yang sering berhadapan dengan kegiatan penelitian, bisa membedakan keduanya sekaligus menentukan mana yang populasi dan mana yang sampel dengan mudah sebagai istilah yang lebih familier di dunia akademik, dalam hal kegiatan penelitian.
Akan tetapi,tentu tidak semua orang memahami betul pengertian keduanya, apalagi sampai menentukan jenis-jenis atau anggota dari kedua istilah tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Populasi dapat diartikan sebagai subjek pada wilayah serta waktu tertentu yang akan diamati atau diteliti oleh peneliti. Sementara sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan terkait populasi dan sampel, dilansir dari laman Penerbitdeepublish, Jumat (17/3/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perbedaan Populasi dan Sampel
Mengingat antara populasi maupun sampel ini memang saling berhubungan dan bahkan membahas objek yang sama, yaitu satu kesatuan dari objek penelitian maka banyak yang memberi definisi sama. Padahal, keduanya berbeda, dan bisa dilihat dari definisi yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Perbedaan populasi dan sampel adalah dari segi jumlah. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian kecil atau separuh dari objek penelitian tersebut. Berdasarkan jumlah, jumlah populasi jauh lebih banyak dibandingkan dengan sampel.
Misalnya, peneliti perlu melakukan survei di desa A tentang tingkat kepuasan terhadap layanan perusahaan X. Berhubung jumlah masyarakat di desa tersebut mencapai 500 orang (jumlah populasi). Maka, peneliti mencoba melakukan efisiensi waktu dan tenaga dengan mengambil sampel sebanyak 10 orang atau lebih dan bisa juga kurang.
Angka 500 dari contoh ini adalah populasi, sedangkan angka 10 adalah sampel. Lalu, bagaimana peneliti bisa mengambil kesimpulan? Saat mengumpulkan data dari sampel maka hasilnya mewakili keseluruhan populasi tersebut. Agar akurat, kebanyakan peneliti mengambil sampel acak dengan menggunakan rumus 10:100.000.
Advertisement
Pentingnya Menggunakan Sampel
Kegiatan penelitian pada dasarnya tidak selalu membutuhkan sampel, sebab peneliti bisa melakukan survei dan mendapatkan data dari keseluruhan objek penelitian (populasi).
Hanya, ada beberapa kondisi yang membuat penelitian perlu mengambil sampel dari keseluruhan populasi tadi. Kondisi tersebut antara lain:
1. Ukuran Populasi Terlalu Besar
Misalnya dari jumlah masyarakat di sebuah desa yang dijadikan objek penelitian. Jika jumlahnya sampai ratusan bahkan ribuan, tidak mungkin peneliti melakukan penelitian terhadap ribuan penduduk tersebut. Sampel kemudian diambil dan nantinya akan mewakili keseluruhan populasi.
Data yang didapatkan tetap akurat karena memang penentuan objek penelitian sejak awal disesuaikan dengan kebutuhan peneliti sehingga data tidak harus didpatkan dari keseluruhan populasi, melainkan sebagian kecilnya saja.
2. Efisiensi dari Segi Biaya
Dalam kondisi aktual di lapangan, menggunakan populasi dan sampel lebih efisien sampel dari segi biaya. Sampel membuat kegiatan penelitian hanya membutuhkan dana lebih sedikit sehingga peneliti bisa mengalokasikan dana yang tersedia kepada kebutuhan lain.
Jika memaksakan diri meneliti keseluruhan populasi maka biaya yang dikeluarkan bisa sangat tinggi. Oleh sebab itu, pengambilan sampel dari populasi menjadi langkah terbaik agar biaya penelitian tersebut lebih mudah untuk dikontrol.
Bisa juga bertujuan untuk membuat biaya sesuai anggaran yang tersedia.
Pentingnya Menggunakan Sampel
3. Efisiensi dari Segi Waktu
Menggunakan populasi dan sampel pada sebuah penelitian, akan jauh lebih hemat waktu jika menggunakan sampel saja. Sebab, peneliti hanya perlu melakukan pemeriksaan dan pengumpulan data dari jumlah objek penelitian yang terbatas sehingga proses penyajian data menjadi lebih cepat dan dijamin tepat.
4. Sumber Daya Menjadi Lebih Efisien
Jika suatu penelitian memberdayakan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam jumlah yang minim maka sudah ideal jika penelitian meneliti sampel saja bukan populasi sehingga pengaturan SDM menjadi lebih mudah karena meneliti sampel membutuhkan jumlah SDM lebih sedikit dibanding meneliti populasi.
5. Penelitian Tidak Mungkin Menggunakan Populasi
Tidak semua penelitian membutuhkan populasi sehingga sampel menjadi pilihan yang diambil dalam kondisi tersebut. Populasi ini bisa dalam bentuk sesuatu atau objek penelitian yang tidak mungkin diambil keseluruhan untuk diteliti. Misalnya, penelitian mengenai warna darah pada tubuh manusia.
Sangat tidak mungkin peneliti mengambil semua darah dari objek penelitian (seseorang) untuk diteliti. Sebab, jika darah diambil sama artinya menghilangkan nyawa dari objek penelitian tersebut. Maka, peneliti mengambil sampel, yakni dengan mengambil beberapa tetes atau beberapa mili dari darah objek penelitian.
Advertisement
Contoh Populasi dan Sampel
1. Contoh 1
Penelitian dilakukan terhadap siswa SD kelas III di Kabupaten Pati. Jumlah SD di Kabupaten Pati ada 10, lokasi yang berjauhan antara satu SD dengan SD yang lain membuat peneliti hanya meneliti sampel yang diambil dari tiga SD di Kabupaten Pati tersebut.
2. Contoh 2
Penelitian tentang kualitas beras di Desa Pringapus, Yogyakarta. Jumlah beras di satu desa ini tentu sangat banyak. Bisa dari jumlah dalam bentuk kilogram sampai dari segi jenis beras yang tersedia.
Saking banyaknya jenis beras yang akan diteliti, peneliti mengambil sampel dari beberapa jenis beras yang paling mudah didapatkan. Hasil penelitian terhadap sampel beras ini kemudian dianggap mewakili hasil penelitian semua beras di Desa Pringapus.
3. Contoh 3
Penelitian dilakukan di PGRI Semarang untuk mengetahui jumlah mahasiswa yang masuk ke jurusan PGSD. Diketahui jumlah mahasiswa di PGSD Ini sangat banyak sampai ribuan. Maka, peneliti kemudian mengambil sampel, beberapa mahasiswa saja. Katakan hanya melakukan penelitian terhadap 25 atau 50 mahasiswa PGSD.
4. Contoh 4
Penelitian dilakukan untuk mengetahui jumlah kambing dan sapi kurban di Kota Semarang. Jumlahnya tentu sangat banyak, apalagi di Kota Semarang ada beberapa peternak kambing maupun sapi. Meneliti semuanya tentu akan sulit dan sekalipun bisa, akan memakan waktu yang lama dan biaya tidak sedikit.
Maka diambil sampel, misalnya hanya meneliti jumlah kambing di lima kecamatan di Kota Semarang. Dari lima kecamatan ini kemudian akan didapatkan total jumlah kambing dan kemudian dibuat rata-rata dan dikalikan dengan jumlah kecamatan di Kota Semarang.
5. Contoh 5
Peneliti melakukan penelitian dengan objek siswa SMP di seluruh SMP swasta di Kota Malang. Jumlah SMP swasta ini, misalnya saja ada 25 sekolah, dengan jumlah siswa mencapai puluhan ribu. Maka, peneliti akan mengambil sampel hanya lima sekolah dan bisa juga dari lima sekolah tersebut hanya meneliti kelas VII saja.
6. Contoh 6
Penelitian dilakukan di perusahaan A untuk mengetahui suatu hal dari perusahaan tersebut. Jumlah karyawan di perusahaan A ada 300 orang dan akan membutuhkan waktu lama jika melakukan wawancara ke semua karyawan. Maka diambil sampel, hanya melakukan wawancara kepada 10 karyawan atau mungkin sampai 50 karyawan.
Sumber: Penerbitdeepublish
Yuk, baca artikel contoh lainnya dengan mengikuti tautan ini.