Bola.com, Jakarta - Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman yang dirasakan saat tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan nilai ataupun keyakinan pribadi. Kondisi ini bisa terjadi saat kamu punya dua keyakinan yang bertentangan pada saat yang sama.
Misalnya, kamu percaya adanya COVID-19, tetapi enggan memakai masker, menikah karena tuntutan sosial atau paksaan, atau suka makan daging, tetapi merasa bersalah setelahnya.
Baca Juga
Advertisement
Ciri-ciri seseorang mengalami disonansi kognitif, antara lain:
- Merasa tidak nyaman saat harus membuat keputusan
- Perasaan bersalah atas keputusan yang pernah dibuat
- Malu atau menyembunyikan hasil dari keputusan yang pernah diambil
- Pembenaran atau rasionalisasi perilaku
- Melakukan sesuatu karena tekanan sosial, bukan karena keinginan pribadi
Efek disonansi kognitif bagi mental bisa berujung pada stres atau rasa tidak bahagia.
Agar lebih paham lagi, berikut contoh disonansi kognitif, ketahui pula cara mengatasi dan mencegahnya, disadur dari Klikdokter, Senin (20/3/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Disonansi Kognitif
- Merokok, meski tahu bahaya yang ditimbulkan dan menjadikan stres sebagai alasan untuk merasionalisasikannya.
- Ingin hidup sehat, tetapi jarang berolahraga atau mengonsumsi makanan sehat hingga akhirnya merasa bersalah di kemudian hari.
- Ingin menabung, tetapi malah membelanjakan uang berlebihan hingga menyesali keputusan tersebut saat memerlukan uang tambahan.
- Punya banyak tugas, tetapi malah menghabiskan waktu untuk menonton acara favorit.
Advertisement
Cara Mengatasi dan Mencegah Disonansi Kognitif
1. Mengubah Tindakan
Ubah tindakanmu agar sejalan dengan prinsip (yang bersifat positif). Bila tidak memungkinkan untuk sepenuhnya mengubah tindakan, paling tidak coba kompromi untuk hal-hal tertentu.
2. Pikir Ulang Prinsip
Kalau sering melakukan hal yang sebenarnya tak sejalan dengan keyakinan pribadi, coba pertimbangkan lagi seberapa penting prinsip tersebut. Mungkin nantinya akan muncul prinsip baru yang menciptakan tindakan yang lebih selaras dengan pemikiranmu.
3. Ubah Perspektif
Jika kamu tidak bisa atau tidak ingin mengubah perilaku atau keyakinan yang menyebabkan disonansi kognitif, coba lihat kondisi ini dari cara pandang yang yang menurutnya benar.
Misalnya, kamu tidak bisa beli barang branded yang diinginkan. Ketimbang menyalahkan diri sendiri, lebih baik maafkan diri dan tanamkan di pikiran kalau kamu sudah berusaha.
4. Konsultasi Psikolog
Kalau kamu merasa cognitive dissonance sangat mengganggu kehidupan sehari-hari hingga menyebabkan stres, jangan ragu untuk bertemu psikolog.
Disadur dari: Klikdokter.com (Published: 21/12/2022)
Yuk, baca artikel kesehatan mental lainnya dengan mengikuti tautan ini.