Bola.com, Jakarta - Setiap 1 Mei dunia internasional, termasuk Indonesia memperingati Hari Buruh atau dikenal juga sebagaiĀ May Day.
Hari Buruh dapat dimaknai sebagai penghormatan untuk para pekerja di seluruh dunia.
Baca Juga
Advertisement
Di sisi lain, Hari Buruh sering dijadikan momen bagi para tenaga kerja untuk menyampaikan aspirasi mereka demi kesejahteraan para pekerja dan buruh.
Hari Buruh juga bisa jadi momen yang tepat untuk menjembatani jarak antara para pekerja, pengusaha, dan pemerintah, untuk menciptakan iklim ketenagakerjaan yang harmonis demi kesejahteraan para buruh dan pekerja.
Nah, sebagai pekerja, kamu bisa ikut memeriahkan dengan membawakan atau membacakan puisi bertema Hari Buruh.
Pusisi ini penuh makna dan dijamin mampu membakar jiwa perjuangan untuk semua para pekerja dan buruh.
Berikut ini lima contoh puisi edisi Hari Buruh 1 Mei, penuh makna dan menginspirasi, dikutip dari laman Berkaspuisi dan Captionkata, Kamis (27/4/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Untuk Kita Buruh
Aku buruh kau buruh
Setiap orang buruh
Buruh bagi diri sendiri dan keluarga
Ada yang jadi buruh di desa sendiri, kabupaten sendiri, provinsi sendiri, negeri sendiri bahkan di negeri orang
Di mana pun kita jadi buruh jangan lupa tingkatkan kompetensi dan kompetisi
Hidup buruh!
Advertisement
Nasib Cinta Si Buruh
Aku..
Hanyalah kaum buruh... kekasih
Apa yang bisa ku banggakan lagi... kecuali kelancanganku menyukai engkau tanpa musabab
Aku..
Hanyalah kuli serabutan... kekasih
Apa yang bisa kubincangkan lagi... setelah kulihat sorot matamu
Kau tak mau hidup susah
Sekali lagi
Aku hanyalah buruh... kekasih
Apa yang bisa di banggakan kaum buruh
Kecuali kesetiaanya kepada keluarganya masing-masing
Sang Buruh
Pagi ku terlindas waktu
Seperti mentari tak sabar menunggu
Cumbu rayu angin pada ranting kering
Gelayut manja embun pada dedaun
Ā
Pagiku menghilang tertelan
Sejak genderang pabrik berdentang
Peluh bercengkerama dengan mesin
Gairah pengusaha tak terelakkan
Memerkosa kemerdekaan si miskin
Ā
Adalah kenikmatan yang kau inginkan
Meski aku lelah berjuang
Tanpa tanda jasa tersematkan
Ā
Keuntungan bagimu adalah tujuan
Sedang aku hanyalah perabotan
Tak beda dengan monster produksi Jepang
Yang bergerak saat tombol on kau tekan
Advertisement
Buruh yang Tangguh
Kau pikul matahari di pundakmu kawan
Lalu kau ke dalam gubukmu
Agar ada sinar menyinari di dalamnya
Dan di luar sana kau masih mengumpulkan sisa makan pagi
Ā
Meleset laju memembus fajar
Pejantan belumlah berkokok
Sesajen telah terhidang dari Sang Dewi
Api dendammu membara
Bagai gunung yang murka
Ā
Kau banting tulang, demi mengais asa
Asamu yang tertinggal di gubuk itu
Menapaki hari tak berkeluh- kesah
Meski keringat telah bercucuran membentuk pulau-pulau pengharapanmu
Ā
Bahkan di dalam kegelapan pun kau masih paksakan tangan dan kakimu untuk bekerja
Tak pernah mengenal lelah
Bahkan di matamu aku dapat melihat harapan yang begitu besar
Sebab dalam gubuk yang kau bawakan matahari, akan tumbuh benih-benih baru yang kau tanam bersama Sang Dewi
Meski setelah itu kau mati
Buruh
Buruh
Masukmu dibatasi waktu yang tak bertoleransi
Disiplinmu harga mati tiada henti
Tenagamu menjadi saksi disisa umurmu
Ā
Buruh
Semua yang ada dihadapanmu
Menjadi tantangan akan hari esok
Entah selamat atau binasa dimakan waktu
Ā
Buruh
Terbatas penghasilanmu
Sesuai dengan keahlian tubuhmu
Tak mungkin melebihi bosmu
Ā
Buruh
Salah menjadi modal untuk ditegur
Benar menjadi investasi loyalitas
Semua itu tak akan merubah derajatmu
Ā
Buruh
Hari esok tidak tahu
Terbatas umur dan waktu
Menyatu menjadi satu dalam statusmu
Ā
Buruh
Sangat terbatas waktumu
Menjadi satu dalam genggaman hasil yang tak tentu
Setia hari dan setiap waktu
Ā
Buruh
Terkunci mulut untuk bicara
Bagaikan robot yang bernyawa
Bagaikan sapi perahan di zaman serba ada
Ā
Sumber: Berkaspuisi, Captionkata
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement