Bola.com, Phnom Penh - Niat membeli souvenir SEA Games 2023 untuk dibawa pulang ke Indonesia, Tim Bola.com malah menemukan satu tempat yang istimewa. Daughters of Cambodia namanya.
Dari depan dan dalam toko, tidak ada yang aneh dari Daughters of Cambodia. Beragam kerajinan tangan terpampang rapi dan menarik.
Advertisement
Di antaranya adalah kaus, tas, gantungan kunci, hingga lukisan. Mungkin terdengar biasa, tetapi sungguh kami mendapatkan informasi yang menggugah emosi.
Daughters of Cambodia berisikan produk kerajinan tangan yang seluruhnya dibuat oleh mantan pekerja seksual dan korban perdagangan manusia. Lebih dari itu, tempat ini bukan cuma sebuah toko, tetapi rumah bagi mereka yang ingin menemukan kembali semangat hidup.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dibekali Life Skills
Sim Chanthea, koordinator Daughters of Cambodia di Phnom Penh menjelaskan bahwa perempuan korban budak seks tidak dipaksa untuk bergabung dengan organisasi nirlaba tersebut.
Alih-alih, mereka akan diajak bergabung dengan menawarkan training bekerja. Di antaranya adalah menjahit, cetak sablon, dan kerajinan tangan lainnya.
Chantea juga menuturkan bahwa misi Daughters of Cambodia adalah menyebarkan nilai-nilai Kristiani, bahwa semua orang yang pernah melakukan dosa tetap berhak mendapatkan kesempatan penghidupan yang layak apapun masa lalu orang tersebut.
"Daughters of Cambodia adalah organisasi nirlaba kristiani di Phnom Penh. Tujuan kami adalah mendukung dan membantu korban perdagangan manusia dan mantan pekerja seks mendapatkan pekerjaan layak. Terpenting adalah mereka berani menghadapi dunia dengan bekal cukup, baik itu dari segi mental maupun kecakapan bekerja,” terangnya.
Advertisement
Bebas Pilih Apa yang Mau Dipelajari, Bebas Mau Jadi Apa
Kami sempat berpikir bahwa Daughters of Cambodia adalah penampungan (shelter), yang mana para mantan budak seks itu dimanfaatkan oleh oknum berkedok NGO. Namun demikian, Chantea menekankan bahwa 'anak asuh' di tempat tersebut boleh pergi kalau memang sudah yakin.
"Mereka sebenarnya mempelajari semua life skills yang mereka mau. Biasanya ada 1-2 skill yang mereka pelajari, nanti setelah 3-6 bulan, mereka bisa menentukan apakah skill tersebut cocok untuknya atau tidak. Atau, kalau dalam kurun waktu tersebut sudah merasa cukup ahli, mereka bisa mempelajari hal lain. Ada menjahit, sablon, dan masih banyak lagi,” kata Chantea.
"Dalam jangka panjang, jika mereka merasa siap untuk kembali ke dunia luar, mereka bisa meninggalkan tempat ini. Kalau memang maunya di sini juga tidak apa-apa."
"Kami menyediakan lokasi semacam production house, tempat mereka mempelajari keahlian bekerja. Sebagian besar dijual di tempat ini. Di Phnom Penh ada dua toko. Ada juga yang memilih bekerja sebagai barista. Jadi sebenarnya mereka mau jadi apa saja bebas, tentu dalam konteks positif,” jelas dia.
Bekal Kerohanian
Karena Daughters of Cambodia adalah NGO dengan balutan keagamaan, para mantan korban perdagangan manusia ini digodok juga mental dan kerohaniannya.
"Di NGO ini, kami tidak cuma menyediakan mereka kecakapan hidup, tetapi kami juga menyiapkan kecakapan finansial, mental, fisik, dan juga keagamaannya," kata Chantea menambahkan.
"Jadi di sini mereka akan mendapatkan siraman rohani di Gereja setiap minggu. Tetapi, kami tidak memaksa mereka untuk memercayai apa yang kami Yakini,” tegasnya.
Advertisement