Bola.com, Jakarta - Drama adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kisah kehidupan dan watak melalui tingkah laku tokoh (acting) serta dialog yang dipentaskan.
Sebuah pementasan drama tidak lepas dari sebuah naskah drama. Naskah drama penting sebagai panduan dari pentas drama yang akan dibuat. Bisa dibilang naskah drama diibaratkan nyawa dari suatu drama.
Baca Juga
Advertisement
Naskah drama adalah teks yang berisi cerita dengan mengutamakan ucapan-ucapan para pemerannya (dialog) untuk menyampaikan isi drama tersebut.
Naskah drama juga diartikan sebagai dokumen penting berisi data autentik serta akurat yang akan dipentaskan di depan umum.
Dalam naskah drama termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Terkadang juga dilengkapi dengan penjelasan tentang tata busana, tata lampu (lighting), dan tata suara.
Bagi kamu yang ingin atau akan membuat sebuah pementasan drama, sebaiknya mempelajari dulu contoh-contoh naskah drama.
Ada banyak tema naskah drama yang bisa kamu pilih untuk pementasan atau bahkan tugas sekolah.
Berikut ini lima contoh naskah drama pendek berbagai tema, dikutip dari laman Sahabatnesia dan Dosenpintar, Kamis (11/5/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Naskah Drama Pendek 1
Judul: Pilihan Anak
Pemain: Ayah, Ibu, Nenek, Ari
- Sinopsis
Ari sudah memasuki kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan melanjutkan kuliah. Suatu sore, Ari berbincang-bincang dengan ayah, ibu, dan neneknya di ruang tamu. Mereka menanyakan keputusan Ari untuk memilih jurusan kuliah. Baik sang ayah dan ibu Ari ternyata memiliki pilihan jurusan masing-masing dan tak mau memperhatikan keinginan Ari pribadi.
- Dialog
Ayah: Jadi, sudah kamu pikirkan masak-masak kamu mau melanjutkan kuliah di jurusan apa?
Ari: Sudah, Yah.
Ibu: Jadi, kamu mau kuliah jurusan apa, Nak? (datang ke ruang tamu sambil menghidangkan teh untuk ayah dan nenek Ari).
Ari: Ari inginnya kuliah jurusan seni.
Ayah: Apa? Kamu ingin kuliah seni? Mau jadi apa nanti kamu setelah lulus kuliah?
Ibu: Iya, kamu mau kerja apa setelah lulus nanti? Kuliah itu jangan cuma cari senangnya saja. Perhatikan juga masa depan kamu nantinya.
Nenek: Kenapa kok Ari ingin kuliah jurusan seni?
Ari: Ari ingin mengembangkan bakat Ari jadi pelukis, Nek.
Ibu: Itu kan bisa kamu lakukan tanpa harus kuliah. Kamu bisa sering melukis sambil kuliah jurusan yang lain (menampakkkan wajah kesal).
Ayah: Benar kata ibu kamu. Dengarkan itu Ari! Ayah tak mau membiayai kuliah kamu jika kamu memilih jurusan seni. Ayah maunya kamu kuliah jurusan ekonomi.
Ari: Tapi, Yah?...
Ibu: (memotong kata-kata Ari) Sudah, Ibu juga maunya kamu nanti setelah kuliah bisa bekerja di kantor. Lihat sekarang ini, mana ada pelukis yang hidupnya sejahtera?
Nenek: Ayah dan Ibu kamu memang ada benarnya Ari. Pikirkan lagi masak-masak. Jangan sampai kamu menyesal. Soal bakat, kamu bisa mengasahnya di luar jurusan kuliah.
Ayah: Nah, itu dia. Nanti kan kamu bisa ikut kegiatan kampus yang bertema seni.
Ari: Baik ayah, akan Ari pikirkan lagi nanti (menunduk lesu sambil merenung).
Advertisement
Contoh Naskah Drama Pendek 2
Judul: Malin Kundang
Pemain: Malin Kundang, Mande (Ibu Malin Kundang), dan Puteri
- Prolog
Malin Kundang adalah seorang anak yang telah lama merantau meninggalkan tanah kelahirannya. Ia mengembara mengadu nasib demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia meninggalkan Mande, ibu kandungnya seorang diri di tanah kelahirannya. Singkat cerita, akhirnya Malin Kundang berhasil menikah dengan seorang putri saudagar kaya raya. Ia pun kembali ke tanah kelahirannya bersama sang putri.
- Dialog
Malin: Istriku, inilah tanah kelahiranku dulu (sambil menunjuk ke arah daratan dari atas perahu yang bersandar).
Puteri: Sungguh indah sekali tanah kelahiran kau ini Kanda.
Mande: (berlari tertatih-tatih setelah mendengar kabar bahwa anaknya sudah sukses dan pulang) Malin! Kau kah itu, Nak? (berteriak-teriak kegirangan).
Puteri: Siapakah wanita tua itu Kanda?
Malin: (menyembunyikan wajah terkejut ketika melihat ibunya berlari ke arah perahu) Kanda tak tahu Dinda. Mungkin itu hanya pengemis yang ingin meminta sedikit sumbangan dari kita saja. Sudah jangan pedulikan lagi dia.
Mande: Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah kau pada ibu yang telah mengandung dan membesarkan kau ini Malin?
Malin: Wahai wanita tua! Jangan sekali-kali kau berani mengaku sebagai ibuku. Enyahlah kau! Ibuku bukan wanita tua renta sepertimu, dan ibuku sudah lama meninggal. Pergi kau dari sini! Jangan sampai kau mengotori kapalku ini! (berteriak emosi sambil menunjuk ke ibunya).
Mande: (mendengar kata-kata anaknya, ia menangis menahan kesedihan) Ya Tuhan, kenapa pula anakku berubah menjadi seperti ini? Apa salahku ini Tuhan? Jika memang ia bukan anakku maka maafkanlah ia yang telah menghinaku ini. Namun, jika ia benar anakku si Malin Kundang maka hukumlah dia yang telah durhaka itu (sambil menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan).
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, petir datang menggelegar. Badai besar tiba-tiba datang dan kapal Malin Kundang terbalik. Seketika kilat menyambar tubuh Malin dan istrinya. Anehnya, mereka berdua kemudian berubah menjadi batu. Itulah kekuatan doa seorang ibu. Jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tua.
Contoh Naskah Drama Pendek 3
Judul: Impian Masa Depan
Pemain: Toni, Linda, Norman, Ami
- Epilog
Suatu ketika, empat orang sahabat sedang berkumpul untuk membicarakan mengenai rencana mereka di masa depan. Mereka terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius.
- Dialog
Toni: Nanti kalau kalian misalnya dihadapkan dua pilihan, kerja di perusahaan besar, tapi gajinya kecil, atau kerja di perusahaan kecil, tapi gajinya besar. Kalian lebih pilih yang mana?
Linda: Yaa kalau aku pilih yang di perusahaan kecil, tapi gajinya besar.
Norman: Aku tak setuju! Lebih baik di perusahaan besar, ya, walaupun gajinya kecil. Kalau kita bekerja di perusahaan besar, masa depan kita lebih terjamin pastinya.
Toni: Kalau kamu bagaimana, Am?
Ami: Kalau aku sih yang penting potensi ke depannya baik. Tak apa-apa sementara gaji kecil, tapi asalkan nanti ke depannya bisa cukup menjanjikan bagiku.
Toni: Itu artinya kamu memilih bekerja di perusahaan besar daripada perusahaan kecil kan? (sambil menunjuk Ami).
Ami: Iya benar!
Norman: Kalau kamu sendiri Ton?
Toni: Ya kalau aku kurang lebih sama dengan pilihan Ami. Kita kan lihat keberlanjutan nantinya di masa depan. Kalau gaji kita besar, tapi tidak ada keberlanjutan jenjang kariernya, buat apa juga? (menengadahkan tangan sambil menggelengkan kepala).
Norman: Iya benar juga sih kata kamu. Paling penting itu jenjang karier masa depan nanti.
Linda: Iya sepertinya sih pilihan yang paling tepat ya memikirkan efek jangka panjangnya. Buat apa gaji besar tapi hanya sementara. Lagi pula, perusahaan kecil juga lebih rawan bangkrut kan?
Ami: Oke, sekarang kan kita sudah tahu apa efek memilih pekerjaan ke depannya. Jadi nanti waktu kita melamar kerja setelah lulus, kita harus pertimbangkan dulu untung ruginya buat masa depan kita.
Norman dan Toni: Siippp!
Advertisement
Contoh Naskah Drama Pendek 4
Judul: Air Mata Haru
Pemain: Suami, Istri
- Sinopsis
Suatu fajar, terdapat sepasang suami istri berjalan berdampingan akan menuju masjid untuk melaksanakan salat subuh berjemaah.
- Dialog
Suami: Bu, abis salat nanti ketemu lagi di sini ya.
Istri: Iya Ayah (dengan diiringi senyum hangat).
Masuk dan berpisahlah mereka di dalam masjid, setelah selesai salat istrinya lebih dahulu keluar masjid, tapi sang istri bingung di mana sandalnya.
Suami: Ada apa bu?
Istri: Sandal ibu hilang, Yah, tadi di samping sandal Ayah.
Suami: Ya sudah, yang mengambil mungkin lebih membutuhkan sandal itu bu.
Istri: Berarti ibu pulang nyeker dong, Yah (keluh sang istri).
Suami: Jangan, sini biar ayah gendong.
Istri: Ibu berat, Ayah, jangan.
Suami: Keburu anak-anak bangun bu, ayo cepat.
Di atas punggung sang suami, istrinya meneteskan air mata terharu betapa pedulinya suaminya ini, romantis pikirnya.
Suami: Jangan mennagis Ibu, ayah hanya ingin Ibu bahagia.
Istri: Ini ibu menangis bahagia yah.
Suami: Kita terus sama sama seperti ini sampai maut memisahkan ya Bu.
Istri: Siap, aamiin Ayah.
Contoh Naskah Drama Pendek 5
Judul: Si Bedul
Pemain: Bedul, Fitri, Aji, Mey, Tres, Rindy
- Sinopsis
Pagi Senin yang cerah, semua siswa-siswi sudah merapikan barisan di lapangan untuk mengikuti kegiatan upacara bendera.
Bedul anak laki-laki yang duduk dengan Fitri langganan telat masuk sekolah. Pagi senin itu Aji meminta Fitri untuk memberi peringatan kepada Bedul supaya ia tidak nyumput di kelas saat kelas sedang tidak ada penghuni.
Di pertengahan upacara, Mey merasa kurang fit, jadi ia memilih pergi ke UKS.
Selesai upacara Fitri selaku bendahara kelas menangis saat membuka tas dikarenakan uang kas yang tersimpan di dalam tasnya hilang.
- Dialog
Aji: Jangan nangis Fit, nanti gua kasih tahu wali kelas kita.
Fitri: Jangan Aji.
Aji: Loh kenapa jangan Fit?
Fitri: Coba kita cari dulu, sebelum anak kelas kita tercemar namanya, Bedul tadi pas upacara lo ngumpet di kelas kan?
Bedul: Lo nuduh gua?
Fitri: Gue gak nuduh lo, gue mau nanya ada anak lain masuk kelas ini gak tadi?
Bedul: Udah lah Fit, lo nuduh gua kan?
Tres: Kok lo sensi Dul, Kenapa juga lo ngumpet di kelas tiap upacara kan nyurigain, kalau lo emang gak ngambil lo bisa santai.
Bedul: Kalau lo pada nuduh gua, periksa noh tas gua.
Fitri: Gak usah nyudutin siapa-siapa, nanti biar gue sendiri yang ganti.
Rindy: Bukan salah lo Fit, kelas ini emang keknya ada yang mau jadi maling.
Seketika Bedul membuka bajunya serta ia kibaskan, selain empat keping uang koin Rp. 1000 tidak ada lagi yang jatuh, ia lempar isi semua tasnya, tapi nihil tak lain yang jatuh hanya buku dan pena.
Bedul: Lo pada boleh hina gua karena gua miskin, tapi orang tua gua gak ngajarin gua maling.
Selang beberapa hari yang mencuri uang kas ternyata adalah Mey. Setelahnya Bedul tidak pernah datang lagi ke sekolah karena merasa sangat bersalah. Mey mendatangi Bedul yang sedang berjualan koran sehingga mau kembali lagi bersekolah.
Â
Sumber: Sahabatnesia, Dosenpintar
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement