Sukses


Arti Hasad beserta Bahaya dan Jenis-jenisnya

Bola.com, Jakarta - Hasad merupakan satu di antara sifat tercela. Hasad adalah perasaan negatif yang muncul tanpa alasan yang jelas, saat mengetahui orang lain mendapatkan hal yang baik.

Hal baik tersebut dapat berupa harta, jabatan, benda, maupun prestasi.

Hasad merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab yakni hasada- yahsidu- ihsid, yang artinya adalah iri dan dengki.

Hasad juga bisa diartikan dengan memiliki angan-angan agar kenikmatan milik orang lain hilang dari dirinya. Kenikmatan tersebut bisa berarti dalam hal apa pun, termasuk urusan agama dan dunia.

Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan lanjutan tentang hasad, dilansir dari laman Wakalahmu, Selasa (6/6/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Bahaya Hasad

Dapat Menghanguskan Kebaikan

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّرُ الْحَطَبَ

Artinya: "Jagalah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan. Sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)

Sebagaimana arti dalam hadis tersebut, sedikit sifat hasad mampu menghanguskan kebaikan yang telah dilakukan dengan banyak usaha. Kebaikan yang banyak tersebut dapat hilang tanpa sisa selayaknya kayu bakar yang menjadi abu saat dibakar.

Dosa Pertama di Langit dan di Muka Bumi

عُصِيَ اللهُ بِهِ فِي السَّمَاءِ الْحَسَدُ وَأَوَّلُ ذَنْبٍ عُصِيَ اللهُ بِهِ فِي الأَرْضِ الْحَسَدُ

Artinya: "Dosa yang pertama kali terjadi di langit adalah hasad (hasadnya iblis kepada Adam). Demikian pula dosa yang pertama kali terjadi di bumi adalah hasad (hasad yang mendorong salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudaranya)." (Tafsir Al-Qurthubi, 20/259)

Maka, akan lebih baik jika kita memberi perhatian lebih terhadap sifat hasad. Pasalnya, saking berbahaya dan sulit untuk menyadarinya, hasad menjadi perbuatan melanggar yang dilakukan baik oleh jin dan manusia.

Hilang Kemuliaan dan Masuk Neraka Jahanam

أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Artinya: "Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah." (QS. Al-Araf:12)

Pada ayat ini, iblis hasad kepada Adam karena Allah menyuruhnya untuk bersujud pada Adam. Oleh karena itu, iblis yang dulunya mulia dan termasuk jajaran malaikat harus keluar dari surga dan ditakdirkan untuk masuk neraka jahanam.

Melakukan Hal yang Sia-sia

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (١٢٠)

Artinya: "Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya."

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (Ali Imran: 120)

Melalui ayat di atas, dapat diketahui dengan pasti bahwa orang yang hasad terhadap orang lain dengan mengharapkan keburukan terjadi pada orang tersebut, pada dasarnya melakukan hal yang sia-sia karena harapan buruk tersebut tidak akan berpengaruh pada objek hasad mereka.

Justru sebaliknya, sifat hasad tersebut terus menimbulkan kekhawatiran dan kebencian terhadap diri orang yang hasad itu tadi.

3 dari 5 halaman

Jenis Hasad

Hasad Hakiki

Hasad inilah yang kita ketahui dengan merasakan emosi negatif saat melihat orang lain mendapat hal baik, serta menginginkan kebaikan tersebut hilang dari diri orang itu.

Perbuatan hasad jenis inilah yang akan mendatangkan beragam kerugian lahir dan batin serta ancaman dosa.

Ghibtoh/Hasad Majazi

Ghibtoh adalah perasaan iri yang muncul saat melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan hal-hal baik tanpa ingin orang tersebut kehilangan nikmat yang dimilikinya.

Ghibtoh juga terjadi saat muncul perasaan ingin memiliki kenikmatan yang dimiliki orang lain.

Hasad majazi atau ghibtoh inilah yang masih dapat diperbolehkan. Namun, tidak serta merta semua hal bisa menjadi objek ghibtoh tanpa batasan.

Hanya ada dua hal yang diperbolehkan untuk menjadi objek ghibtoh, sebagaimana perkataan Rasul dalam hadis berikut:

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Artinya: "Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al-Qur'an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya." (HR. Bukhori dan Muslim)

4 dari 5 halaman

Penyebab Hasad

Permusuhan

Faktor pertama ialah permusuhan. Sudah menjadi hal yang wajar jika ingin melihat kondisi pihak yang dimusuhi lebih buruk dan ada di bawah pihak lainnya. Maka, hasad pasti akan muncul saat seseorang bermusuhan dengan pihak lain.

Menganggap Diri Terlalu Tinggi

Poin pada faktor kedua ini tentu beda makna dengan percaya diri. Adapun yang diperbolehkan adalah percaya diri.

Sementara menganggap diri selalu yang paling unggul dalam apa pun akan mempersulit keadaan jika menemukan pihak yang ternyata ada di tingkat yang lebih tinggi.

Selalu ingat bahwa di atas langit masih ada langit.

Terlalu Mencintai Kekuasaan

Faktor ketiga ini dapat membuat orang dengan mudah merasakan hasad. Bahkan, dalam beberapa kasus tidak hanya berhenti di hasad.

Terlalu mencintai kekuasaan dapat menjadi kunci dari pintu kesengsaraan serta kerugian, dan hasad merupakan permulaannya.

5 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Orang Hasad

  • Kesal saat melihat orang mendapatkan rezeki lebih atau prestasi tertentu.
  • Memberitahukan kesalahan pihak tertentu di ruang publik.
  • Tidak terima jika pihak lain menerima pujian karena kinerjanya lebih baik.
  • Sering mencari-cari kesalahan orang lain.
  • Menuduh kenikmatan yang didapat orang lain dengan cara yang tidak benar.

 

Sumber: Wakalahmu

Yuk, baca artikel islami lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer