Bola.com, Jakarta - Mungkin kamu pernah membaca atau mendengar cerita Roro Jonggrang yang mengisahkan asal muasal dibangunnya Candi Prambanan. Nah, cerita tersebut termasuk sastra lama, sage.
Sage merupakan cerita rakyat yang memiliki kaitan cerita dengan zaman dahulu yang bersifat khayal atau tidak nyata, tetapi berisi petuah atau nasihat di dalamnya.
Baca Juga
Advertisement
Sage juga bisa didefinisikan sebagai cerita rakyat berdasarkan cerita sejarah yang sudah ditambah imajinasi masyarakat.
Sage dikenal luas oleh masyarakat dengan istilah dongeng sejarah karena menceritakan peristiwa zaman dahulu yang telah bercampur dengan imajinasi atau fantasi masyarakat.
Umumnya, sage menceritakan nilai-nilai kejujuran, keberanian, kepahlawanan, kesaktian, kebaikan maupun keajaiban dari seseorang atau kaum tertentu.
Tujuan dari sage adalah untuk membina budi pekerti yang luhur bagi generasi muda selanjutnya.
Sage disampaikan secara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Mengenai sumber yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu dalam membuat cerita sage, hingga saat ini belum diketahui referensinya.
Untuk lebih memahaminya, ada beberapa contoh sage yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran.
Berikut ini empat contoh sage yang menarik untuk dibaca, dikutip dari laman smansasingaraja.sch.id dan sman2-tp.sch.id, Selasa (6/6/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Timun Emas
Pada zaman dahulu ada seorang janda paruh baya bernama Mbok Srini yang hidup di sebuah desa di Jawa Tengah. Sejak ditinggal suaminya beberapa tahun, ia hidup sebatang kara, ia juga tidak memiliki seorang anak.
Karena merasa kesepian, ia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak, tapi sayangnya harapan itu pupus setelah suaminya meninggal dunia. Si Mbok Srini ini hanya dapat menunggu keajaiban untuk bisa memiliki anak.
Ia berharap keajaiban terjadi padanya, dengan selalu berdoa siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Pada suatu malam, harapan itu akhirnya datang lewat mimpinya.
Di mana di dalam mimpinya, si Mbok Srini didatangi sesosok raksasa yang menyuruhnya pergi mengambil sebuah bungkusan di bawah pohon besar di hutan tempat biasanya ia mencari kayu bakar. Saat ia terbangun di pagi hari, Mbok Srini hampir tidak percaya dengan mimpinya semalam.
Dengan penuh harapan, ia bergegas menuju ke hutan yang ditunjuk oleh raksasa itu dan mengikuti apa yang dia ingat dari mimpinya semalam. Setibanya di hutan, ia mencari bungkusan yang berada di bawah pohon besar.
Dengan penuh keyakinan, ia pun melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi. Seketika itu pula, tempat jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma menjadi lautan lumpur yang mendidih.
Alhasil raksasa itu terkalahkan karena tercebur ke dalam lautan lumpur dan tewas seketika. Maka selamatlah Timun Emas dari kejaran dan santapan raksasa itu. Dengan sekuat tenaga, Timun Mas berjalan menuju ke gubuknya untuk menemui ibunya.
Melihat anaknya selamat, Mbok Srini pun langsung berucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejak itu, Mbok Srini dan Timun Mas bisa hidup berbahagia.
Advertisement
Si Pitung
Dahulu kala di Tanah Betawi, ada seorang pendekar bernama Pitung, yang merupakan anak dari Bang Piun dan Mpok Pinah. Oleh masyarakat sekitar, ia sering dipanggil dengan sebutan Bang Pitung.
Pendekar yang baik hati ini, sangat sangat taat dalam menjalankan perintah agama, dan juga suka menolong orang miskin. Bang Pitung juga memiliki kesaktian, yaitu kebal terhadap senjata.
Orang baik ini selalu memikirkan golongan yang telah ditindas oleh orang-orang kaya. "Aku harus melakukan sesuatu agar dapat membantu masyarakat miskin," ucap Bang Pitung.
Kemudian ia mengumpulkan seluruh anak muda di kampungnya, dan merampok harta milik orang-orang kaya. Hasil rampokannya dibagikan kepada fakir miskin.
Meskipun suka merampok, Bang Pitung tidak suka dengan perampok yang menggunakan hasil rampokannya untuk memperkaya diri. Ia justru memberi pelajaran kepada mereka.
Aksi Bang Pitung pun terdengar oleh tentara Belanda, yang saat itu berkuasa. "Kita harus menghentikan Pitung agar kompeni tidak resah dengan keberadaannya," ucap pimpinan kompeni Belanda.
Berbagai upaya telah dilakukan, tapi Bang Pitung selalu berhasil lolos dari kejaran kompeni Belanda.
Meski telah ditembak berkali-kali, tubuh Pitung kebal dan tidak bisa terluka sama sekali. Kepala kompeni Belanda hampir berputus asa menghadapi hal itu.
"Bagaimana cara melumpuhkan Pitung? Apakah ia tidak memiliki kelemahan?" tanya kepala kompeni, sambil merasa kesal.
Akhirnya, sang kompeni menemui guru si Pitung, yaitu Haji Naipin. Karena merasa nyawanya dalam bahaya, Haji Naipin akhirnya membocorkan rahasia kelemahan si Pitung.
"Akhirnya aku tahu kelemahanmu Pitung!" ucap kepala kompeni Belanda sambil menggeram.
Setelah sekian lama, kompeni Belanda berhasil mengetahui persembunyian si Pitung. Tanpa membuang waktu, mereka langsung menangkap si Pitung.
Kompeni Belanda yang telah mengetahui rahasia kelemahan Pitung pun dengan mudah melumpuhkannya, yaitu, dengan cara mengambil jimat rahasianya, saat dia sedang mandi di sungai.
Pitung tewas karena luka tembak peluru emas di tubuhnya. Sesudah si Pitung meninggal, makamnya masih terus dijaga oleh tentara Belanda karena masih memercayai bahwa pendekar ini dapat bangkit dari kubur.
Roro Jonggrang
Dahulu kala, di Desa Prambanan, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Baka. la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Roro Jonggrang.
Suatu ketika, Prambanan dikalahkan oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Prabu Baka tewas di medan perang. Dia terbunuh oleh Bandung Bondowoso yang sangat sakti.
Bandung Bondowoso kemudian menempati Istana Prambanan. Melihat putri dari Prabu Baka yang cantik jelita yaitu Roro Jonggrang, timbul keinginannya untuk memperistri Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung Bondowoso adalah orang yang membunuh ayahnya. Karena itu, ia mencari akal untuk menolaknya. Lalu, ia mengajukan syarat dibuatkan 1.000 buah candi dan dua buah sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam semalam.
Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Ia meminta pertolongan kepada ayahnya dan mengerahkan balatentara roh-roh halus untuk membantunya pada hari yang ditentukan. Pukul empat pagi, hanya tinggal lima buah candi yang belum selesai dan kedua sumur hampir selesai.
Mengetahui 1.000 candi telah hampir selesai, Roro Jonggrang ketakutan.
"Apa yang harus kulakukan untuk menghentikannya?" pikirnya cemas membayangkan ia harus menerima pinangan Bandung Bondowoso yang telah membunuh orang tuanya.
Akhirnya, ia pergi membangunkan gadis-gadis di Desa Prambanan dan memerintahkan untuk menghidupkan obor-obor dan membakar jerami, memukulkan alu pada lesung, dan menaburkan bunga-bunga yang harum. Suasana saat itu menjadi terang dan riuh. Semburat merah memancar di langit dengan seketika.
Ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara itu, para roh halus segera meninggalkan pekerjaan. Mereka menyangka hari telah pagi dan matahari akan segera terbit. Pada saat itu hanya tinggal satu sebuah candi yang belum dibuat.
Bandung Bondowoso sangat terkejut dan marah menyadari usahanya telah gagal. Dalam amarahnya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca untuk melengkapi sebuah candi yang belum selesai.
Batu arca Roro Jonggrang diletakkan di dalam ruang candi yang besar. Hingga kini, candi tersebut disebut dengan Candi Roro Jonggrang. Sementara itu, candi-candi di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu (Candi Seribu), meskipun jumlahnya belum mencapai 1.000.
Advertisement
Lutung Kasarung dan Purbasari
Kisahnya diawali dari kehidupan Prabu Tapak Agung, yaitu seorang raja yang memiliki dua orang anak perempuan bernama Purbasari dan Purbararang.
Karena berniat turun tahta, Prabu Tapak Agung menjadikan Purbasari sebagai penerus untuk memimpin kerajaan. Keputusan ayahnya tersebut membuat Purbararang sangat marah hingga akhirnya mencelakakan Purbasari.
Dengan bantuan nenek sihir, ia memantera Purbasari hingga menjadi buruk rupa, dengan kulit yang dipenuhi oleh borok. Purbasari pun akhirnya disingkirkan ke hutan, dan Purbararang diangkat menjadi pemimpin kerajaan.
Purbasari berendam di dalam telaga, atas perintah sahabatnya yang merupakan seekor lutung. Setelah melakukan hal itu, keajaiban pun terjadi. Purbasari sembuh dari penyakitnya dan kembali menjadi cantik jelita.
Kemudian ia mendatangi kerajaan, dan bertemu dengan Purbararang. Mereka saling bersaing untuk memperebutkan tahta itu kembali. Selain saling mengadu panjang rambut, kedua gadis ini juga saling bersaing akan ketampanan kekasihnya
Purbasari memperkenalkan sahabatnya si lutung, sebagai kekasihnya. Dan keajaiban pun terjadi lagi, karena lutung berubah wujud menjadi pemuda yang tampan, hingga melebihi ketampanan kekasih Purbararang.
Akhirnya Purbararang mengaku kalah, serta mengakui kesalahannya. Purbasari pun diangkat menjadi ratu, dan hidup berbahagia bersama Lutung Kasarung.
Sumber: smansasingaraja.sch.id, sman2-tp.sch.id
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.