Bola.com, Jakarta - Presipitasi adalah komponen penting dalam siklus air. Presipitasi inilah yang menjadi sumber sebagian besar air tawar di Bumi.
Sekitar 505.000 km3 air turun melalui proses presipitasi setiap tahunnya, sebanyak 398.000 km3 turun di lautan.
Advertisement
Bila berdasarkan luas permukaan Bumi, presipitasi tahunan global adalah sekitar 1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1,1 m.
Dalam meteorologi, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer.
Itu terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi .
Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau penambahan uap air. Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, seperti hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, sleet, dan hujan es.
Presipitasi yang jatuh ke Bumi tetapi menguap sebelum mencapai permukaan disebut virga.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan lebih lanjut tentang presipitasi, dilansir dari stekom.ac.id, Selasa (13/6/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Macam-Macam Presipitasi
Hujan
Koalesensi terjadi ketika tetesan air bergabung menjadi tetesan air yang lebih besar atau ketika tetesan air membeku menjadi kristal es, dikenal sebagai proses Bergeron.
Laju jatuh dari tetesan air berukuran kecil sangat tidak signifikan sehingga awan tidak jatuh dari langit. Ketika turbulensi terjadi, tetesan-tetesan air saling bertumbukan hingga membentuk tetesan-tetesan air yang lebih besar.
Ketika tetesan-tetesan air besar mulai jatuh dari awan, proses koalesensi masih terus berlangsung hingga tetesan-tetesan air menjadi cukup besar untuk mampu melawan hambatan dari angin dan jatuh sebagai hujan.
Tetesan air hujan memiliki ukuran diameter sekitar 0,1 milimeter hingga 9 milimeter. Tetesan air hujan yang lebih besar dari itu cenderung pecah menjadi tetesan-tetesan yang lebih kecil.
Tetesan air kecil biasa disebut tetes awan dan berbentuk bundar. Ketika tetesan-tetesan tersebut membesar, bentuknya akan menjadi lebih lonjong.
Intensitas hujan biasanya berbanding terbalik terhadap durasinya. Badai dengan intensitas tinggi umumnya berdurasi singkat.
Sebaliknya, badai dengan intensitas kecil umumnya berdurasi panjang. Kode METAR untuk hujan berdurasi panjang (rain) adalah RA, sementara kode untuk hujan berdurasi singkat dan jelas batasannya (shower) adalah SH.
Hujan es
Mirip seperti presipitasi lainnya, hujan es terbentuk ketika tetesan air dengan temperatur rendah membeku saat bersentuhan dengan inti kondensasi, seperti debu. Batuan-batuan es (hailstone) pada hujan es memiliki diameter sekitar 5 milimeter.
Kode METAR "GR" biasa digunakan untuk batuan es besar dengan diameter setidaknya 6,4 milimeter. Kode GR berasal dari kata "grêle" dalam bahasa Prancis.
Sementara itu, batuan es dengan ukuran lebih kecil menggunakan kode "GS," kependekan dari kata "grésil" yang juga berasal dari bahasa Prancis. Batuan es terbesar yang pernah tercatat berdiameter 23,6 cm, sementara batuan es terberat memiliki massa 1 kg.
Ketika batuan es tumbuh menjadi lebih besar, bagian dalam mereka akan terus membeku dan melepaskan kalor laten ke luar batuan es.
Akibatnya, bagian luar batuan es akan meleleh dan menjadi lengket. Ketika lapisan luar tersebut menabrak batuan es lain yang, mereka akan bergabung menjadi batuan es yang lebih besar. Proses ini dinamakan "pertumbuhan basah."
Aliran udara naik mengembuskan batuan es menuju bagian atas awan. Seiring dengan bertambahnya ketinggian, aliran udara naik melemah dan batuan es kembali jatuh.
Batuan es akan kembali terangkat oleh aliran udara naik dan terus mengalami pertambahan volume es pada tiap pergerakan naiknya. Batuan es baru akan jatuh dari awan ketika ukurannya terlalu besar untuk dapat diangkat oleh aliran udara naik.
Advertisement
Macam-Macam Presipitasi
Kepingan salju
Kepingan salju terbentuk ketika tetes awan kecil super dingin sekitar 10 μm membeku. Tetes awan yang membeku kemudian berkembang dalam lingkungan super jenuh.
Jumlah tetesan air yang lebih banyak daripada jumlah kristal es di awan mengakibatkan kristal es dapat berkembang hingga berukuran ratusan mikrometer.
Proses ini dikenal sebagai proses Wegener–Bergeron–Findeisen. Kristal-kristal es besar merupakan sumber efisien presipitasi karena mereka jatuh karena massanya sendiri.
Saat jatuh, kristal-kristal es dapat bertumbukan dan saling menempel dengan kristal lain membentuk kepingan salju.
Kepingan salju terbesar yang pernah dicatat oleh Rekor Dunia Guinness berukuran 38 cm dan ditemukan pada bulan Januari 1887 di Fort Keogh, Montana. Penyebab pasti tentang bagaimana kristal-kristal es menyatu menjadi kepingan salju masih dalam tahap penelitian.
Meski es sebenarnya jernih, penghamburan seluruh spektrum cahaya oleh permukaan kristal es menyebabkan kristal es tersebut tampak berwarna putih.
Bentuk dan ukuran kepingan salju bergantung pada temperatur dan kelembapan lingkungan saat kepingan tersebut terbentuk.
Bentuk kepingan salju yang paling umum ditemukan adalah bentuk yang tidak teratur. Meski demikian, foto-foto populer salju menampilkan bentuk salju yang hampir sempurna karena mereka dianggap lebih menarik secara visual.
Tidak ada kepingan salju yang memiliki bentuk sama karena semua kepingan salju mengalami kondisi atmosfer yang berbeda saat turun dari awan. Kode METAR untuk salju adalah SN, sementara hujan salju memiliki kode SW.
Debu berlian
Debu berlian merupakan kristal es kecil berbentuk kolom dan pelat segi enam yang umumnya terbentuk saat langit cerah. Debu berlian terbentuk pada temperatur sekitar −30 °C (−22 °F).
Sumber: stekom.ac.id
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.