Bola.com, Jakarta - Hemofobia adalah phobia spesifik yang ditandai dengan rasa cemas dan takut berlebihan ketika melihat darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kamu bisa merasa ketakutan ketika melihat darah di foto atau tayangan video.
Rasa takut tersebut tidak sebatas pada darah manusia. Darah hewan juga bisa bikin pengidap hemofobia merasa ngeri. Dalam kondisi parah, melihat darah bisa menyebabkan penderita hemofobia histeris dan pingsan.
Baca Juga
Advertisement
Hemofobia bisa muncul bersamaan ataupun diperburuk oleh fobia lain, seperti agoraphobia (fobia keramaian), trypanophobia (fobia jarum suntik), mysophobia (fobia pada kuman), dan sebagainya.
Selain itu, fobia darah bisa disebabkan oleh pengalaman traumatis, seperti mengalami atau melihat kecelakaan yang menyebabkan keluarnya banyak darah.
Kejadian ini kemudian teringat jelas sehingga memicu ketakutan berlebih saat melihat hal yang berkaitan dengan darah.
Pola pengasuhan yang terlalu protektif juga bisa menambah risiko anak mengalami hemofobia. Karena takut terluka dan berdarah, anak jadi lebih takut mencoba sesuatu. Jika terus berlanjut, kondisi ini bikin anak punya ketakutan berlebih terhadap darah.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan lanjutan tentang hemofobia, disadur dari Klikdokter, Rabu (21/6/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gejala Hemofobia
Level kecemasan saat menderita phobia jauh lebih tinggi dibandingkan rasa takut biasa. Hal ini membuat penderita fobia darah merespons objek yang ditakuti secara psikologis maupun fisiologis.
Di bawah ini sederet gejala umum yang dirasakan penderita hemofobia ketika melihat darah.
- Nafas terasa berat atau cepat
- Jantung berdebar lebih cepat
- Sesak dan nyeri pada bagian dada
- Rasa cemas berlebihan atau panik
- Tubuh mendadak lemas
- Kehilangan kesadaran
- Badan gemetar
- Pusing dan mual
- Keringat dingin
Diagnosis hemofobia hanya bisa dilakukan oleh psikolog dan psikiater. Seseorang dapat dipastikan memiliki phobia darah apabila gejala-gejala di atas muncul dan menetap hingga lebih dari enam bulan.
Gejala dapat muncul hanya dengan melihat darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kondisi yang parah, gejala timbul hanya dengan membayangkan darah.
Advertisement
Cara Menghilangkan Fobia Darah
1. Psikoterapi
Psikoterapi yang biasa diberikan bagi penderita fobia adalah cognitive behavior therapy (CBT) alias terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan untuk membantu mengubah persepsi dan pola pikir penderita hemofobia terhadap darah.
Selain itu, diikuti dengan perubahan pola perilaku dalam merespons darah.
2. Terapi Relaksasi
Cara mengatasi fobia darah bisa dengan melakukan terapi relaksasi. Terapi relaksasi bertujuan untuk melatih pernapasan dan otot dalam merespons darah sehingga meminimalkan dampak hemofobia.
Rasa cemas, takut, dan stres dikelola lebih baik dengan teknik-teknik relaksasi.
3. Terapi Pemaparan Diri
Terapi pemaparan diri alias desensitization dilakukan secara bertahap dengan melibatkan objek yang menyebabkan rasa takut.
Saat menjalani terapi, penderita hemofobia akan diminta psikolog untuk melakukan beragam aktivitas merespons darah secara bertahap. Aktivitas dilakukan dari melihat gambar, memperhatikan tekstur, hingga menyentuh darah.
4. Farmakoterapi
Pada beberapa kasus fobia darah bergejala berat, psikiater memberikan obat-obatan untuk mengatasi rasa cemas berlebih.
Dengan mengonsumsi jenis obat antidepresan atau kecemasan sesuai resep dokter, penderita hemofobia diharapkan lebih tenang mengatasi ketakutannya.
Jika kamu mengalami gejala yang mengarah kepada hemofobia, cobalah berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater. Apalagi jika gejala tersebut mengganggu keseharian dan hubunganmu dengan orang lain.
Â
Disadur dari: Klikdokter (Published: 2/11/2022).
Yuk, baca artikel kesehatan mental lainnya dengan mengikuti tautan ini.