Bola.com, Jakarta - Sebagai orang tua, pasti menginginkan anak mandiri dengan cepat. Anak mandiri adalah anak bisa mengurus diri sendiri terutama jika itu menyangkut kegiatan sederhana.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, kemandirian diartikan dengan hal atau keadaan seseorang dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung kepada orang lain.
Baca Juga
Advertisement
Namun, apa yang kebanyakan orang tua tidak sadari adalah bahwa untuk membesarkan anak-anak dengan kualitas-kualitas ini, Anda harus menentang nasihat pengasuhan tradisional.
Memaksa anak-anak untuk patuh, menghukum mereka karena perilaku buruk dan mendorong mereka keluar dari zona nyaman mereka (bukan mengarahkan mereka) semuanya membuat anak-anak merasa tidak aman, penakut, dan tidak mampu berpikir sendiri.
Agak berlawanan dengan intuisi, anak-anak lebih cenderung menjadi mandiri di lingkungan di mana mereka didukung, didengar, dan diizinkan untuk berekspresi dan menjadi diri mereka sendiri sebanyak mungkin.
Berikut cara membesarkan anak menjadi anak mandiri, disadur dari Merdeka, Senin (10/7/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cara Melatih Anak menjadi Mandiri
Membentuk Keterikatan yang Kuat
Lantaran anak-anak belum dewasa dan rentan, mereka mencari keamanan untuk membangun rasa percaya diri mereka, dan tidak ada yang memberikan keamanan yang lebih besar kepada seorang anak selain orang tua atau pengasuh.
Jika orang dewasa penting ini mendorong anak-anak ke dalam situasi yang membuat stres dan menakutkan, terutama tanpa mengakui ketakutan atau kekhawatiran anak, ini dapat membuat mereka merasa tidak aman dan karena itu cenderung untuk bertindak kurang mandiri.
Namun, bagi anak-anak yang memiliki hubungan yang aman, penuh kasih, dan suportif dengan orang tuanya, hal yang sebaliknya terjadi.
Ketika anak-anak tahu bahwa orang tua mereka dengan hormat akan mendukung dan mengasuh mereka, itu akan membangun rasa percaya diri mereka dan, pada waktunya, memungkinkan mereka menunjukkan kemandirian yang lebih besar.
Biarkan Anak-Anak Mengekspresikan Perasaan dan Latih Emosi Mereka
Sering kali orang tua berasumsi bahwa membiarkan anak mereka mengekspresikan emosi yang kuat seperti kemarahan, ketakutan atau kekecewaan akan membuat mereka menjadi tidak disiplin dan impulsif.
Untuk menghindari hasil ini, orang tua menghukum anak mereka karena merasakan emosi itu atau menyuruh mereka berhenti mengungkapkannya.
Kendati regulasi emosi penting untuk menunjukkan kepercayaan diri dan kemandirian, anak-anak tidak akan pernah belajar regulasi dengan cara dihukum atau disuruh menekan emosi.
Sebenarnya, semua perasaan dan emosi itu alami. Tidak ada salahnya marah karena saudara laki-laki mengambil mainan, misalnya, atau merasa kecewa karena tidak bisa makan kue setelah makan siang.
Meluangkan waktu untuk melatih emosi anak-anak dan dengan demikian meningkatkan regulasi emosi memungkinkan anak-anak untuk makin berfungsi di dunia secara mandiri dari kita.
Ini memberi mereka alat yang mereka butuhkan untuk menjaga hubungan yang sehat dan aman sekarang dan di masa depan.
Advertisement
Cara Melatih Anak menjadi Mandiri
Biarkan Anak-Anak Berbicara
Nasihat pengasuhan konvensional menunjukkan bahwa anak-anak tidak boleh berbicara di luar batas atau menentang keinginan atau pendapat orang tua mereka.
Namun, seperti membiarkan semua perasaan, anak juga membutuhkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan berbicara, sebagai sarana belajar berpikir sendiri. Rumah adalah tempat terbaik untuk mempraktikkannya.
Meski membiarkan pembicaraan balik yang kasar atau tidak sopan tidak terkendali juga tidak membantu anak-anak, orang tua dapat melatih anak-anak tentang cara menyuarakan pikiran dan perasaan mereka dengan hormat.
Misalnya, jika seorang anak berteriak untuk menyampaikan maksud mereka, orang tua dapat dengan hormat menyatakan: "Ibu ingin mendengar apa yang kamu katakan, tetapi sebagai aturan Ibu tidak mendengarkan orang yang membentak Ibu. Ibu akan menunggu sampai kamu dapat mengungkapkan pendapatmu dengan suara tenang."
Berikan Batasan yang Konsisten dan Disiplin Positif
Sering kali orang tua percaya bahwa untuk membesarkan anak-anak yang menyesuaikan diri dengan baik, mereka harus mengajari mereka untuk patuh.
Sementara anak-anak perlu mempelajari perilaku yang benar, anak-anak yang hanya diajari untuk patuh tidak diberi kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru yang mendorong pemikiran mandiri.
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak belajar disiplin paling baik melalui cara-cara yang positif, atau lebih tepatnya, disiplin yang baik dan tegas, bukan diktator.
Ketika orang tua memvalidasi perasaan dan pendapat anak mereka dan menunjukkan empati, sementara pada saat yang sama menjunjung tinggi aturan dan batasan, anak merasa lebih aman dan percaya diri, dan mereka lebih cenderung menyerap pelajaran yang orang tua ingin mereka pelajari.
Cara Melatih Anak menjadi Mandiri
Menciptakan hubungan kolaboratif berdasarkan pemecahan masalah
Saat anak-anak menjadi dewasa dan mulai berpikir sendiri, orang tua dapat berusaha untuk membentuk hubungan kolaboratif dengan mereka dengan fokus pada pemecahan masalah.
Hubungan kolaboratif ini, seperti yang dijelaskan oleh Ross Greene, penulis buku, Raising Human Beings, terdiri dari orang tua yang pertama-tama mendengarkan dan mengumpulkan informasi dari anak ketika perilaku buruk terjadi.
Hal ini berlanjut dengan mendorong dan mendukung anak untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Strategi ini tidak hanya lebih berhasil mendidik anak, tetapi juga menghasilkan hubungan orang tua anak yang lebih damai dan sehat, dan itu mendorong pola pikir pemecahan masalah pada anak-anak, sebuah blok bangunan utama untuk menjadi pemikir mandiri di masa dewasa.
Mendorong Tanggung Jawab
Tanggung jawab dan kemandirian berjalan beriringan. makin bertanggung jawab anak-anak kita dapat bertindak, makin tidak bergantung mereka pada kita.
Orang tua dapat mulai mendorong pola pikir membantu sejak usia muda, sejak usia dua tahun, dengan melibatkan mereka dalam pekerjaan rumah tangga dan tugas-tugas kecil.
Membuat anak-anak memulai tugas adalah cara lain untuk membangun rasa tanggung jawab pada anak-anak. Misalnya, anak-anak dari segala usia dapat membantu mencuci pakaian, membersihkan dan membereskan piring, atau menyiapkan makan siang mereka sendiri.
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Ani Mardatila. Published: 22/11/2022)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement