Bola.com, Jakarta - Resistensi adalah suatu bentuk perlawanan dan penolakan untuk memprotes perubahan yang yang terjadi karena tidak sesuai dengan ekspektasi.
Resistensi biasanya dilakukan oleh seseorang yang berada pada struktur bawah, terhadap pihak kuat yang berada pada struktur penguasa. Perilaku ini muncul saat seseorang merasa tertekan akan suatu hal.
Baca Juga
Advertisement
Selain secara psikologis, resistensi juga ditemui dalam dunia ilmiah, di mana pengertian resistensi adalah kekuatan yang bertindak untuk menghentikan suatu zat untuk mengalir di arus listrik.
Dari dua kesimpulan ini, dapat dirangkumkan bahwa resistensi adalah suatu bentuk perlawanan atau penolakan pada suatu kondisi yang sedang terjadi. Hal ini umum terjadi dalam masyarakat karena perilaku ini bisa dipicu oleh beberapa faktor pemicu.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan lanjutan tentang resistensi, disadur dari Liputan6, Rabu (2/8/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bentuk Resistensi
1. Resistensi terbuka
Resistensi terbuka adalah bentuk resistensi yang biasanya ditandai dengan adanya tindak kekerasan, keramaian, atau huru-hara. Resistensi yang terbuka ini biasanya bersifat:
- Terorganisasi, sistematis, dan kooperatif.
- Berprinsip atau tanpa pamrih.
- Mempunyai akibat-akibat revolusioner.
- Mengandung gagasan dan tujuan yang meniadakan dasar dari dominasi itu sendiri.
2. Resistensi terselubung
Resistensi terselubung atau tertutup adalah bentuk resistensi yang biasanya ditandai dengan adanya gosip atau isu antara satu orang dengan yang lain sehingga masyarakat memiliki persepsi yang sama tentang suatu objek tertentu dan biasanya resistensi tertutup ini dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi.
Resistensi terselubung bersifat:
- Tidak terorganisasi, tidak sistematis, dan individual.
- Berpamrih.
- Tidak mempunyai akibat revolusioner.
Advertisement
Penyebab Resistensi
1. Tidak Sepakat dengan Perubahan
Penyebab resistansi yang pertama adalah karena adanya ketidaksepakatan pada perubahan. Dalam masyarakat ada anggota organisasi merasa bahwa langkah yang baru adalah langkah yang salah dan tidak seharusnya dilakukan, yang kemudian memunculkan penolakan.
2. Memiliki Keyakinan yang Salah
Selanjutnya adalah adanya keyakinan yang salah dalam diri seseorang. Tidak sedikit orang merasa bahwa segala sesuatu akan selesai dengan sendirinya, suatu saat, tanpa melakukan apa pun.
Walau terkadang pendapat ini adalah kebenaran, kerap kali pemikiran ini adalah untuk memudahkan diri sendiri dan menghindar dari risiko akibat adanya perubahan.
3. Takut Gagal
Penyebab resistensi yang berikutnya adalah rasa takut akan kegagalan. Perubahan mungkin menuntut keterampilan diluar kemampuan seseorang. Resistensi terhadap pendekatan atau strategi baru muncul karena orang mengetahui bagaimana sebelumnya suatu hal berjalan, namun kemudian dihadapkan pada sesuatu yang tidak diketahui.
4. Adanya Ketidakpahaman dan Ketiadaan Kepercayaan
Ketidakpahaman dan ketiadaan kepercayaan menjadi penyebab resistensi yang selanjutnya. Anggota organisasi menolak perubahan ketika mereka tidak memahami ide atau penerapannya dan menganggap perubahan bisa jadi hanya akan lebih banyak membebani daripada apa yang dapat diperoleh.
Situasi demikian terjadi apabila tidak ada kepercayaan antara pihak yang mengusulkan perubahan dengan para anggota organisasi.
Penyebab Resistensi
5. Takut Kehilangan Benda yang Bernilai
Takut harus kehilangan sesuatu yang bernilai adalah penyebab lain perilaku resistensi.
Setiap anggota organisasi yang kemudian mengetahui rencana perubahan yang akan dilakukan dan menemukan bahwa mereka akan kehilangan sesuatu sebagai hasil dari penerapan perubahan, mereka akan menunjukan sikap menolak.
6. Ketidakberdayaan
Penyebab resistansi berikutnya adalah rasa ketakberdayaan. Setiap organisasi bisa mengalami suatu kondisi ketakberdayaan pada tingkatan tertentu dan karena hal itu mereka mencoba mempertahankan status mereka dengan perilaku resistensi.
7. Enggan Meninggalkan Zona Nyaman
Perasaan enggan untuk meninggalkan zona nyaman juga menjadi penyebab perilaku resistensi.
Banyak orang merasa takut menuruti keinginan melakukan hal baru karena akan memaksa mereka keluar dari wilayah yang selama ini membuat mereka nyaman dan karena harus menghadapi risiko ketaknyamanan.
8. Takut Terhadap Perubahan
Penyebab resistensi yang terakhir adalah rasa takut akan adanya perubahan. Perubahan berimplikasi pada adanya sebuah ketakpastian, dan ketakpastian adalah sesuatu yang tidak memberikan kenyamanan.
Ketakpastian berarti keraguan atau ketaktahuan terhadap apa yang mungkin akan terjadi. Ini dapat menimbulkan rasa takut, dan menolak menjadi tindakan yang dapat mengurangi rasa takut itu.
Â
Disadur dari: Liputan6.com (Penulis:Â Woro Anjar Verianty, Editor: Fadila Edelin. Published: 22/9/2022)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement