Bola.com, Jakarta - Puisi rakyat adalah warisan bangsa berupa puisi, syair, pantun, dan gurindam, yang memiliki nilai pesan moral, agama, dan budi pekerti.
Puisi rakyat dikenal juga sebagai puisi lama atau puisi tradisional. Puisi lama biasanya disampaikan dari mulut ke mulut dan biasanya tidak diketahui penulis atau pengarangnya.
Baca Juga
Advertisement
Puisi lama terlihat kaku karena aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait, dan rima.
Ada banyak jenis puisi rakyat yang ada dan pernah berkembang di Indonesia sejak masa sastra Melayu lama. Meski begitu, jenis puisi rakyat yang sering dipelajari hanya beberapa.
Jenis puisi rakyat yang sering dipelajari ialah pantun, gurindam, seloka, dan syair. Keempat jenis puisi rakyat ini mempunyai nilai-nilai kesusastraan yang begitu kaya.
Berikut ini contoh puisi rakyat berdasarkan jenisnya yang perlu dipahami, dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Jumat (25/8/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu "kirindam", berarti mula-mula atau perumpamaan.
Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan.
Gurindam memiliki ciri khas sebagai berikut:
a. Terdiri atas dua baris dalam sebait.
b. Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
c. Tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya.
d. Merupakan satu kesatuan yang utuh.
e. Baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian.
f. Baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua).
g. Isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.
Contoh gurindam:
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Advertisement
2. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan.
Ciri-ciri pantun yaitu:
a. Tiap bait terdiri dari 4 baris atau 4 larik.
b. Tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
c. Rima akhir tiap baris adalah a-b-a-b.
d. Baris 1 dan 2 adalah sampiran.
e. Baris 3 dan 4 adalah isi
Contoh pantun:
Air surut memungut bayam,
Sayur diisi ke dalam kantung.
Jangan diikuti tabiat ayam,
Bertelur sebiji riuh sekampung.
3. Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia.
Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu "syi’ir" atau "syu'ur" yang berarti perasaan yang menyadari, kemudian kata syu'ur berkembang menjadi syi'ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya, syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab.
Ciri-ciri syair antara lain:
a. Setiap bait terdiri dari empat baris.
b. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
c. Bersajak a-a-a-a.
d. Semua baris adalah isi.
e. Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
Contoh syair:
S y a i r p er ahu
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir
Â
Karya: Hamzah Fansuri
Advertisement
Seloka
Seloka adalah bentu puisi Melayu klasik, berisi pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran, bahkan ejekan.
Umumnya ditulis empat baris memakai bentuk pantun/syair, terkadang bisa juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Berikut ini ciri-ciri Seloka:
a. Dalam satu baris hanya terdapat dua baris.
b. Dalam satu baris, suku katanya agak panjang, yakni sekitar 18 suku kata atau kurang.
c. Setiap isi bait dalam seloka saling berhubungan dengan bait berikutnya.
d. Menggunakan sajak bebas atau tidak terikat.
e. Berisi kritikan dan nasihat atau sikap negatif tertentu.
Â
- Contoh seloka 4 baris:
Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis berguncang
- Contoh seloka 6 baris:
Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera di hutan disusui
Â
Sumber: Kemdikbud
Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.