Sukses


Indonesia Nol Gelar Lagi di Kejuaraan Dunia Bulutangkis, Begini Penjelasan PBSI

Bola.com, Jakarta Indonesia masih belum bisa mengakhiri puasa gelar di Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Pada edisi 2023 di Kopenhagen, Denmark, hanya satu wakil yang lolos ke final, yakni ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia.

"Secara umum, kami gagal memenuhi target di Kejuaraan Dunia 2023. Hanya Apri/Fadia di ganda putri yang maju ke final. Sementara sektor yang lain, tidak berhasil mencapai target. Mereka semua sebenarnya sudah tampil maksimal, namun belum cukup mengantarkan pemain-pemain Indonesia terus melaju ke babak akhir untuk jadi juara," kata Kabid Binpres PP PBSI, Rionny Mainaky.

Kegagalan ini menjadi alarm bahaya bagi bulutangkis nasional, mengingat kekuatan Indonesia pada masa lalu, terutama di nomor ganda putra. Terakhir kali, Indonesia meraih medali emas pada edisi 2019, melalui Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

"Kegagalan ini harus menjadi pelajaran penting agar tidak gagal lagi di kejuaraan-kejuaraan penting dan event lainnya ke depan. Kita harus segera bersiap lagi menghadapi kejuaraan-kejuaraan selanjutnya," lanjutnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Faktor Mental

Rionny Mainaky menyebut faktor mental menjadi yang paling krusial dalam major event.

"Harus disadari tampil di kejuaraan besar seperti Kejuaraan Dunia ini, faktor mental jadi dominan dan penentu kemenangan. Mental ini tak hanya berhubungan dengan soal fighting spirit saja, tetapi juga berdampak ke segi yang lain," katanya

"Kalau mental tak kuat, akan berpengaruh ke berbagai segi saat pemain bermain di lapangan. Bisa berimbas ke teknik yang dimiliki hilang. Ketrampilannya tidak muncul. Juga kelincahan dan pergerakan terasa lambat."

3 dari 3 halaman

Ranking 1 Early Exit

Khusus ganda putra, ada catatan merah. Peringkat satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, justru terhenti di babak 32 besar.

"Di ganda putra, ada pressure yang demikian berat ke para pemain. Mereka kalah karena bebannya terlalu berat," kata Rionny.

"Fajar/Rian tak bisa maksimal. Padahal keduanya jadi ujung tombak. Mereka mendapat tekanan, sehingga power, speed, dan fokus tak bisa mengatasi lawan. Memang sudah bisa menyerang tapi tak tembus."

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer