Sukses


5 Contoh Teks Cerita Sejarah tentang Pahlawan Indonesia

Bola.com, Jakarta - Contoh teks cerita sejarah sering digunakan para siswa untuk belajar. Seperti diketahui, teks cerita merupakan satu di antara materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia

Lantas, apa itu teks cerita sejarah? Teks cerita sejarah adalah jenis tulisan yang berisi cerita, kejadian atau peristiwa yang benar-benar pernah terjadi atau berlangsung di masa lalu.

Di dalam teks cerita sejarah, disampaikan pengisahan suatu deretan peristiwa yang disusun berdasarkan kronologi waktu. Teks cerita sejarah berkaitan dengan teks narasi.

Teks cerita sejarah disampaikan berdasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan dan membentuk kisah sejarah teks tersebut.

Ada beragam teks cerita sejarah yang menarik untuk dibaca dan dipahami. Satu di antara ialah teks cerita sejarah tentang pahlawan Indonesia.

Berikut ini beberapa contoh teks cerita sejarah tentang pahlawan Indonesia, dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Selasa (29/8/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia ini bernama Soekarno, atau mungkin kita lebih akrab mendengar panggilan Bung Karno. Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto) yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubarinya. Usai lulus HBS tahun 1920, beliau pindah ke ibu kota Jawa Barat dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool) atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang disebut sebagai Institut Teknologi Bandung. Beliau pun berhasil meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926.

Kiprah Soekarno pun berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.

Kompeni yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya. Akibatnya Belanda menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929.

Delapan bulan mendekam di jeruji besi, ia pun baru disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang berjudul "Indonesia Menggugat", beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah menelan berbagai pil pahit, perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada Agustus 1945 ia bersama Moh. Hatta dan tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia.

3 dari 6 halaman

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno. Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat. Ia juga kental dengan pelajaran agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama. Beranjak dewasa, ia menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di luar pelajaran formal seperti keorganisasian. Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa saat ia melanjutkan pendidikan di PHS (Prins Hendrik School) pada 1921. Ia aktif menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond.

Ia pun lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda, Moh. Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.

Keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr. Sjaaf, Kaligis, dan dr. Sarjito. Dalam perkembangannya, tahun 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.

Di tahun 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan Syahrir untuk mempelajari cara mempraktikkan koperasi di Denmark, Swedia, dan Norwegia. Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia. Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Bung Hatta dapat menyampaikan gagasan-gagasannya terkait politik yang dianut dan akan dijalankan Perhimpunan Indonesia. Namun, sama seperti Soekarno, Belanda menganggap ini adalah sebuah ancaman bagi pemerintahan kolonial.

Dalam masa perjuangan politiknya itu, Bung Hatta pernah ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Setelah mendekam selama lima setengah bulan, berkat pembelaan dan perjuangan hukum teman-temannya beliau dibebaskan dari segala tuduhan.

Tak sampai di situ, bahkan dia juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Digul dan Banda Neira. Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah di Medan yang tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisan tersebut justru lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembacanya.

Saat Jepang menduduki Indonesia, Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Ia pun turut andil dalam keanggotaan Panitia Sembilan dan PPKI sebagai media persiapan kemerdekaan Indonesia.

Setelah perjuangan panjangnya, ia berhasil mewujudkan keinginan rakyat untuk memerdekakan Indonesia. Bersama dengan Soekarno, beliau menorehkan tinta "atas nama bangsa Indonesia" di dalam naskah proklamasi.

Perjuangan kedua pasangan emas tersebut dalam memerdekakan Indonesia tak lagi dimungkiri. Mereka pun diangkat menjadi pahlawan proklamasi secara resmi tahun 2012 setelah sebelumnya status tersebut mengalami distorsi berkali-kali.

4 dari 6 halaman

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lebih dikenal sebagai Pahlawan Pendidikan Indonesia. Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Beliau merupakan keturunan dari keraton Yogyakarta. Pada umur 40 tahun, beliau mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.

Beliau tidak memakai gelar nama kebangsawanannya lagi dikarenakan beliau ingin lebih dekat dengan rakyat secara fisik maupun hatinya. Biografi Ki Hajar Dewantara memang penuh pengabdian kepada Indonesia. Sudah banyak sekali hal bermanfaat yang dilakukan oleh beliau.

Ki Hajar Dewantara bersekolah di ELS yang dulu merupakan sekolah dasar Belanda. Selanjutnya beliau juga melanjutkan sekolah di Stovia yang merupakan sekolah dokter untuk Bumiputera. Namun, selama sekolah di Stovia, beliau tidak sampai tamat dikarenakan sakit.

Hal ini juga banyak diceritakan di semua buku biografi Ki Hajar Dewantoro. Beliau pernah bekerja menjadi wartawan di berbagai media cetak terkenal pada masa itu, seperti Mideen Java, Sedyotomo, De Ekpress, Kaoem Moeda, Poesara, Oetoesan Hindia, dan Tjahaja Timoer. Tulisan beliau di berbagai media tersebut sangat komunikatif dan kritis sehingga dapat meningkatkan semangat rakyat pada masa itu.

Ketika membahas tentang biografi Ki Hajar Dewantara memang tidak pernah ada habisnya. Ada banyak sekali hal yang harus kita banggakan untuk beliau. Pada 1908, beliau aktif sebagai pengurus organisasi Boedi Oetomo.

Selanjutnya, beliau membuat organisasi sendiri bersama Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan Dr. Danudirdja Setya Budhi, dan Dr. Cipto Mangoekoesoemo mendirikan sebuah organisasi yang bernama Indische Partij pada 25 Desember 1912. Organisasi ini merupakan partai politik pertama di Indonesia yang beraliran nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Ketika ingin mendaftarkan partai ini, mereka ditolak oleh Belanda karena dianggap menumbuhkan nasionalisme pada rakyat.

Dengan ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya membentuk Komite Boemi Poetra yang digunakan untuk membuat kritik ke pemerintahan Belanda. Mereka menulis berbagai kritikan untuk pemeritahan Belanda yang dimuat di surat kabar De Ekpress yang pemiliknya pada saat itu adalah Douwe Dekker.

Dalam tulisan tersebut mereka mengatakan bahwa tidak mungkin merayakan kemerdekaan di negara yang sudah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Karena tulisannya itu, beliau dibuang ke Pulau Bangka, sebagai hukuman pengasingannya oleh pemerintahan Belanda. Cerita ini banyak ditemukan di buku-buku biografi Ki Hajar Dewantara.

Setelah pulang dari pengasingan dan sempat melakukan perjalanan ke Belanda, beliau akhirnya mendirikan Taman Siswa. Selama pendirian Taman Siswa ini banyak tantangan dan halangan dari pihak pemerintahan Belanda.

Dengan segala kegigihannya, akhirnya Taman Siswa mendapatkan izin berdiri. Setelah masa kemerdekaan, beliau menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Jika Anda mengunjungi Yogyakarta, Anda bisa mengunjungi museum yang didedikasikan untuk Ki Hajar Dewantara.

5 dari 6 halaman

Cut Nyak Dhien

Di Indonesia bagian Barat, terdapat seorang pahlawan wanita dari Tanah Rencong. Dia adalah Cut Nyak Dhien, sang srikandi tangguh yang ikut mempertahankan Aceh dari jajahan kolonialisme Belanda.

Cut Nyak Dhien merupakan seorang wanita keturunan bangsawan yang lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh. Keturunan bangsawannya berasal dari ayahnya, Teuku Nanta Muda Seutia, yang merupakan seorang Uleebalang (kepala pemerintahan setingkat kabupaten pada Kesultanan Aceh) wilayah VI Mukim.

Cut Nyak Dhien bergerilya selama 20 tahun bersama Teuku Umar. Ia ikut aktif mendampingi suaminya menjelajahi hutan, turut pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain mendampingi suami dalam pertempuran menghadapi musuh.

Cut Nyak Dhien turut berperan sebagai motor penggerak yang mengantarkan Teuku Umar pada puncak kariernya sebagai pejuang sampai tewas oleh peluru Belanda.

Gugurnya Teuku Umar tidak membuat Cut Nyak Dhien patah semangat perlawanannya. Bahkan ia maju ke depan memimpin pasukan. Ia kembali mengadakan aksi sampai fisiknya menjadi lemah.

Setelah lebih kurang enam tahun lamanya meneruskan perlawanan, ia tertawan bersama pasukannya. Kemudian ia diasingkan ke Pulau Jawa sampai wafat.

6 dari 6 halaman

Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin adalah tokoh pahlawan yang berasal dari Makassar. Ia merupakan raja ke-16 Kerajaan Gowa yang lahir pada 12 Januari 1631. Sebelum menjadi raja, nama asli beliau ialah I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah ia naik takhta, barulah ia bergelar Sultan Hasanuddin.

Kerajaan Gowa kala itu menentang keras kongsi dagang Belanda, yakni VOC yang ingin menguasai rempah-rempah di perairan Sulawesi dan Maluku.

Sultan Hasanuddin yang memegang tampuk kepemimpinan pun dengan tegas menolak monopoli tersebut sehingga Belanda geram dan menggempur Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa yang tak kuat menahan gempuran akhirnya dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Namun, itu semua tidak serta-merta memadamkan semangat juang Sultan Hasanuddin beserta para pasukannya. Perlawanan-perlawanan masih terjadi pascaperjanjian, tetapi sayang tidak membuahkan hasil yang maksimal sehingga VOC masih mendominasi di wilayah Sulawesi Selatan.

Meski tak bisa mengusir bangsa Barat, hingga akhir hayatnya Sultan Hasanuddin masih bersikukuh tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Kegigihan tersebut dibawa sampai ia wafat pada 12 Juni 1670 di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

 

Sumber: Kemdikbud

Baca artikel seputar contoh lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer