Sukses


Apa Itu Sejarah sebagai Peristiwa? Ini Penjelasannya

Bola.com, Jakarta - Sejarah adalah peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah yang terjadi tersebut berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia.

Masa lampau itu tidak terlepas dari rangkaian masa kini dan masa akan datang sehingga waktu dalam perjalanan sejarah adalah satu kontinuitas.

Maka itu, untuk memudahkan ingatan manusia dalam mempelajari sejarah perlu ditentukan batas awal dan akhirnya.

Para ahli sejarah sepakat bahwa ada tiga komponen pengertian atau konsep sejarah yang berbeda, tetapi berkaitan satu sama lain. Satu di antara konsepnya ialah sejarah sebagai peristiwa. Apa itu sejarah sebagai kisah?

Berikut ini penjelasan tentang sejarah sebagai peristiwa yang perlu diketahui, dilansir dari repository.ut.ac.id, Selasa (29/8/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 7 halaman

Sejarah sebagai Peristiwa

Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah in concreto atau an sich yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lalu.

Sebagai contoh yang diungkapkan secara umum dalam bahasa sehari-hari, misalnya "Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu Amerika dan kawan-kawannya".

Contoh lainnya, "Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta". Itulah contoh konsep atau pengertian yang dimaksud sejarah sebagai peristiwa.

Peristiwa atau kejadian ada yang bersifat alamiah, misalnya gunung meletus, banjir, kemarau panjang, gerhana matahari, dan sebagainya.

Selain itu, ada peristiwa yang bersifat insaniah, yakni berkaitan dengan manusia, baik angan-angan, gagasan, pikiran, sikap, perilaku, tindakan dan hasil karya manusia, baik yang bersifat material maupun spiritual yakni kebudayaan.

Sejarah sebagai peristiwa menyangkut peran manusia baik sebagai objek maupun sebagai subjek pelaku dalam peristiwa sejarah. Lantas, apa yang dinamakan peristiwa atau kejadian?

Kejadian adalah hal yang terjadi. Lalu kita bertanya lagi, "apakah yang terjadi?" Terhadap pertanyaan ini banyak jawaban yang dapat diberikan. Apakah yang terjadi di planet bumi kita ini?

Menurut para pakar ilmu pengetahuan, bumi kita ini terjadi atau dijadikan. Demikian pula tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia yang hidup di atas permukaan bumi.

3 dari 7 halaman

Sejarah sebagai Peristiwa

Untuk dapat hidup langsung manusia bergaul dengan sesamanya, membuat perkakas-perkakas, menjinakkan hewan, dan memelihara tumbuh-tumbuhan. Itu semuanya adalah perbuatan yang harus kita golongkan ke dalam kejadian.

Kesimpulannya, apa saja yang terjadi dan terbentuk dalam masa yang lampau adalah kejadian. Semua kejadian terutama yang menyangkut kehidupan manusia termasuk perbincangan sejarah.

Dengan demikian tidak terhitunglah jumlah kejadian di masa yang lampau itu. Kamu dapat membayangkan berapa jumlah kejadian-kejadian di bumi ini, sejak bumi diciptakan hingga sedetik yang lalu.

Kejadian-kejadian di masa lampau itu, walaupun sudah tidak ada lagi, kesan-kesannya membekas pada ingatan manusia. Namun, ingatan manusia terbatas. Manusia pada umumnya tidak dapat mengingat-ingat seluruh kejadian yang dialaminya dan tidak selamanya ia dapat mengingat satu kejadian saja secara lengkap.

Maka itu, banyak kejadian-kejadian di masa lampau yang "hilang" dan di antaranya yang "hilang" itu sebagian besar belum dapat ditemukan kembali. Apalagi pada waktu manusia belum mengenal tulisan, banyak sekali kejadian-kejadian yang berlalu tanpa berkesan.

4 dari 7 halaman

Sejarah sebagai Peristiwa

Memang kejadian-kejadian penting ada yang disampaikan kepada anak cucu melalui cerita-cerita dan dongeng-dongeng oleh orang-orang yang mengalaminya. Namun, kebenaran dongeng dan cerita itu banyak yang harus kita sangsikan.

Sebab, dalam dongeng dan cerita itu sering ditambahkan hal-hal yang digemari oleh orang yang bercerita, sedangkan hal-hal yang kurang disenangi tidak disebutkan sama sekali.

Akibatnya sering terjadi bahwa satu dongeng atau cerita asli menjadi berbagai cerita atau dongeng-dongeng yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Zaman ketika manusia belum mengenal tulisan, dalam bahasa Sanskerta dinamakan "zaman Nirleka" (nir = tidak, leka = aksara).

Pada masa prasejarah, apa-apa yang pernah dikerjakan manusia dapat juga kita ketahui. Perkakas-perkakas yang mereka tinggalkan dan juga dapat juga kita temukan kembali, kita pakai sebagai bukti untuk menunjukkan kepandaian mereka.

Kubur batu, punden berundak-undak, arca-arca atau patung-patung yang mereka buat, membuktikan bahwa mereka buat, membuktikan bahwa mereka sudah mempunyai kebudayaan dan kepercayaan kepada dewa-dewa dan Tuhan.

Namun, bukti-bukti yang jelas yang dapat menunjukkan kejadian-kejadian itu secara tepat baik mengenai tempat, waktu, dan wujudnya belum kita dapati dalam zaman prasejarah.

Lantaran seorang guru yang mengajarkan tidak menyaksikan sendiri kejadian-kejadian yang diterangkannya, ia harus dapat menunjukkan sumber-sumber di mana keterangan-keterangan itu didapatkannya.

Hal itu perlu sekali sebagai pegangan apakah kejadian-kejadian yang dijelaskannya dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.

5 dari 7 halaman

Sejarah sebagai Peristiwa

Untuk menggambarkan atau menghidupkan kembali suasana masa lampau, kita harus menggunakan kejadian-kejadian yang terdapat pada masa lampau. Kejadian-kejadian itu tidak semuanya kita ketahui dan tidak semuanya kita perlukan guna mencapai maksud kita.

Di antara kejadian-kejadian yang jumlahnya tidak terhingga itu harus kita pilih, mana-mana yang dapat kita pakai.

Memilih kejadian-kejadian untuk dipakai guna menyusun cerita sejarah, kita namakan seleksi. Penting atau tidaknya suatu kejadian untuk dimasukkan ke cerita sejarah, bergantung kepada yang menyusun cerita sejarah itu.

Maka itu, gambaran masa lampau tidak sama. Kalau kita perhatikan isi buku-buku sejarah yang kita pelajari, satu kejadian mempunyai arti berbeda-beda bagi orang-orang yang mempunyai perbedaan pendirian.

Lantaran kegiatan penelitian-penelitian sejarah, jumlah kejadian-kejadian yang ditemukan kembali makin bertambah banyak. Hal ini menyebabkan tanggapan kita tentang masa yang lampau itu.

Satu kejadian yang semula belum kita ketahui kita sisipkan di antara kejadian-kejadian lain yang ada hubungannya, akan mengubah sebagian satu sama sekali gambaran kita tentang masa lampau di mana kejadian-kejadian itu berlangsung.

Demikian pula kalau satu kejadian tidak disebutkan di dalam suatu rangkaian kejadian-kejadian, semangat cerita sejarahnya akan berubah. Hal semacam ini sering kali terjadi berdasarkan maksud-maksud tertentu dari penyusunnya.

Dalam hal ini cerita sejarah mempunyai persamaan dengan dongeng-dongeng, hanya dengan perbedaan bahwa dongeng-dongeng itu tidak menyebutkan sumber-sumbernya. Kalau kita mempelajari kejadian-kejadian.

Kembali kepada soal tulisan, tulisan adalah alat yang diciptakan manusia untuk menyatakan pikirannya. Berbeda dengan ucapan, tulisan itu dapat bertahan jauh lebih lama. Apalagi kalau tulisan itu dicantumkan pada bahan yang sangat tahan terhadap kekuatan alam dan masa.

6 dari 7 halaman

Sejarah sebagai Peristiwa

Dengan tulisan orang dapat mencatat pengalaman-pengalamannya. Kalau kita menemukan kembali catatan-catatan itu, kita akan lebih mengetahui tentang apa sebenarnya yang dialami manusia di masa yang lampau.

Kalau kita perhatikan pendapat-pendapat di atas maka tulisan itu menolong manusia dalam mengingat-ingat. Manusia dengan ingatannya yang terbatas, dapat menyimpan kejadian-kejadian yang dialaminya di dalam tulisan. Dalam sejarah dengan sendirinya tulisan menduduki tempat yang penting.

Dalam arti yang sempit sejarah juga berarti zaman ketika manusia telah mengenal tulisan. Kejadian-kejadian pada waktu yang lampau tidak dapat disangsikan lagi. Maka itu, ada orang yang mengatakan, bahwa sejarah yang sebenarnya itu tidak ada.

Kini, yang tinggal hanya catatan-catatan atau cerita-cerita (lisan atau tulisan) tentang kejadian-kejadian itu. Jadi, sukarlah bagi kita untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah dalam menelaah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu yang lampau.

Kejadian-kejadian pada waktu yang lampau itu begitu banyaknya sehingga tidak mungkin kita mengetahui dan mempelajari seluruhnya. Seluruh waktu hidup kita, tidak cukup untuk menguasai itu semua.

Kejadian-kejadian yang kita pelajari dalam sejarah pada pokoknya hanya meliputi kejadian-kejadian yang penting saja. Kejadian-kejadian yang mempunyai arti bagi kemanusiaan.

Kejadian-kejadian yang kita pelajari bukanlah kejadian-kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Kita hanya mempelajari rentetan-rentetan tahun saja. Kita harus mencari hubungan atau menghubungkan kejadian satu dengan kejadian yang lain, kalau hubungan itu ada.

7 dari 7 halaman

Sejarah sebagai Peristiwa

Ada atau tidaknya hubungan antarkejadian itu bergantung pada hasil penyelidikan atau kepada perbendaharaan ilmu pengetahuan kita. Kejadian dalam sejarah harus disusun secara teratur.

Biasanya kejadian yang lebih dahulu terjadi ditaruh di muka, sedangkan kejadian yang menyusul diletakkan di belakangnya.

Dengan demikian, bukan saja kita mendapatkan rangkaian kejadian-kejadian yang teratur menurut waktu (dalam bahasa asingnya chronologis atau chronografis), tetapi kejadian-kejadian itu juga menunjukkan kepada kita ke arah mana sejarah menuju.

Selanjutnya kita juga dapat mengambil kesimpulan, bahwa kejadian yang terakhir akan lebih jelas bagi kita ketahui terlebih dahulu kejadiankejadian sebelumnya.

Kejadian-kejadian pada masa yang lampau sebagian ada yang menarik perhatian kita dan ada yang tidak. Menarik atau tidaknya suatu kejadian itu bergantung pada keyakinan dan sikap seseorang memandangnya. Hal ini tampak jelas di dalam buku-buku sejarah.

Seorang penulis sejarah akan menumpahkan segala pengetahuannya dan kepandaiannya terhadap suatu kejadian yang menarik minatnya dengan uraian sejelas-jelasnya.

Sebaliknya ia hanya mempergunakan sebagai uraian sebaris atau dua baris kalimat saja untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang tidak menarik perhatiannya. Karena itu perlu kita tekankan, bahwa kejadian adalah kejadian.

Setelah ia berlangsung itu tidak bisa dianggap tidak pernah terjadi. Namun, dari kejadian itu berbeda-beda dan dapat berubah-ubah. Berbeda menurut orang yang meninjaunya, orang yang mengalaminya sendiri, menyaksikan serta dapat berubah menurut kemajuan berpikir kita sebagai manusia.

Hal ini akan dijelaskan dalam uraian sejarah sebagai kisah atau cerita.

 

Sumber: repository.ut.ac.id

Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer