Bola.com, Jakarta - Rematik merupakan kata tidak baku dari reumatik. Rematik biasanya terjadi di usia paruh baya, tetapi anak muda bisa juga terkena penyakit ini. Lantas, apa itu rematik?
Rematik adalah gangguan yang ditandai dengan nyeri dan peradangan pada bagian persendian. Rematik sering dialami orang dewasa, khususnya yang lebih tua.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, arti dari reumatik adalah orang yang terkena reumatisme. Sementara, pengertian dari reumatisme ialah penyakit yang ditandai oleh rasa nyeri atau radang pada otot, sendi-sendi, atau jaringan-jaringan badan; encok; penyakit tulang.
Rematik pada bagian tubuh seseorang biasanya muncul perlahan. Bahkan, awalnya nyeri sendi dirasakan tak terlalu mengganggu.
Namun, seiring berjalannya waktu akan makin banyak sendi yang terkena. Walhasil, peradangan pada bagian persendian akan makin hebat.
Itulah sedikit penjelasan tentang apa itu rematik. Untuk lebih jelasnya, ketahui penyebab rematik, faktor risiko, gejala, dan cara mengobatinya.
Berikut ini penyebab rematik, faktor risiko, gejala, dan pengobatannya yang perlu diketahui, dilansir dari yankes.kemkes.go.id, Kamis (21/9/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Rematik
Belum diketahui apa penyebab sebagian besar penyakit rematik. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga terkait dengan masing-masing jenis penyakit ini, yaitu:
1. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan-jaringan yang membentuk sendi. Kondisi ini diduga terkait dengan faktor keturunan (genetik), juga infeksi virus atau bakteri.
2. Sindrom Sjögren
Sindrom Sjögren terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang kelenjar penghasil cairan, seperti air liur atau air mata. Sama seperti pada rheumatoid arthritis, kondisi ini diduga terkait dengan kelainan genetik yang disertai infeksi bakteri atau virus.
3. Ankylosing Spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah peradangan pada bantalan di tulang belakang, yang ditandai dengan kaku dan nyeri di tulang belakang.
Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga berhubungan dengan kelainan pada gen HLA-B27.
4. Lupus
Lupus terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan sehat. Kondisi ini menyebabkan peradangan di berbagai organ tubuh, seperti sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, atau paru.
Penyebab terjadinya lupus masih belum diketahui. Namun, paparan sinar matahari, infeksi, atau obat-obatan tertentu, diduga dapat memicu kemunculan gejala lupus.
5. Artritis Psoriasis
Artritis psoriasis adalah radang sendi yang terjadi pada penderita psoriasis. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga sendi.
Artritis psoriasis diduga terkait dengan kelainan genetik dan faktor keturunan. Selain itu, kondisi ini dapat dipicu oleh trauma fisik, serta infeksi virus atau bakteri.
Advertisement
Faktor Risiko Rematik
Di samping kondisi-kondisi di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit rematik, yakni:
1. Usia
Risiko terkena penyakit rematik, terutama rheumatoid arthritis, makin meningkat seiring bertambahnya usia.
2. Jenis Kelamin
Perempuan lebih berisiko terserang rheumatoid arthritis, lupus, atau sindrom Sjögren. Sementara, ankylosing spondylitis diketahui lebih sering terjadi pada pria.
3. Infeksi
Paparan infeksi diperkirakan dapat memicu perkembangan penyakit rematik, seperti lupus dan skleroderma.
4. Kondisi Tertentu
Rematik lebih berisiko dialami oleh orang yang menderita kondisi tertentu, seperti penyakit ginjal, hipertensi, hipertiroidisme, obesitas, diabetes, aus yang berlebihan pada sendi, trauma, dan menopause dini.
5. Faktor Lingkungan
Paparan asap rokok dan polusi udara juga diduga dapat meningkatkan risiko rematik.
Gejala Rematik
Umumnya, gejala rematik pada masing-masing penderita berbeda karena perbedaan respons imun tiap orang. Berikut ini adalah gejala yang paling umum ditemui pada penyakit rematik, yakni:
1. Nyeri sendi.
2. Pembengkakan pada sendi.
3. Kekakuan pada sendi.
4. Hangat dan kemerahan di area sendi.
5. Kelelahan.
6. Demam.
7. Penurunan berat badan.
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala spesifik yang mungkin dialami oleh penderita rematik. Berikut adalah gejala berdasarkan jenis penyakit rematik :
1. Gejala Rheumatoid Arthritis
a. Sendi kaku yang memburuk di pagi hari atau bila lama tidak digerakkan.
b. Demam
c. Hilang nafsu makan
2. Gejala Sindrom Sjögren
a. Mulut kering
b. Mata kering, perih, dan teriritasi
c. Pembengkakan pada satu di anatra kelenjar air liur, yaitu kelenjar parotid.
Â
3. Gejala Ankylosing Spondylitis
a. Kaku dan sakit di punggung saat berdiri atau istirahat.
b. Rasa sakit, mulai bawah sampai ke atas tulang belakang.
c. Nyeri di bokong dan punggung bagian bawah yang timbul secara perlahan.
d. Nyeri di bagian tubuh antara leher dan tulang belikat.
Â
4. Gejala Lupus
a. Rambut rontok
b. Sensitif terhadap cahaya matahari.
c. Nyeri dada
d. Ruam di sekitar pipi yang berbentuk seperti kupu-kupu.
e. Munculnya fenomena Raynaud, yakni perubahan pada warna jari-jari tangan atau kaki saat terpapar cuaca dingin.
Â
5. Gejala Artritis Psoriasis
a. Pembengkakan jari tangan atau kaki yang disertai nyeri dan rasa hangat.
b. Nyeri di tumit atau telapak kaki.
c. Sakit pinggang
d. Peradangan pada mata.
e. Ruam kemerahan yang tebal dan bersisik pada kulit.
Advertisement
Pengobatannya
Tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan rematik. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi peradangan sendi dan untuk "menenangkan" sistem pertahanan tubuh penderita agar tak menyerang tubuhnya sendiri.
Penanganan dan pengobatan rematik dapat dilakukan oleh dokter penyakit dalam ahli rheumatologi. Obat-obatan rematik yang dapat digunakan antara lain:
1. Non-steroidal antiinflamatory drugs(NSAID)
Obat ini bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan yang terjadi pada sendi.
2. Steroid
Obat ini diberikan untuk menekan sistem pertahanan tubuh penderita agar tak terus-menerus menyerang sendi.
3. Disease Modifying Antirheumatic Drugs (DMARD)
Obat jenis ini merupakan pilihan utama untuk pengobatan rheumatoid artritis karena bermanfaat mencegah progresivitas kerusakan sendi dan mengatasi peradangan sendi.
4. Imunosupresan
Prinsip kerja obat ini mirip dengan steroid, yaitu melemahkan sistem pertahanan tubuh agar tak terus menyerang sendi. Selain obat-obatan, rehabilitasi medik juga perlu dilakukan agar penderita rematik masih bisa beraktivitas dengan baik.
Penderita perlu dilatih untuk tetap menggunakan sendi yang mengalami peradangan dalam aktivitas sehari-hari.
Â
Sumber: yankes.kemkes.go.id
Baca artikel seputar kesehatan lainnya dengan mengeklik tautan ini.