Bola.com, Jakarta - Bullying atau perundungan menjadi masalah yang cukup sering menimpa anak-anak. Bullying merupakan bentuk penindasan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang kepada pihak lainnya yang dianggap lemah.
Perilaku perundangan memiliki dampak yang sangat buruk bagi perkembangan psikologis anak. Dampak buruk tersebut bukan tidak mungkin akan berdampak hingga sang anak tumbuh dewasa.
Baca Juga
Advertisement
Bila tidak ditangani dengan baik tepat maka korban bullying sangat berpotensi melakukan perundungan kepada orang lain di kemudian hari.
Itulah mengapa dibutuhkan penanganan yang tepat dari orang tua, guru, maupun tenaga profesional. Lalu, bagaimana langkah-langkah penyembuhan trauma emosional pada korban bullying?
Berikut ini cara menyembuhkan trauma pada korban bullying atau perundungan, dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Senin (2/10/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Gunakan Perspektif Orang Dewasa untuk Mengganti Perspektif Anak yang Mengalami Trauma
Mungkin banyak yang beranggapan bahwa ketika ada teman sekolah yang merundung dirinya maka selamanya ia akan terjebak dalam kondisi yang tidak menyenangkan seperti saat itu.
Padahal, seiring bertambahnya usia, relasi pertemanan akan dinamis dan tidak terpaku pada satu lingkungan saja. Segala hal tidak menyenangkan yang terjadi, bukanlah akhir dari kehidupan dan cepat atau lambat akan berlalu.
Pandangan itulah yang bisa coba diberikan kepada pelajar korban perundungan. Meski berusaha memberikan pandangan baru, jangan sampai mengecilkan traumatis yang dialami oleh korban.
Advertisement
2. Pemberdayaan dan Tingkatkan Harga Diri
Langkah lain yang dapat ditempuh untuk memulihkan trauma perundungan adalah dengan cara memberdayakan korban.
Orang tua atau guru dapat membantu memberdayakan korban dengan menggali potensi diri dan menanamkan nilai positif dalam kehidupan.
Setiap pencapaian dari sang anak perlu diberikan apresiasi guna membangun kepercayaan diri sekaligus memotivasi anak untuk melakukan pencapaian-pencapaian lainnya.
Dengan mengajarkan konsep yang lebih positif, diharapkan korban dapat menemukan nilai positif dari dirinya dan kehidupannya.
3. Ajarkan Empati Diri dan Validasi Diri
Ajarkan kepada anak untuk berempati kepada diri sendiri dengan menerima kegagalan atau kekurangan, dan tetap berfokus untuk mencoba lebih baik di lain kesempatan.
Bukan hanya berempati kepada diri sendiri, anak juga perlu diajarkan untuk memvalidasi kelebihan dan kekurangan diri sendiri sehingga tidak terlalu memerlukan validasi dari orang lain.
Empati kepada diri sendiri dapat membantu menurunkan kecemasan terhadap diri sehingga dapat membentuk mentalitas yang lebih kuat.
Advertisement
4. Ajarkan Konsep Kesetaraan
Perilaku perundungan sering kali terjadi karena relasi yang timpang dikarenakan ada pihak-pihak yang merasa lebih superior sedangkan korban dianggap lebih inferior. Oleh sebab itu, penting menumbuhkan prinsip kesetaraan kepada anak.
Adapun yang perlu diingat oleh anak adalah setiap manusia berharga serta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada alasan yang tepat bagi seseorang untuk merundung pihak lain.
Sikap saling menghormati, rendah hati, menerima perbedaan, dan berkarakter kuat sangat penting dimiliki oleh setiap orang.
5. Pengertian Bahwa Perundungan Adalah tentang Si Pelaku
Pelaku perundungan sering kali merupakan korban perundungan di masa lampau. Untuk membalas rasa sakit hati, kesedihan, atau insecurity yang dialami, tidak jarang pihak tersebut merundung orang lain.
Hal ini terjadi karena di alam bawah sadar pelaku tersimpan keinginan agar orang lain merasakan hal sama dengan dirinya di masa lalu. Hal ini mungkin dapat membantu korban perundungan untuk bangkit.
Dukungan dari para guru dan orang tua dibutuhkan agar korban perundungan dapat memulihkan kondisi psikisnya. Bila diperlukan, jangan segan untuk meminta bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog atau konselor.
Bagi sebagian korban, penyembuhan trauma emosional tidak mudah dan memakan waktu. Dukungan dan pendampingan secara psikologis yang tepat harus terus diberikan dalam masa pemulihan trauma.
Sumber: Kemdikbud
Baca artikel seputar cara lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement