Bola.com, Jakarta - Teks anekdot adalah sebuah cerita singkat yang lucu serta menarik dan biasanya menggambarkan kejadian atau peristiwa tokoh/orang terkenal berdasarkan kejadian nyata (bersifat faktual).
Tak hanya sekadar teks berbentuk jenaka saja, di dalam teks anekdot juga mengandung pesan berupa sindiran, kritikan, dan sebuah wadah mengungkapkan suatu kebenaran.
Baca Juga
Advertisement
Sederhananya, teks anekdot adalah cerita lucu yang didasari oleh kejadian nyata dan memiliki tujuan mengkritik atas isu sosial.
Tema yang dapat diangkat dalam teks anekdot cukup beragam, dari politik, hukum, hingga pendidikan.
Itulah sedikit penjelasan mengenai teks anekdot. Agar lebih jelas kamu memahami mengenai teks anekdot, bisa menyimak contoh-contohnya pada artikel ini.
Berikut lima contoh teks anekdot beserta strukturnya yang bisa dipelajari, dikutip dari laman Deckarenas dan Sahabatnesia, Senin (9/10/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hukum Peradilan
- Abstraksi
Pada zaman dahulu ada seorang tukang pedati yang mengalami kecelakaan.
- Orientasi
Tukang pedati yang rajin dan tekun itu suatu pagi sedang melewati jembatan yang rapuh dan jatuh ke sungai.
- Krisis
Tukang pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian akibat jatuh dari jembatan itu sehingga tukang pedati itu menuntut pihak yang terlibat dengan jembatan yang menjadi penyebab dia jatuh.
- Reaksi
Semua terdakwa, si pembuat jembatan, tukang kayu, penjual kayu, dan pembantu yang pertama saling melempar kesalahan sehingga hakim kesulitan mengambil keputusan.
- Koda
Akhirnya si pembantu yang berbadan kurus, pendek, dan punya uang dimasukkan ke penjara dan disita uangnya, padahal ia tidak bersalah.
Masyarakat setuju dengan keputusan hakim yang diambil secara sepihak dan masyarakat serempak menjawab, "adil".
Advertisement
Mengukur Kedalaman Banjir Memakai Badan
- Abstraksi
Banjir merupakan fenomena alam yang kerap terjadi di beberapa kota besar di Indonesia khususnya ibu kota tercinta, Jakarta. Tahun 2015, menjadi berita utama di berbagai media berita.
- Orientasi
Banyak sekali yang meliput mengenai betapa memprihatinkannya kondisi area yang terkena banjir.
- Krisis
Namun, dalam peliputan berita, para jurnalis kerap mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan banjir besar yang melanda, karena orang Jakarta tidak mengukur dengan satuan centimeter, meter, dan inci. Namun, menggunakan ukuran sendiri, yaitu dengan ukuran 'mata kaki', 'dengkul', 'betis', 'pinggang', bahkan 'dada'!
- Reaksi
Apalah daya si jurnalis tersebut, mau tidak mau ia harus tetap melaporkan berita sesuai pemikirannya.
- Koda
Akhirnya liputan mengenai banjir tetap bisa terlaksana dengan baik dengan menggunakan ukuran centimeter.
Kakek dan Obat Sakit Kepala
Abstraksi
Suatu sore di bulan Ramadan, kakek dan cucu-cucunya sedang asik menonton televisi. Mereka menonton satu di antara program favorit cucu kakek, yaitu kartun.
- Orientasi
Setiap 15-20 menit sekali, muncul iklan pada tayangan televisi tersebut. Satu di antaranya yakni obat sakit kepala yang mengklaim bahwa obat tersebut dapat diminum kapan saja tanpa menyebabkan kantuk.
- Krisis
Ketika kakek dan cucu-cucunya sedang asik menonton televisi, tiba-tiba kakek merasa kepalanya sakit dan pusing. Kakek pun langsung memanggil salah seorang cucunya untuk membeli obat sakit kepala di warung.
- Reaksi
Sesampainya di rumah, sang Kakek segera meminum obat tersebut. Cucunya yang melihat kejadian tersebut pun kaget dan langsung bertanya, "Kan lagi puasa, kok kakek minum obat?"
- Koda
Tanpa ragu dan dengan raut wajah yang tampak tidak berdosa, sang Kakek lantas menjawab, "Itulah hebatnya obat ini. Bisa diminum kapan saja, Cu!"
Advertisement
Wakil Rakyat
- Abstraksi
Siang hari saat cuaca sedang panas, di sebuah warung kopi ada dua pemuda yang menikmati kopinya sambil berbincang-bincang.
- Orientasi
Dadang: Wakil rakyat saat ini bukannya menyejahterakan rakyat, tapi malah menyengsarakan rakyat.
Edi: Lebih parahnya lagi banyak wakil rakyat yang terjerat kasus korupsi.
Dadang: Emang parah, Ed. Rakyat makin susah, eh wakil rakyat malah makin semringah. Banyak rakyat yang kehilangan pekerjaan, eh wakil rakyat malah bersenang-senang. Betapa bahagia dan sejahtera sekali mereka menempati kursi DPR.
- Krisis
Edi: Eh, tapi ya Dang, kalau dipikir sih yang namanya wakil rakyat kan mewakili rakyat.
Dadang: Emang iya.
Edi: Coba pikirkan lagi Dang, mereka kan wakil rakyat. Kalau dipikir-pikir sih wakil rakyat itu sudah sepantasnya mewakili rakyat. Rakyat pengen bahagia, sudah ada yang mewakili.
Rakyat pengen harta melimpah sudah ada yang mewakili. Semua sudah diwakili oleh wakil rakyat. Bahkan rakyat pengen berantem pun sudah diwakili sama mereka.
Dadang: Hahaha, masak sih Ed, masak berantem juga diwakili oleh mereka.
Edi: Kaya gak tau aja, Dang, itu pas waktu sidang tidak jarang mereka pada berantem, pada tawuran di sana.
- Reaksi
Dadang: Bener juga kamu Ed, hahaha. Ayo Ed diminum dulu kopinya.
- Koda
Mereka berdua pun meminum kopi yang tinggal sedikit dan kemudian melanjutkan perjalanan untuk kembali bekerja.
Kaos Tahanan KPK
- Abstraksi
Ada dua orang dari partai politik, sebut saja namanya Danu dan Zaky, yang mempunyai niat yang sama dengan maksud untuk mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
- Orientasi
Setelah selesai memberikan berkas-berkas pencalonannya ke KPU di wilayah masing-masing, Danu dan Zaky ngobrol sekaligus meminum kopi di sebuah kantin. Mereka kemudian terikat ke dalam sebuah percakapan yang sangat seru.
- Krisis
Danu: Zak, kamu tahu kan di negara kita sudah terdapat banyak politis-politis yang kaya raya?!
Zaky: Emm, masalah itu aku juga udah tahu, Dan!
Danu: Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka semua sanggup untuk membeli baju yang termahal di Indonesia.
Zaky: Lho, maksud kamu apa ya?
Danu: Ya, apalagi kalo bukan baju tahanan KPK.
- Reaksi
Zaky: Kok malah kaos tahanan KPK si dan, aku gak paham?
Danu: Ya iyalah, coba aja deh kamu pikir Zak, seorang politis terlebih dahulu harus bisa mengambil uang negara minimal 1 miliar baru mereka semua bisa menggunakan kaos tersebut.
Wahyu: Ohh, aku baru paham kalau maksud kamu seperti itu, Dan.
- Koda
Kemudian mereka memesan kopi untuk yang kedua kalinya dan mengingat masa lalu mereka yang sudah pernah mengenakan kaos termahal KPK itu.
Â
Sumber: Deckarenas, Sahabatnesia
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement