Bola.com, Jakarta - Cerpen adalah satu di antara karya sastra jenis prosa. Cerpen atau cerita pendek memilki panjang sekitar 1000-10.000 kata.
Membaca cerpen tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar 30 menit sampai dua jam. Pasalnya, isi pada cerpen mudah dipahami.
Baca Juga
Advertisement
Seiring berkembangnya zaman, ada beragam genre cerpen yang unik dan inspiratif. Satu di antaranya cerpen remaja.
Pada umumnya, cerpen remaja menggunakan genre romance. Genre tersebut cukup ringan dan memiliki bahasa yang khas.
Berikut contoh cerpen remaja yang menarik dibaca, dikutip dari laman 99, Kamis (12/10/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Menjauhi Pergaulan Bebas
"Pulang sekolah mau langsung ke rumah?" tanya Adin pada Ama setelah jam pelajaran usai. Ama yang sedang memberesi alat tulis dan memasukkannya ke dalam tas, menoleh ke arah asal suara.
"Langsung pulang. Besok ulangan," jawabnya dingin.
"Minggu lalu enggak ikut kumpul bareng kita. Minggu ini mau bolos nongkrong lagi?" Adin menyelidik.
"Aku enggak sempet nongkrong bareng geng, Din. Aku harus bagi waktu buat belajar dan nungguin papa di rumah sakit," wajah Ama mendadak sedih. Ayahnya baru saja mengalami kecelakaan dan Ama mendapatkan tugas menjaga bergantian dengan ibunya.
"Enggak seru, Ma," Adin langsung berlalu meninggalkan Ama. Ia merogoh sesuatu dari kantongnya dan mengeluarkan korek. Adin merokok. Meski jam sekolah sudah selesai, seharusnya siswa tetap menjaga etika dan tidak melakukan hal-hal negatif. Mungkin saja Adin sudah tidak sabar untuk merokok.
Ama menghela napas panjang. Jujur saja, sebenarnya ia tidak menemukan hal positif dari pertemanannya. Ia kira bergabung dengan murid terpintar akan membuatnya terbawa semangat belajar. Namun, ternyata tidak. Ia justru banyak diajak untuk jalan-jalan dan makan di luar sehingga waktu belajarnya terbuang. Dari kejauhan terlihat Adin menyapa teman-temannya dan bergegas pergi. Ia melihat Ama sebentar sebelum akhirnya membuang muka.
"Kok jadi jarang kumpul sama Adin?" tanya Bino memecah lamunan Ama.
"Pada lagi sakit, Bin. Hari ini giliranku jagain sambil belajar buat ulangan besok," jawab Ama.
"Bagus, deh. Aku dukung kamu. Kemarin Adin dan temen-temen gengnya beli miras. Enggak tahu mereka mau apa," ujar Bino membuat Ama terperanjat.
"Mmm... aku duluan, deh," Ama segera meninggalkan Bino karena terkejut dengan apa yang dikatakannya. Ama tidak menyangka bahwa Adin akan bertindak sejauh itu. Ama pun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke rumah sakit. Di sana ada papanya yang sudah menunggu. Sembari menunggu papanya, Ama mengeluarkan buku dan mulai belajar. Tidak sengaja matanya menangkap layar televisi.
"Ada apa, Nak?" tanya papa Ama.
Ama menatap layar tanpa berkedip. Ada Adin sedang digiring polisi karena membawa minuman keras bersama pelajar lainnya. Mata Ama berkaca-kaca. Untunglah ia menolak diajak tadi. Tidak terbayangkan jika ia menuruti Adin, pasti ia juga sedang berada di sana.
Advertisement
Terbalik
Gadis itu terpaku. Matanya sinis terhadap apa yang ia lihat. Ia melihat sosok gadis seumuran dengannya bermanja ria dengan orang tuanya duduk di resto. Ia yang melihat pemandangan dari luar cafe itu hanya bisa berdiam.
"Kamu kenapa, Ri?" sapaan temannya menghentikan lamunannya.
"Enggak apa-apa, ayo kita ke rumah Jihan!" Riri ceria kembali dan menyembunyikannya dari teman-temannya.
Gadis berusia 15 tahun itu menguncir rambutnya sambil jalan. Sifatnya yang ceria membuat siapa pun senang berteman dengannya.
Ia disegani guru-guru karena pintar dan sopan. Namun, tanpa orang-orang sadari, ia memiliki lubang hitam di hatinya yang belum terlihat oleh siapa pun.
Jarak antara SMP dan rumah Jihan hanya beberapa meter. Alhasil mereka hanya jalan dan masuk ke kompleks rumah. Pada saat perjalanan pulang, Jihan yang berjalan di depan menghentikan langkah.
"Ri! Ri! Itu bapak kamu kan?" Jihan menunjuk mobil yang ditumpangi bapaknya Riri. Terlihat juga ada seorang wanita muda yang duduk di jok sampingnya.
Riri berdiam lalu kembali berlari ke arah sekolah. Ia tak mau melewati mobil ayahnya yang sedang bersama wanita selingkuhan.
Sontak teman-temannya pun mengejar dan merasa kebingungan. Mereka memanggil-manggil Riri, tapi tak digubris.
Sampai akhirnya di taman sekolah yang sudah sepi, mereka menemukan Riri tersungkur di pojok dinding taman.
"Tenang ya, Ri," ujar Hana.
"Kita bakal bantu kamu kok apa pun yang terjadi," ujar Jihan sambil memeluk Riri.
Pada hari itu, menjadi hal yang akan diingat oleh Riri. Bahwa masa mudanya tidak selalu berjalan mulus.
Akan selalu ada kepedihan yang akan diingat. Satu di antarnya ialah masalah keluarganya. Untungnya teman-teman Riri bisa diandalkan. Riri pun menjadi tenang kembali.
Berbeda Jalan
Sari melangkahkan kaki dengan tergesa. Ia sudah terlambat 10 menit dari jadwal busnya hari ini sehingga ia tertinggal bus jemputan. Ia perlu keluar dari gerbang kompleks dan mencari ojek.
Hari ini makin sial, tidak ada satu pun ojek di pangkalan. Hari Senin seperti ini memang biasanya menjadi sangat sibuk, begitu pun tukang ojek. Di seberang jalan, ia melihat sosok lelaki yang menertawakan raut wajahnya. Sari makin mendengus kesal, lelaki itu makin menertawakannya. Dialah Ario.
Ario dengan motornya mendatangi Sari di seberang jalan dan menawarkan untuk mengantarnya. Awalnya Sari menolak, karena pasti Ario, teman masa kecilnya akan mengejeknya habis-habisan di jalan. Namun, di saat tergesa, akhirnya Sari pun menerima ajakan Ario.
"Gimana rasanya terlambat sekolah?" tiba-tiba Ario bertanya saat di perjalanan.
"Ya, sama aja kayak kamu terlambat ke turnamenlah," jawab Sari asal-asalan.
"Aku sih enggak pernah terlambat turnamen, Sar. Hahaaa..."
"Bodo amat, cepet ngebut!" Ario pun yang terkekeh kembali mengencangkan gasnya.
Ario memang atlet bulu tangkis yang sudah tidak pernah sekolah umum sejak SMP. Ia memilih fokus untuk menjadi atlet dan memilih home schooling. Dari teman masa kecil Sari, Ario yang sudah memantapkan diri menjadi apa yang ia mau. Walau berbeda jalan dengan Sari, Ario selalu menemukan cara untuk menikmati masa remajanya.
Sesampainya di sekolah, Ario mengucapkan,
"Belajar yang rajin ya, Bu Dokter!" Sari tersenyum, sambil terkekeh. Merasa senang dan puas, entah mengapa.
Advertisement
Perpustakaan Kota
Aku menaiki anak tangga perpustakaan itu. Dengan seragam putih abu-abu yang sudah lusuh karena seharian beraktivitas di sekolah, aku memaksakan untuk menukarkan buku di perpustakaan kota.
Buku ber-cover warna biru putih itu sudah lama belum aku kembalikan. Jika aku menundanya lagi, sudah pasti tunggakanku makin banyak.
Aku tak selesai membacanya karena hanya berisi cerpen remaja yang remeh temeh tentang cinta. Setelah sampai ke meja pustakawan, terlihat pustakawan sudah siap-siap mau pulang.
Segera, aku bilang untuk memberitahu ingin mengembalikan buku. Hanya saja, ibu pustakawan yang sudah beruban itu bilang, "Diurus sama mas yang itu, ya. Lagi magang dia. Reno, sini, No."
Sosok tinggi berusia 20 tahunan itu pun langsung menghampiri meja pustakawan. "Ibu pulang duluan ya, No. Anak bakal rewel nih."
"Ah iya, Bu," lelaki itu hanya tersenyum sopan. Lantas ibu itu pergi keluar dan menyisakan kami berdua.
"Bidhari, ya.. tunggakannya Rp20.000," ujarnya sambil mengecek di layar komputer. Aku serahkan uang itu kepadanya, lantas ia tersenyum sambil menerima uangku, "Namanya bagus".
"Terima kasih, Mas," hanya itu yang bisa kuucapkan karena terlalu salah tingkah dengan pujian yang aku terima. Pasalnya, baru pertama kali ada yang memuji namaku.
Segera aku berbalik arah dan mencoba tidak berbalik. Namun, ia memanggil dan menyusulku. Ia pun menghalangi jalanku dengan postur tubuhnya.
"Kartu perpusnya ketinggalan, Dek," ujarnya sambil tersenyum. Aku kembali kikuk dan mengucapkan terima kasih.
Sepertinya kikukku terlihat jelas olehnya. Segera kupercepat langkah juga. Namun, saat perjalanan pulang, aku terus memikirkannya.
Inikah yang dirasakan para tokoh-tokoh remaja di buku cerpen remaja saat jatuh cinta? Sekarang, aku menjadi tahu apa yang harus kulakukan, sesering mungkin ke perpustakaan kota.
Sumber: 99
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.