Bola.com, Jakarta - Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam ekosistem air, khususnya dalam ekosistem air tawar.
Eutrofikasi diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-). Dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L.
Baca Juga
Advertisement
Pada dasarnya, eutrofikasi adalah sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhan biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofikasi.
Namun, proses alamiah tersebut, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja.
Penggunaan pupuk yang berlebihan pada lahan-lahan pertanian nantinya akan menyebabkan pupuk berlebih mengalir ke saluran-saluran pembuangan yang pada akhirnya sampai pada perairan-perairan, seperti sungai danau maupun lautan.
Agar makin paham, berikut penjelasan lebih lanjut tentang eutrofikasi, dilansir dari laman Sosial79 dan Freedomsiana, Senin (16/10/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ciri-Ciri Eutrofikasi
Eutrofik biasanya dikenali dengan warna air yang berubah menjadi kehijauan, dengan bau tak sedap karena terjadi penguraian secara aerob dan amoniak, serta kekeruhan airnya kian meningkat.
Selain itu, akan banyak ditumbuhi eceng gondok yang mana pertumbuhannya disebabkan oleh fosfat dan nitrat yang berlebihan. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan kualitas air mengalami banyak penurunan.
Konsentrasi oksigen terlarut menjadi rendah bahkan hingga batas nol, hingga banyak ekosistem air tawar yang mati seperti ikan dan spesies lainnya karena tidak bisa tumbuh dengan baik lagi.
Advertisement
Dampak Akibat Eutrofikasi
- Makin berkurangnya nilai-nilai keindahan tempat pariwisata pada wilayah pesisir karena kecerahan air yang menurun, meningkatnya produksi lendir dan bau tak sedap, akibat marak algae.
- Berbahaya bagi kesehatan masyarakat, bahkan bisa berakibat fatal jika saat terjadi marak algae didominasi oleh jenis yang memiliki racun kuat karena racun terakumulasi pada organisme laut atau perairan seperti ikan, kepiting, kerang, udang, dan lainnya yang kemudian dimakan manusia, mamalia laut, hingga burung laut.
- Kematian massal ikan serta berkurangnya keanekaragaman biota dasar air, yang disebabkan oleh kadar oksigen yang sangat rendah saat marak algae, bisa kurang dari 2ml/l.
- Hilangnya mata pencaharian masyarakat yang berhubungan dengan perairan. Misalnya nelayan, baik itu nelayan tangkap atau nelayan budidaya. Lantaran pada saat fenomena seperti ini terjadi, masyarakat akan takut untuk memakan produk atau hasil tangkapan laut tersebut.
Penanganan Eutrofikasi
Penanganan utama yang dibutuhkan adalah kebijakan yang kuat untuk mengontrol penduduk (birth control).
Alasannya karena sejalan dengan populasi warga Bumi yang terus meningkat, berarti akan meningkat pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air dari sumber-sumber yang disebutkan di atas.
Pemerintah juga harus mendorong para pengusaha agar produk detergen tidak lagi mengandung fosfat. Begitu pula produk makanan dan minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif fosfat.
Dituntut pula peran pemerintah di sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat tidak berlebihan, serta perannya dalam pengelolaan sektor peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke lingkungan air.
Bagi masyarakat dianjurkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung aditif fosfat.
Sumber: Sosial79, Freedomsiana
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement