Bola.com, Jakarta - Obsesi adalah perasaan yang dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti obsesi terhadap seseorang, gagasan, kegiatan, rasa takut, maupun objek.
Obsesi juga bisa muncul dalam bentuk kekhawatiran berlebihan atau pikiran obsesif yang terus-menerus muncul tanpa henti, seperti kekhawatiran berlebihan tentang kebersihan atau ketertiban.
Baca Juga
Advertisement
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, obsesi adalah ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran.
Selain itu, obsesi juga dideskripsikan sebagai gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sulit dihilangkan.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang obsesi, disadur dari Liputan6, Kamis (26/10/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mengenal Obsesi Lebih Jauh
Obsesi dapat memengaruhi seseorang dengan cara yang mendalam dan intensif. Pada tingkat yang lebih ringan, obsesi mungkin hanya menjadi ketertarikan yang kuat terhadap suatu hal atau gagasan tertentu.
Namun, ketika obsesi menjadi lebih kuat dan berlebihan, hal tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mentalnya.
Orang yang mengalami obsesi akan merasa tidak bisa melepaskan pikiran atau perasaan terhadap objek atau topik tertentu. Pikiran obsesif ini mungkin muncul tanpa henti dan sulit dikendalikan, bahkan ketika individu tersebut menyadari bahwa pikiran tersebut tidak realistis atau tidak diinginkan.
Obsesi dapat mencakup berbagai hal, seperti cinta atau ketertarikan yang berlebihan pada seseorang, perasaan takut yang berlebihan terhadap suatu hal, atau pikiran-pikiran tertentu yang berulang-ulang.
Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang karena obsesi dapat menghabiskan banyak waktu dan energi. Hal ini bisa mengganggu fokus pada pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Obsesi yang kuat juga bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Obsesi dapat menjadi gejala dari gangguan mental tertentu, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan kecemasan, atau gangguan-kepribadian terkait. Maka itu, penting untuk memahami bahwa obsesi bukanlah hal yang bisa diatasi dengan mudah dan sering kali memerlukan bantuan profesional.
Terapi atau konseling dengan terapis yang terlatih dapat membantu individu untuk mengatasi obsesi, mengelola perasaan, dan membangun strategi untuk menghadapinya.
Advertisement
Perbedaan Obsesi dan Cinta
Obsesi dan cinta memiliki kesamaan karena keduanya melibatkan perasaan yang kuat terhadap seseorang atau suatu objek. Namun, di balik kesamaan tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya.
Cinta adalah perasaan yang melibatkan emosi positif yang sehat. Saat jatuh cinta, seseorang merasakan kasih sayang, kebahagiaan, dan kedamaian di hatinya karena memiliki perasaan mendalam terhadap orang yang dicintainya.
Cinta juga mencakup keinginan untuk memberi dan menerima, saling mendukung, serta memahami dan menghormati pasangan. Dalam hubungan cinta yang sehat, seseorang akan tumbuh bersama pasangannya dan memberikan kebebasan pada pasangan untuk meraih impian mereka.
Sedangkan, obsesi adalah perasaan yang tidak sehat dan berlebihan terhadap seseorang atau objek tertentu. Orang yang terobsesi cenderung memiliki kecenderungan untuk memikirkan dan memfokuskan perhatian secara berlebihan pada objek cintanya.
Obsesi dapat menyebabkan rasa cemas dan stres jika tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan. Selain itu, obsesi bisa membuat seseorang ingin menguasai atau memiliki orang yang menjadi objek cintanya.
Orang yang terobsesi mungkin akan melakukan berbagai tindakan berulang kali, bahkan tidak segan melanggar privasi atau batas pribadi objek cintanya.
Dalam hubungan yang melibatkan perasaan obsesi, perasaan yang muncul sering kali berpusat pada bayangan yang diciptakan dalam benak si pelaku sehingga ketika kenyataannya tidak sesuai dengan bayangan, orang yang terobsesi bisa merasa kecewa dan sulit menerima kenyataan.
Perbedaan lainnya adalah bagaimana cinta dan obsesi memengaruhi pasangan. Dalam cinta yang sehat, seseorang menghormati dan menghargai privasi serta keputusan pasangannya. Mereka saling mendukung dan bersedia menerima pasangan apa adanya.
Namun, dalam obsesi, seseorang cenderung tidak menerima penolakan dan bisa berperilaku berlebihan untuk memuaskan dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan atau keinginan objek cintanya.
Ciri-Ciri Obsesi
1. Sikap Posesif Ekstrem
Orang yang terobsesi cenderung menunjukkan sikap posesif yang berlebihan terhadap pasangan atau objek obsesinya. Mereka takut kehilangan orang yang mereka obsesikan dan akan berpikiran negatif serta berusaha mempertahankan hubungan dengan cara yang salah.
Perilaku posesif kian meningkat saat terjadi perselisihan atau masalah dalam hubungan.
2. Sangat Mengontrol
Seseorang yang terobsesi akan cenderung sangat mengendalikan pasangannya. Mereka merasa benar dan menganggap diri mereka sebagai satu-satunya yang berhak mengambil keputusan dalam berbagai hal.
Pasangan juga akan merasa tertekan karena harus memenuhi semua permintaan dan tuntutan dari orang yang terobsesi.
3. Memantau Perilaku Pasangan Setiap Waktu
Obsesi membuat seseorang ingin selalu memantau dan mengawasi perilaku pasangan. Mereka bahkan bisa meminta password media sosial pasangan untuk memantau kegiatan dan aktivitasnya 24 jam penuh.
4. Perubahan Perilaku
Obsesi dapat merubah perilaku seseorang secara drastis. Mereka akan menghabiskan waktu untuk hal yang menjadi obsesinya, dan saat terobsesi dengan pasangan, perilaku mereka bisa berubah dengan cepat dan tak terduga.
Mereka bisa menjadi sangat baik dan perhatian, tetapi dalam sekejap berubah menjadi cemburu yang berlebihan jika pasangannya dianggap mengganggu.
5. Gangguan Emosional
Orang yang mengalami obsesi juga cenderung merasa cemas yang kuat, selalu memiliki pikiran yang tak henti-hentinya muncul di otak, dan kesulitan dalam mengendalikan pikiran atau perasaannya.
Gangguan emosional, seperti stres, cemas, dan depresi, juga sering terjadi pada orang yang memiliki obsesi, dan mereka sering kesulitan menikmati hal-hal yang biasanya mereka nikmati dalam kehidupan sehari-hari.
Disadur dari: Liputan6.com (Penulis: Fitriyani Puspa Samodra, Editor: Rizky Mandasari. Published: 2/8/2023)
Yuk, baca artikel kesehatan mental lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement