Sukses


Pengertian Bulan Bahasa dan Sastra, Tujuan, Sejarah, serta Perkembangannya

Bola.com, Jakarta - Mungkin tak banyak yang tahu, kalau setiap Oktober diperingati sebagai bulan bahasa dan sastra Indonesia. Bulan Oktober diperingati sebagai bulan bahasa dan sastra Indonesia sejak tahun 1980, hingga saat ini.

Alasan Oktober diperingati sebagai bulan bahasa karena pada bulan ini terdapat peristiwa penting, yakni Sumpah Pemuda.

Dalam Sumpah Pemuda tersebut para pemuda mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mengikat keberagaman bangsa Indonesia sebagai bangsa yang satu.

Sebelum bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa persatuan, bangsa Indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa daerah masing-masing yang berbasis bahasa Melayu, serta bahasa Belanda atau Jepang sebagai pengaruh dari imperialisme.

Setelah Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia mulai digunakan untuk berkomunikasi, baik secara verbal maupun literal.

Penggunaan bahasa Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ejaan bahasa Indonesia. Seperti apa perkembangan ejaan bahasa Indonesia hingga menjadi seperti yang kita ketahui sekarang.

Berikut ini tujuan bulan bahasa, sejarah, dan perkembangannya yang perlu diketahui, dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id dan smadwiwarna.sch.id, Kamis (26/10/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan Van Ophuisjen (1901 – 1947)

Ejaan Van Ophuisjen dikembangkan oleh seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda, Charles Adriaan Van Ophuisjen, bersama Nawawi Soetan Ma'moer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim.

Van Ophuisjen mengembangkan transliterasi latin dari bahasa Melayu yang beraksara Arab, yang kemudian hasil transliterasi ini menjadi ejaan awal bahasa Indonesia.

Ciri ejaan Van Ophuisjen adalah pengejaan bunyi huruf U dengan huruf "oe" dan bunyi sentak dengan tanda hamzah “ ‘ “.

Ejaan Soewandi (1947 – 1972)

Ejaan Soewandi adalah ejaan bahasa Indonesia yang digunakan setelah proklamasi kemerdekaan, yakni pada 19 Maret 1947. Ejaan ini juga disebut ejaan republik karena digunakan untuk menunjukkan semangat kemerdekaan.

Ejaan Soewandi menyempurnakan ejaan Van Ophuisjen dengan beberapa ketentuan baru, seperti penulisan huruf U menggantikan "oe", penulisan bunyi sentak dengan huruf k (tak, pak), dan penulisan kata depan dengan cara disambung.

Pada masa ejaan Soewandi inilah, Kamus Bahasa Indonesia diterbitkan untuk kali pertama dengan memuat 23,000 kata.

Ejaan Yang Disempurnakan (1972)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diresmikan pada 16 Agustus 1972, dengan Putusan Presiden no. 57 tahun 1972. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang paling lama digunakan, yakni sekitar 30 tahun.

Nama EYD kemudian kembali digunakan setelah dimutakhirkan menjadi EYD edisi V tahun 2022.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2009 – 2023)

Ejaan yang terakhir adalah ejaan bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang, yakni Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Ejaan PUEBI didasarkan pada Permendiknas no. 46 tahun 2009, untuk menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3 dari 4 halaman

Tujuan Bulan Bahasa dan Sastra

Mengapa perlu diadakan peringatan Bulan Bahasa dan Sastra setiap tahun? Tujuan peringatan ini adalah untuk melestarikannya supaya tidak tergeser oleh pengaruh asing.

Selain itu, peringatan ini diharapkan bisa menjadi pengingat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahwa kita memiliki bahasa persatuan yang harus selalu dijaga.

Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku sehingga harus disatukan dengan satu bahasa. Menurut BPPB Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat setidaknya 719 bahasa daerah atau regional language di mana sekitar 707 di antaranya masih digunakan dengan aktif. Sedangkan UNESCO merilis, di Indonesia ada 143 regional language.

Adanya keberagaman tersebut memang menjadi kekayaan budaya yang agung, tetapi juga bisa menjadi sumber perpecahan, ketika masing-masing menonjolkan kedaerahannya dan tidak terdapat media pemersatu.

Selain itu, peringatan setiap bulan Oktober makin digaungkan seiring makin banyaknya penggunaan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, anak-anak zaman sekarang lebih sering dan bangga kalau bisa bicara menggunakan bahasa Inggris. Jika tidak ada momentum peringatan bahasa nasional, bisa saja suatu saat bahasa Indonesia tergeser oleh bahasa asing.

4 dari 4 halaman

Sejarah Peringatan

Seperti yang telah disebutkan di atas, peringatan Bulan Bahasa dan Sastra tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Sumpah Pemuda 1928, di mana peringatan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 1980.

Kemudian sembilan tahun setelah itu, atau pada 1989, nama Bulan Bahasa sedikit diubah menjadi Bulan Bahasa dan Sastra.

Setiap tahun peringatan ini memiliki tema yang berbeda dan diisi dengan berbagai kegiatan. Tentu, kegiatan tersebut tidak jauh-jauh dari berbagai kegiatan, seperti pembacaan puisi, mendongeng, lomba menulis cerpen, lomba pidato, dan sebagainya.

Diharapkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, masyarakat semakin mengenal dan memahami bahasa Indonesia.

Peringatan ini juga diharapkan dapat menghilangkan sekat-sekat perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat. Kendati berasal dari suku dan daerah yang berbeda, seluruh rakyat Indonesia adalah satu dan disatukan oleh bahasa nasional sebagai alat komunikasi.

 

Sumber: Kemdikbud, smadwiwarna.sch.id

Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer