Bola.com, Jakarta - Hikayat merupakan satu di antara jenis sastra lama yang berasal dari Indonesia. Dalam hikayat mengandung banyak nilai-nilai kearifan lokal yang masih relevan hingga saat ini.
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab, yaitu "hikayah", yang berarti cerita atau kisah. Sementara, secara harfiah hikayat berarti kenang-kenangan yang merupakan sinonim dari riwayat atau tarikh.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Setelah mengetahui pengertian hikayat, kamu perlu memahami contohnya. Hal itu untuk mengetahui perbedaan hikayat dengan cerita rakyat lainnya.
Berikut ini beberapa contoh cerita hikayat yang bisa dibaca saat senggang, dilansir dari Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA Kelas X terbitan Kemdikbud dan smansabangko.sch.id, Rabu (1/11/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Cerita Hikayat
Hikayat Si Miskin dan Marakarma
Kisah dimulai ketika seorang raja keinderaan terkena sumpah Batara Indera. Raja dan istrinya menjadi miskin dan hidup sengsara dalam hutan di negeri antah berantah yang dikuasai oleh seorang raja bernama Indra Dewa. Kedua pasangan tersebut sering disebut sebagai si miskin yang setiap hari selalu mendapat siksaan dan penganiayaan dari penduduk setempat, seperti melempari mereka dengan batu.
Beberapa tahun kemudian, si miskin dan istri diberikan momongan seorang anak laki-laki yang bernama Marakarmam yang artinya anak dalam kesukaran. Dia adalah anak semata wayang si miskin dan istri sehingga dirawat dengan penuh kasih sayang. Suatu hari, si miskin menggali tanah dan menemukan tanjau yang berisi emas yang bisa digunakan hingga ke anak cucunya. Dengan kuasa Allah, pada tempat tersebut beridiri sebuah kerajaan lengkap yang diberi nama Puspa Sari.
Setelah berdirinya kerajaan, mereka kemudian berganti nama menjadi Maharaja Indera Angkasa dan istrinya berganti nama menjadi Tuan Puteri Ratna Dewi. Kebahagian mereka bertambah dengan kehadiran seorang anak perempuan bersana Nila Kesuma. Dengan kehidupan yang lebih baik, mereka tidak luput dari kejahatan orang sekitar mereka. Seperti yang dilakukan oleh Maharaja Indera Dewa, yang sangat iri dengan negeri Puspa Sari dan kebaikan hati rajanya. Dia melakukan rencana jahat kepada keluarga Raja Indera Angkasa.
Ahli nujum terperangkap bujukan Raja Indera Angkasa, dengan menyampaikan ramalan palsu bahwa kedua anak Maharaja Indera Dewa hanya akan mendatangkan celaka bagi orang tuanya. Akibatnya, kedua anak tersebut di minta pergi dari negeri Puspa Sari. Tak butuh waktu lama, negeri Puspa Sari turut hancur dan raja ataupun ratu hidup miskin kembali.
Keduanya berlari ke hutan. Marakamah disangka sebagai seorang pencuri, dan dibuang ke laut. Sedangkan Nila Kesuma ditemukan oleh Raja Mengindera Sari dan telah menjadi istrinya yang kemudian berganti nama menjadi Mayang Mengurai. Nasib Marakarma yang terhanyut hingga ditelan oleh ikan nun mempertemukannya dengan Cahaya Chairani dan Nenek Kabayan.
Marakamah hidup bersama Nenek Kabayan dengan menjual bunga dan bertemu kembali dengan istrinya Cahaya Chairani. Ia juga mengetahui Putri Mayang sebagai adik kandungnya berkat cerita Nenek Kabayan. Segera Marakamah menemui adiknya dan pergi ke negeri Puspa Sari untuk menemui ibunya yang masih hidup menderita sebagai pemungut kayu.
Marakarmah meminta kepada Dewa untuk mengembalikan Negara Puspa Sari seperti sediakala. Kesaktian Marakarmah dapat mengalahkan serangan dari Negeri Antah Berantah yang dengki melihat kemakmuran Negeri Puspa Sari. Markamah menjadi raja di Palinggam Cahaya (negeri mertuanya) dan keluarganya hidup bahagia di negeri Puspa Sari.
Advertisement
Contoh Cerita Hikayat
Abu Nawas dan Lalat
Suatu hari Baginda Raja membongkar rumah dan tanah Abu Nawas begitu saja untuk menemukan emas dan permata. Namun, ternyata emas dan permata yang katanya berada di dalam tanah milik Abu Nawas hanyalah rumor. Setelah tidak menemukan emas dan permata, Baginda Raja bukannya meminta maaf dan mengganti kerugian, tetapi malah pergi begitu saja.
Abu Nawas pun marah dan ingin balas dendam. Saat sedang makan bersama istrinya, dia menemukan seekor lalat di meja makan dan dia pun tertawa karena menemukan ide untuk balas dendam. Kepada Baginda Raja, Abu Nawas mengaku hendak melaporkan perlakuan tamu tidak diundang.
"Siapakah tamu tidak diundang itu?" tanya Baginda.
"Lalat-lalat ini, Tuanku," kata Abu Nawas yang membawa lalat di atas piring yang tertutup tudung saji.
Abu Nawas pun meminta izin untuk mengusir lalat-lalat itu. Baginda Raja yang sedang berkumpul bersama para menteri pun langsung memerintahkan Abu Nawas mengusir lalat itu.
Bermodalkan tongkat besi, Abu Nawas pun mengejar dan memukuli lalat itu hingga vas bunga, patung hias, dan perabotan istana hancur karenanya. Akhirnya Baginda Raja menyadari kekeliruannya. Abu Nawas yang puas memberikan pelajaran pada Baginda Raja pun meminta izin pulang.
Contoh Cerita Hikayat
Hikayat Bunga Kemuning
Kisah dimulai dari seorang raja yang bijaksana memiliki 10 orang putri yang berwajah cantik. Dikarenakan istri raja telah meninggal seusai melahirkan anak bungsu sehingga kesepuluh putri dijaga oleh pengasuh kerajaan. Puteri Kuning adalah anak bungsu sang raja dan memiliki perilaku yang paling baik dibanding dengan kakak perempuan lainnya.
Pada suatu hari, Raja akan pergi ke kerajaan lain untuk menjaga hubungan baik antarkerajaan. Sebelum pergi Raja mengumpulkan semua puteri untuk dengan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan mereka. Kesembilan anak perempuan Raja menginginkan untuk oleh-oleh yang mahal dan mewah seperti perhiasan. Sedangkan, Puteri Kuning hanya meminta ayahnya kembali dengan selamat.
Sepeninggalan Raja untuk berkunjung ke kerajaan lain, perilaku kesembilan anak perempuan semakin buruk dan nakal hingga membuat para pelayan kewalahan. Berbeda dengan kakak perempuan lainnya, Puteri Kuning sangat rajin mengurus taman kesayangan anaknya. Melihat perilaku Puteri Kuning tersebut, kakak perempuan malah meledeknya.
Akhirnya Sang Raja pulang, tapi hanya Puteri Kuning yang menyambut Raja dengan perasaan gembira. Walaupun tidak meminta oleh-oleh, Raja tetap memberi kalung batu hijau. Keesokan harinya, semua puteri berkumpul untuk mendapatkan oleh-oleh dari Raja. Puteri Hijau iri melihat kalung berbatu hijau yang dipakai oleh Puteri Kuning. Putri Hijau sempat meminta kalung batu hijau, tapi Puteri Kuning menolak karena itu adalah pemberian dari sang ayah. Tidak tinggal diam, Puteri Hijau mengadu ke kakak perempuan lainnya bahwa Puteri Kuning mengambil barang miliknya.
Pertengkaran tidak terhentikan hanya masalah Kalung batu hijau, hingga Puteri Kuning meninggal akibat pukulan dari kakak perempuannya. Puteri Kuning dikuburkan dengan sangat rapi agar tidak terlihat. Raja memerintahkan semua penjaga dan pelayan untuk mencari Puteri Kuning. Namun, hasilnya nihil, Raja tidak menemukan kepergian Puteri Kuning. Sang Raja menyesal karena tidak mampu mendidik puteri-puterinya dengan benar, hingga ia memerintahkan semua puteri untuk pergi ke negeri seberang agar bisa belajar memperbaiki perilaku mereka. Suatu hari, di atas tanah yang menjadi kuburan Puteri Kuning, tumbuh tanaman yang baru pertama kali dilihat oleh raja.
Tanaman itu diberi nama bunga kemuning karena daun berwarna hijau bagai kalung batu hijau, batang seperti jubah Puteri Kuning, dan bunga berwarna putih kekuningan sangat wangi. Tanaman kemuning sering digunakan untuk pengharum rambut dan kulit kayu dijadikan bedak penghalus wajah.
Advertisement
Contoh Cerita Hikayat
Dua Abu
Kerajaan Gandalika merupakan sebuah negeri yang teramat indah memesona. Negeri subur makmur, masyarakatnya hidup dengan aman dan tenteram. Kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang bernama Raja Baharuddin. Beliau mempunyai istri yang cantik jelita bernama Permaisuri Salikah.
Raja Baharuddin adalah seorang raja gagah perkasa. Sahabat maupun musuh-musuh kerajaan sangat menghormatinya. Ayunan pedangnya membuat hati mereka bergetar hebat. Mata Raja Baharuddin seperti elang yang menjaga sarang anak-anaknya dari gangguan musuh. Kakinya bagaikan kijang emas yang menjadi incaran pemburu, kuat, cepat, lincah, dan bergelora seperti aliran air dari hutan menuju muara.
Salah satu kekurangannya adalah belum mempunyai keturunan, permaisurinya belum melahirkan putra. Telah lama Permaisuri Salikah menikah dengan Raja Baharuddin, tetapi mereka masih belum mempunyai keturunan. Permaisuri menjadi bersedih hati.
Pada suatu malam, Raja Baharuddin terbangun. Setelah selesai salat Tahajud, beliau berdoa agar diberi putra. Ia duduk bersujud menahan air mata, mencoba mengingat dosa apa yang pernah diperbuatnya sehingga Allah menghukumnya. Apa pun risiko akan diterimanya agar memiliki putra.
Dalam doanya, "Wahai Zat Yang Maha Adil, hamba bersujud dalam air mata memohon belas kasih-Mu. Malangnya nasib hamba-Mu ini apabila tidak mempunyai keturunan sama sekali. Apakah kekurangan hamba-Mu ini sehingga Gandalika terancam tidak mempunyai seorang pewaris? Hamba mohon, sudilah kiranya Engkau memberi putra agar hamba dapat mewariskan kerajaan ini kepadanya".
Tiba-tiba, dari semua arah tempat ia berdoa terdengar satu suara menggelegar, "Aku akan memberimu keturunan. Pergilah kau ke suatu desa di pinggir hutan dan bagikan kepada warganya sedekah berupa apa saja. Salah satu dari mereka akan mendoakanmu dan Aku akan mengabulkan doanya".
Contoh Cerita Hikayat
Hang Tuah
Pada zaman dahulu kala, dikenal seorang kesatria bernama Hang Tuah. KetiÂka masih anak-anak, ia beÂÂserÂta keÂÂdua orang tuanya, Hang MahÂmud dan Dang Merdu, menetap di PuÂlau Bintan. Pulau ini berada di perairan Riau. Rajanya adaÂlah Sang Maniaka, putra Sang Sapurba raja besar yang bermahligai di Bukit Siguntang.
Hang Mahmud berfirasat bahwa kelak anaknya akan menjadi seorang tokoh yang terÂkemuka. Saat berumur sepuluh tahun, Hang Tuah pergi berlayar ke Laut Cina SelaÂtan disertai empat sahabatnya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang LeÂkir, dan Hang Lekiu. Dalam perÂjalanan, meÂreka berÂÂÂkali-kali diganggu oleh geÂromÂÂbolÂÂÂÂan lanun. Dengan segala keÂÂÂbeÂranianÂnya, Hang Tuah beserta para saÂhaÂÂbatÂnya mamÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂpu meÂngalahkan geÂÂÂromÂÂÂbolan itu. KaÂÂbar terseÂbut terdengar samÂpai ke teÂlinga Bendahara PaÂduka Raja Bintan, yang sangat kagum terÂhadap keÂberanian mereka.
Suatu ketika, Hang Tuah dan keempat sahabatnya berhasil mengalahkan empat peÂÂngamuk yang menyerang Tuan BenÂdaÂÂÂÂhara. Tuan Bendahara kemudian mengÂÂangÂkat mereka sebagai anak angkatnya. Tuan BenÂÂÂdahara kemudian melaporkan tentang keÂÂÂÂheÂÂÂÂÂÂbatÂÂÂÂÂan mereka kepada Baginda Raja Syah Alam. Baginda Raja pun ikut merasa kaÂgum dan juga mengangkat mereka seÂÂÂbaÂgai anak angkatnya.
Beberapa tahun kemudian, BaÂginda RaÂja berencana mencari tempat baru sebaÂgai pusat kerajaan. Ia beserta pungÂgawa keÂrajaan, termasuk Hang Tuah dan para saÂÂhabatÂnya, melanÂcong ke sekiÂtar Selat MeÂÂÂlaka dan Selat Singapura. RomÂÂbongÂan akhirÂÂÂnya singÂgah di PuÂlau Ledang. Di sana romÂÂbongÂÂan meÂÂlihat seekor pelanduk (kancil) puÂtih yang ternyata sulit untuk ditangkap.
Menurut petuah orang tua-tua, jika meÂÂÂÂnemui pelanduk putih di hutan maka temÂpat itu bagus dibuat negeri. Akhirnya di sana dibangun sebuah negeri dan dinamaÂkan Melaka, seÂsuai nama pohon Melaka yang ditemukan di tempat itu.
Hikayat Hang Tuah adalah sebuah karya Sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, Hang Tuah adalah seorang laksmana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala hal.
Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: hang jebat, hang Kesturi, Hang Lenkir dan Hang Lekiu . Ada yang berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf jawi wau ; "ï»" dan ra; "ïº" bentuknya sangat mirip. Namun, yang lain menolak dan mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu dari pandawa lima, tokoh utama dalam Wiaracaita Mahabharata.
Hikayat ini bercerita pada kesetiaan Hang Tuah pada Sri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya akhirnya malah dibunuh oleh Hang Tuah. Hal ini sampai sekarang, terutama dikalangan bangsa Melayu masih menjadi kontroversial; siapakah yang benar, Hang Tuah atau Hang Jebat
Selain itu, setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad ke-14 masehi Sebab banyak diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka dan Majapahit.
Banyak kritik ditujukan kepada orang jawa dalam hikayat ini. Meski begitu senjata paling ampuh, yaitu sebilah keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang Tuah dan lima bersaudara dikatakan menuntut banyak ilmu kebatinan dari petapa Jawa.
Â
Sumber: kemdikbud, smansabangko.sch.id
Baca artikel seputar contoh lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement