Sukses


Contoh Analisis Unsur Intrinsik dalam Teks Cerpen

Bola.com, Jakarta - Cerpen merupakan sebuah karya sastra yang bersifat fiktif. Cerpen adalah kisah yang diceritakan dengan pendek atau singkat tidak lebih dari 10.000 kata.

Cerpen memiliki isi pengisahan yang hanya berfokus pada sebatas satu permasalahan atau konflik. Singkatnya, jalan cerita pendek hanya berpusat pada satu konflik saja. Dengan demikian tokoh yang ditampilkan juga terbatas antara tiga sampai lima orang.

Unsur pembangun teks cerpen terbentuk atas delapan komponen yang saling berkaitan. Adapun kedelapan unsur pembangun teks cerpen tersebut adalah tema, amanat, penokohan, alur (plot), latar (setting), dan sudut pandang.

Kedelapan unsur tersebut sering disebut unsur instrinsik. Keterampilan penulis dalam menyatukan unsur-unsur di atas yang menjadi daya pikat sebuah teks cerpen. Dengan demikian, teks cerpen mampu merangsang minat pembaca untuk mengetahui jalan cerita selanjutnya.

Untuk memperjelas gambaran tentang unsur pembangun karya sastra khususnya teks cerita pendek, cermatilah contoh analisis unsur intrinsik sebuah cerpen di bawah ini.

Berikut ini contoh analisis unsur pembangun teks cerpen yang bisa dicermati, dilansir dari Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA Kelas XI terbitan Kemdikbud, Rabu (8/11/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek

Berikut ini contoh analisis cerpen berjudul Umi Kalsum karya Djamil Suherman.

1. Tema

Kehidupan Gadis yang malang.

2. Latar atau setting

Dalam cerpen Umi Kalsum karya Djamil Suherman ada tiga latar atau setting, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana, seperti dalam kutipan berikut:

  • Latar tempat

Di Langgar Nyai Safii, di tikungan jalan, di rumah Haji Basuni.

Di tikungan jalan: Di antara beberapa gadis yang menuju tikungan jalan Kedungpring ku lihat...

  • Latar waktu

Sore hari, malam hari, pada malam sebelum fajar.

Sore hari: Sore itu, waktu menjelang ashar. Santri-santri hilir-mudik dengan bawaan masing-masing.

Malam hari: Pada suatu malam sesudah lepas pengajian di langgar, kami para santri yang akan pulang adakalanya berbarengan dengan santri-santri perempuan

  • Latar suasana

Bahagia, menegangkan, menyedihkan

Mula-mula aku begitu memimpikan dia. Sampai pun pada suaranya yang merdu tiap kali membenamkan daku ke satu fantasi yang indah dan ajaib.

Menegangkan

Di luar dugaan, dari arah yang kami tuju, kulihat sesosok tubuh manusia berdiri tegak di tepi jalan itu, yang tak jauh lagi dari rumah Umi. Ketika Latifah dan Umi melihat orang itu tiba-tiba.

Menyedihkan

Sejak hari itu pikiranku terpengaruh oleh kabar yang menyedihkan itu. Siapakah yang menduga bahwa kejadian semacam itu menimpa keluarga Haji Basuni? Menimpa Umi Kalsum yang begitu lembut? O, mustika-hidupku yang lama ku impikan dan yang hendak kurebutkan dengan sepenuh perasaanku itu, kini telah noda. Tapi bagiku Umi tetap suci. Sebab betapapun ia telah berusaha mempertahankan kemerdekaan dirinya dari kekerasan orang tuanya.

3 dari 4 halaman

Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek

3. Sudut Pandang Orang pertama

Lantaran dalam cerpen ini banyak menggunakan kata "Aku" sebagai pencerita. Berikut kutipan cerpen Umi Kalsum:

Mula-mula aku begitu memimpikan dia. Sampai pun pada suaranya yang merdu tiap kali membenamkan daku ke satu fantasi yang indah dan ajaib, sebagaimana kalau aku membayangkan wajah seorang gadis putri nabi yang cantik itu.

4. Tokoh dan Penokohan

  • Aku: protagonis dan penyayang

Hal ini terlihat dari cerpen Umi Kalsum bahwa tokoh "Aku" protagonis dan penyayang, dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut:

Tapi bagiku Umi tetap suci. Sebab betapapun ia telah berusaha mempertahankan kemerdekaan dirinya dari kekerasan orang tuanya.

Umi Kalsum: Protagonis, penyabar, baik, penurut.

Kini aku tak bedanya seperti anak monyet yang dirantai dalam kandang. Aku tak boleh melihat laki-laki, O aku tersiksa siang malam. Aku cuma berharapkan kesempatan yangakan datang.

  • Haji Busani: Antagonis, kejam, kikir, dan matre

Haji Basuni bercita-cita agar anak gadisnya itu dilamar oleh orang-orang yang berharta saja, dan anak-anaknya itu harus menurut apa katanya. Tak boleh membantah dan membela diri.

  • Zainab: antagonis, cemburu, egois

Tapi dengan tak ku ketahui, dari belakang Zainab muncul dan datang hendak merebut surat itu. Betapa merah mukanya ketika melihat surat itu, ia tunduk.

  • Ichwan: Protagonis, jahil, dan lucu

Ya, memang begitu bagus matanya, katanya kau belum tidur, Wan? Tanyaku kaget.

4 dari 4 halaman

Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek

5. Gaya Bahasa

Banyak gaya bahasa yang ditemukan dalam cerpen Umi Kalsum ini, seperti majas asosiasi (perumpamaan), majas metafora (perbandingan), majas hiperbola (pernyataan berlebihan), dan majas simbolik (menggunakan simbol dengan benda, binatang).

Berikut kutipannya :

  • Majas Asosiasi atau perumpamaan

Seperti bunga kacapiring (Umi berkulit putih dan sangat harum) suara Umi seperti musik merdunya.

Pada suatu malam sebelum fajar (pagi).

  • Majas Metafora

Murah tangan (gampang memukul).

  • Majas Hiperbola

Kalau memandang terasa sekali merampas dada.

  • Majas Simbolik 

Lintah darat (Orang yang meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi).

6. Amanat

Janganlah menjadi Ayah yang kejam terhadap anak karena itu dapat membuat anak menjadi anak yang penakut dan pendiam. Jadilah ayah yang baik dan penyayang untuk anak-anaknya. Janganlah mengambil keputusan yang tidak disukai oleh Allah. Contohnya bunuh diri.

Kita harus saling menyayangi terhadap sesama dan saling memberi pertolongan tanpa mengharapkan sebuah imbalan.

7. Alur

Cerpen Umi Kalsum ini menggunakan alur maju karena peristiwa-peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir atau masa kini menuju masa datang.

8. Pencitraan

Dalam cerpen Umi Kalsum, pembaca akan terbawa oleh suasana yang ada dalam cerpen tersebut, yaitu menegangkan dan menyedihkan. Ketika Haji Busani sering menyiksa anakanaknya, hingga akhirnya anaknya pun tewas dengan cara bunuh diri.

 

Sumber: Kemdikbud

Baca artikel seputar cerpen lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer