Bola.com, Jakarta - Sindrom munchausen merupakan kondisi gangguan psikologis di mana penderita akan berpura-pura sakit dan dengan sengaja menciptakan suatu gejala mengenai penyakit tersebut.
Pengidap sindrom munchausen akan dengan sengaja membuat, mengeluh, atau membesar-besarkan gejala suatu penyakit.
Baca Juga
Advertisement
Biasanya penderita akan melakukan ini agar mendapat perhatian, rasa iba, hingga simpati dari orang terdekatnya.
Sindrom munchausen dibuktikan dengan tipe perilaku berpura-pura mengalami gejala psikologis, gejala fisik serta melakukan hal yang dapat menyebabkan sakit.
Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan lebih lanjut tentang sindrom munchausen, dilansir dari yankes.kemkes.go.id, Senin (20/11/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gejala Sindrom Munchausen
- Berbohong dengan berpura-pura sedang mengalami gejala tertentu. Bahkan, untuk meyakinkan gejala tersebut, ia menyakiti diri sendiri atau sengaja memanipulasi hasil pemeriksaan. Misalnya, mengontaminasi hasil urine.
- Memberikan riwayat medis yang tidak konsisten atau berbeda-beda, terkadang didramatisasi.
- Terjadi "kekambuhan" gejala berulang.
- Gejala yang tidak jelas dan justru bertambah parah setelah diberikan terapi.
- Memiliki pengetahuan yang luas seputar terminologi atau kata-kata kedokteran dan dapat mendeskripsikan penyakit dengan detail.
- Mempunyai keinginan kuat untuk menjalani prosedur medis atau tindakan lainnya.
- Memiliki problem identitas dan kepercayaan diri.
- Timbul gejala baru padahal pemeriksaan menunjukkan hasil negatif.
- Gejala hanya timbul ketika pasien diperiksa.
- Memiliki riwayat mencari "kesembuhan" di sejumlah rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
- Pasien sering menolak dokter untuk menemui keluarga, teman, atau kerabat pasien.
Advertisement
Penyebab Sindrom Munchausen
1. Trauma pada masa kecil
Trauma tersebut diakibatkan oleh orang tua yang menelantarkan anak sehingga berakibat kurangnya perhatian orang tua pada anak. Hal ini membuat anak menjadi berpura-pura sakit untuk mendapat perhatian.
2. Gangguan Kepribadian
- Gangguan kepribadian ambang, menyebabkan penderita sulit mengontrol perasaan.
- Gangguan kepribadian narsisistik, membuat penderita merasa dirinya sagat spesial dan merasa takut tidak berharga.
Sumber: yankes.kemkes.go.id
Yuk, baca artikel kesehatan mental lainnya dengan mengikuti tautan ini.