Sukses


33 Kata-kata Wiji Thukul, Puitis dan Penuh Perlawanan

Bola.com, Jakarta - Wiji Thukul merupakan penyair sekaligus aktivis yang ikut melawan penindasan rezim orde baru. Widji Thukul dikenal dengan karya-karya yang kritis dan menyentil pemerintahan orde baru.

Wiji Thukul kerap menyuarakan perlawanan lewat karya-karya puisinya. Pada era orde baru tersebut, kritik lewat puisi sudah dianggap merujuk pada pemberontakan.

Orang-orang yang vokal dengan gagasan demokrasi substansi sapat dianggap berbahaya bagi ketertiban umum. Kemudian pada 27 Juli 1996 terjadi kerusuhan dengan melibatkan Partai Rakyat Demoratik (PRD) yang melawan peraturan perundangan saat itu.

Di mana ditetapkan bahwa hanya ada 3 partai yang diakui Negara. Setelah itu, PRD dan beberapa penggagasnya ditangkap serta dijadikan buron dengan tuduhan menciptakan kerusuhan dan ingin menggulingkan pemerintahan.

Semenjak Juli 1996, Wiji Thukul berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Pada 1998 Widji Thukul tak diketahui lagi nasibnya hingga saat ini.

Meski menjalani pelarian dengan penuh ketakutan, Widji Thukul tetap menorehkan karya-karya kritisnya lewat puisi dan cerpen. Banyak kata-kata Wiji Thukul yang bisa dikatakan masih abadi hingga sekarang, terutama pusi-pusinya.

Berikut ini Bola.com menyajikan, kata-kata Wiji Thukul, seperti dikutip dari Jagokata.com, Sabtu (6/6/2020).

 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Kata-kata Wiji Thukul

1. "Bila rakyat tidak berani mengeluh itu artinya sudah gawat, dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam."

2. "Apa guna punya ilmu tinggi kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu."

3. "Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: lawan!"

4. "Puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan. Ia tak mati-mati meski bola mataku diganti."

5. "Kamu calon konglomerat ya? kamu harus rajin belajar dan membaca, tapi jangan ditelan sendiri. berbagilah dengan teman-teman yang tak dapat pendidikan."

6. "Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, disana bersemayam kemerdekaan, apabila engkau memaksa diam, aku siapkan untukmu pemberontakan!"

7. "Jika kau menghamba kepada ketakutankita memperpanjang barisan perbudakan."

8. "Aku berpikir tentang gerakan tapi mana mungkin kalau diam?"

9. "Aku bukan artis pembuat berita tapi memang aku selalu kabar buruk buat para penguasa."

10. "Jangan mati sebelum dimampus takdir."

11. "Kami satu: buruh kami punya tenaga jika kami satu hati kami tahu mesin berhenti sebab kami adalah nyawa yang menggerakkannya."

12. "Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu, ia ingin bicara mengapa kau kokang senjata dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?"

13. "Jika kami bunga engkau adalah tembok, tapi di tubuh tembok itu telah kami sebar biji-biji suatu saat kami akan tumbuh bersamad dengan keyakinan."

14. "Kutundukkan kepalaku kepadamu kawan yang dijebloskan ke penjara negara."

15. "Penjara sekalipun tak bakal mampu mendidikku jadi patuh."

16. "Kau paksa aku terus menunduk tapi keputusan tambah tegak."

17. "Suara-suara itu tak bisa dipenjarakandi sana bersemayam kemerdekaan."

18. "Jika kau tak berani lagi bertanya kita akan jadi korban keputusan-keputusan jangan kau penjarakan ucapanmu."

19. "Kami adalah bunga yang tak au hendaki tumbuh. Engkau lebih suka membangunrumah dan merampas tanah."

20. "Kita tidak sendirian kita satu jalan tujuan kita satu ibu:pembebasan!"

21. "Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ia yang mengajari aku untuk bertanya."

22. "Sesungguhnya suara itu tak bisa diredammulut bisa dibungkam."

23. "Sajakku adalah kebisuan yang sudah kuhancurkan sehingga aku bisa mengucapkan dan engkau mendengarkan, sajakku melawan kebisuan."

24. "Aku menulis aku penulis terus menulis sekalipun teror mengepung."

25. "Apa penguasa kira rakyat hidup di hari ini saja."

26. "Kata-kata itu selalu menagih padaku ia selalu berkata :kau masih hidup! Aku memang masih utuh dan kata-kata belum binasa."

27. "Jika kau tak sanggup lagi bertanyakau akan ditenggelamkan keputusan-keputusan."

28. "Jika kau tahan kata-katamumulutmu tak bisa mengucapkan apa maumu."

29. "Kutundukkan kepalaku, bersama rakyatmu yang berkabung."

30. "Aku mengucap kepada hidup yang jelataM E R D E K A..!!!"

31. "Bila rakyat tidak berani mengeluh, itu artinya sudah gawat, dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah, kebenaran pasti terancam."

32. "Apa penguasa kira ingatan bisa dikuburdan dibendung dengan moncong tank."

33. Umur derita rakyat panjangnya sepanjang umur peradaban."

 

Sumber: Jagokata.com

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer