Bola.com, Jakarta - Tut Wuri Handayani adalah penggalan dari kalimat panjang yang terkenal dari Ki Hajar Dewantoro, pendiri Taman Siswa sekaligus bapak pendidikan Indonesia.
Jadi, ada tiga penggalan kalimat yang terkenal dari Ki Hajar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Baca Juga
Advertisement
Makna dari ungkapan tersebut ialah di depan memberi teladan, di tengah membimbing (memotivasi, memberi semangat, menciptakan situasi kondusif) dan di belakang mendorong (dukungan moral).
Kini, Tut Wuri Handayani dijadkan semboyan yang menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Bahkan lambang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pun dibuat dengan beberapa falsafah dari Tut Wuri Handayani.
Lambang Kemendikbud secara resmi telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0398/M/1977, tanggal 6 September 1977.
Melansir dari web Kemendikbud, lambang Tut Wuri Handayani atau Kemendikbud berupa bidang segi lima yang berwarna biru muda, menggambarkan alam kehidupan Pancasila.
Di dalam bidang segi lima terdapat tulisan Tut Wuri Handayani, satu di antara semboyan yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam melaksanakan sistem pendidikannya.
Nah, mungkin belum banyak yang tahu arti dari lambang Tut Wuri Handayani tersebut.
Berikut ini rangkuman mengenai sajarah pembentukan dan arti lambang Tut Wuri Handayani, seperti dikutip dari laman Dosenpintar dan Kemdikbud, Kamis (3/12/2020).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sejarah Terbentuknya Tut Wuri Handayani
Sebelum mengetahui arti dan makna dari Tut Wuri Handayani, perlu diketahui sejarah terbentuknya. Adalah Soewardi, sosok yang kali pertama mencetuskan pendidikan di Indonesia, pada September 1919.
Pengalaman belajar yang didapatkan di luar negeri digunakan untuk mengembangkan konsep pendidikan bagi sekolah yang didirikan Soewardi pada 3 Juli 1922, yaitu Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa).
Jadi, saat Soewardi genap berusia 40 tahun, menurut perhitungan kalender Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Alasan Soewardi melakukan pergantian nama tersebut karena tidak mau lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan muridnya.
Selain itu, Soewardi juga bisa dengan bebas untuk dekat dengan rakyat yang akan menjadi muridnya, baik secara fisik maupun jiwa.
Ki Hajar Dewantara menggunakan sistem pendidikan yang memakai semboyan dan hingga kini sangat dikenal di kalangan pendidikan di seluruh Indonesia.
Semboyan tersebut menggunakan bahasa Jawa, yaitu 'Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani'.
Saat pembentukan Kabinet Republik Indonesia pertama, Ki Hajar Dewantara ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan Indonesia. Kemudian pada 1957, beliau mendapatkan gelar kehormatan sebagai Doktor (Doctor Honoris Causa) dari Universitas tertua di Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada.
Hal tersebut yang membuat Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, berkat jasa-jasanya dalam pendidikan di Indonesia. Selain itu, hari kelahirannya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
Advertisement
Arti dan Makna Lambang Tut Wuri Handayani
Di dalam lambang Tut Wuri Handayani ada belencong (menyala) bermotif garuda. Belencong (menyala) merupakan lampu yang khusus digunakan pada pertunjukan wayang kulit. Cahaya belencong membuat pertunjukan lebih hidup.
Burung garuda yang menjadi motif belencong memberikan gambaran sifat dinamis, gagah perkasa, mampu, dan berani mandiri mengarungi angkasa luas. Kemudian ekor dan sayap garuda digambarkan masing-masing lima, yang berarti: 'satu kata dengan perbuatan Pancasilais'.
Gambar buku yang terletak di bawah burung garuda untuk menggambarkan bahwa buku merupakan sumber bagi segala ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Selain itu, dalam lambang Tut Wuri Handayani Kemendikbud terdapat filosofi warna. Warna putih pada ekor dan sayap garuda, serta buku berarti suci, bersih tanpa pamrih. Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran abadi.
Warna biru muda pada bidang segi lima berarti pengabdian yang tak kunjung putus dengan memiliki pandangan hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila).
Â
Sumber: Dosenpintar, Kemdikbud