Bola.com, Jakarta - Perilaku impulsif adalah tindakan yang dilakukan tanpa berpikir panjang atau mempertimbangkan konsekuensinya di awal.
Impulsif sering ditunjukkan oleh anak-anak dan remaja karena mereka belum paham cara meredam dorongan dan emosi yang muncul. Namun, perilaku impulsif juga bisa terjadi pada siapa saja tanpa terkecuali.
Baca Juga
Advertisement
Perilaku impulsif dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat sedang menghadapi stres atau situasi genting yang memerlukan respons cepat.
Namun, jika perilaku ini dilakukan secara terus-menerus atau telah menjadi bagian dari kepribadian seseorang, perilaku ini bisa menjadi gejala dari suatu gangguan mental.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang perilaku impulsif, dilansir dari laman Siloamhospital, Kamis (23/11/2023).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Perilaku Impulsif
- Gangguan bipolar.
- Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD).
- Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian antisosial atau borderline personality disorder.
- Gangguan makan.
- Kleptomania.
- Penyakit Parkinson.
- Kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
Advertisement
Ciri-Ciri Perilaku Impulsif
- Sering memanjakan diri dengan melakukan suatu hal secara berlebihan, seperti menghamburkan uang untuk berbelanja atau mengonsumsi makanan secara berlebihan.
- Mudah marah atau tersinggung tanpa penyebab yang jelas.
- Kesulitan untuk mengontrol emosi sehingga menyebabkan seseorang cenderung merusak barang atau berteriak secara berlebihan saat sedang marah.
- Kesulitan untuk memusatkan fokus dan konsentrasi saat sedang menyelesaikan pekerjaan.
- Sering melakukan suatu hal dengan terburu-buru.
- Berbicara tanpa mempertimbangkan akibat dari perkataannya.
- Melakukan aktivitas seksual yang berisiko tinggi.
- Mempunyai keinginan untuk melukai diri sendiri (self harm) saat sedang marah, sedih, atau kecewa.
- Suka mengambil sesuatu atau kepunyaan orang lain secara paksa tanpa menunggu atau meminta izin terlebih dahulu.
Cara Mengatasi Perilaku Impulsif
1. Penggunaan Obat-obatan
Perilaku impulsif adalah tindakan yang bisa disebabkan oleh gangguan psikologis, seperti attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), borderline personality disorder, atau gangguan bipolar.
Jika perilaku impulsif disebabkan oleh ADHD, dokter dapat meresepkan obat stimulan sistem saraf pusat, seperti amphetamine, dextroamphetamine, atau methylphenidate.
Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan antidepresan, antipsikotik, atau mood stabilizer jika perilaku impulsif terjadi karena borderline personality disorder.
Selain itu, perilaku impulsif yang disebabkan oleh gangguan bipolar dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan antimania (mood stabilizer) untuk membantu mengendalikan suasana hati atau mood.
2. Terapi Psikologis (Psikoterapi)
Cara berikutnya adalah dengan menjalani terapi psikologis (psikoterapi), terutama dialectical behavior therapy (DBT) dan cognitive behavioral therapy (CBT).
Melalui terapi ini, dokter akan membimbing dan melatih pasien untuk mengubah perilaku impulsif dan meningkatkan kemampuannya dalam berpikir sebelum bertindak atau melakukan suatu hal.
Selain itu, dokter dapat merekomendasikan terapi kelompok atau terapi keluarga yang dinilai efektif dalam menangani perilaku impulsif pada anak-anak dan remaja.
3. Melakukan Coping Mechanism yang Sehat
Coping mechanism adalah strategi yang dilakukan seseorang ketika sedang menghadapi situasi atau kondisi yang membuatnya merasa tidak nyaman, seperti stres atau cemas. Selain itu, strategi ini dapat membantu mengurangi risiko seseorang untuk melakukan tindakan impulsif.
Ada sejumlah coping mechanism yang sehat dan dapat direkomendasikan untuk membantu seseorang dalam mengurangi perilaku impulsif dan mengalihkan perilaku tersebut ke suatu hal yang lebih sehat, di antaranya sebagai berikut:
- Berolahraga ringan, seperti bersepeda, yoga, atau mendaki gunung.
- Journaling.
- Melakukan teknik relaksasi, seperti bernapas dalam-dalam dan diembuskan secara perlahan.
- Berbagi cerita dengan orang terdekat.
Sumber: Siloamhospitals
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement