Sukses


5 Contoh Puisi Bulan Desember, Penuh Motivasi dan Bangkitkan Semangat

Bola.com, Jakarta - Desember menjadi bulan terakhir di pengujung tahun. Tentu kita perlu mensyukuri apa pun yang telah dialami sepanjang 11 bulan lalu.

Semoga kita bisa menjalani Desember dengan baik, penuh keceriaan, dan kebahagiaan. Di bulan Desember ini akan lebih berwarna jika kamu membaca puisi.

Membaca puisi bertema bulan Desember menjadi cara yang bisa membuat diri kita termotivasi menjalani kehidupan, khususnya menumbuhkan kembali semangat yang sempat padam atau mulai meredup.

Selain itu, kamu bisa menebar semangat dengan berbagi puisi bertema bulan Desember ke sahabat, keluarga, pacar, teman, hingga kolega.

Apakah kamu sedang mencari referensi puisi bulan Desember? Kamu bisa melihat rekomendasinya pada artikel ini.

Ada banyak puisi bulan Desember yang bisa memotivasi dan memberikan semangat kepadamu dan mereka yang kamu kasihi.

Berikut lima contoh puisi bulan Desember, dikutip dari laman Gurupenyemangat dan Berkaspuisi, Rabu (29/11/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Syukur di Bulan Desember

Januari sudah lama pergi

Meninggalkan awal tahun

Bersama manisnya mimpi-mimpi

Aku terlalu riang

Hingga lupa bersyukur

 

Februari sudah lama kutinggalkan

Hari yang singkat

Bahkan purnama memerah tidak sempat kulihat

Aku terlalu sibuk hingga merasa kesempatan sudah tampat

Akhirnya aku lupa bersyukur

Terlewat

 

Maret aku sudah tidak ingat lagi

Waktu yang sibuk

Hingga aku baru bisa tidur setelah dini hari

Lagi-lagi aku lupa

Lupa aku lagi-lagi

Tidak teringat bersyukur

 

April aku masih sibuk

Sibuk menebar impian bersama Ibunda Pertiwi

Padahal cuma kata-kata

Lagi aku melupa syukur

 

Bulan kelima entah ada kisah apa

Mungkin tentang tidur siangku

Tidur yang dingin

Berselimut kegagalan

Sakit hati

Tangisku lupa meneteskan syukur

 

Tengah tahun yang singkat

Tidak ada rasanya

Lewat begitu saja

Barangkali hanya ada rasa iba

Dengan sedikit syukur yang tak rela

 

Ketika Juli menyapa

Aku sibuk berkarya

Mengorek-ngorek rencana

Meratap gagal yang lebih dari separuhnya

Sesalku lagi-lagi tidak mengajak syukur

 

Agustus tiba

Ragaku bergelora

Teriak merdeka

Tapi hatiku sendiri terjajah

Lupa bersyukur

Hingga akhirnya sulit untuk menerima

 

September pun masih sedih

Ragaku berlinang basah

Waktu dipenuhi rasa gelisah

Lupa syukur, lupa belajar untuk pasrah

 

Kisah Oktober?

Sama seperti November

Rasanya waktu begitu cepat berlalu

Seakan aku belum cukup tidur

Padahal tidurku yang tak teratur

Tak lagi ingat dengan syukur

 

Kini Desember telah menyapa

Dengan bentuk senyum yang tak selaras dengan rupa

Banyak orang ceria

Tapi sebenarnya dusta

 

Aku sudah lelah berbelok hati

Sakit rasanya untuk gagal lagi

 

Sudahlah;

Mimpi tinggallah mimpi

Tapi kesempatan syukurku belum tentu datang lagi

 

Aku bahagia di bulan Desember atas sehat

Aku bahagia di bulan Desember atas selamat

Maka izinkan aku untuk menjadi orang yang hebat.

3 dari 6 halaman

Selamat Datang Desember

Selamat datang Desember

Aku baru saja bangun

Belum rela menarik selimut

Hari ini masih dingin seperti biasanya

Masih mencium semerbak sunyi

Berteman dengan almanak kusam

Tertawa kepada cermin

Menyapu kisut dan kedut

Mengurut pundak

Menggemburkan nadi yang kemarin gersang oleh masuk angin

 

Selamat datang Desember

Aku masih menunggu terangnya purnama terakhir di tahun masehi

Ditemani kerlap-kerlip kejora

Kembang api warna-warni

Juga asap kendaraan yang mengepul

Sungguh jalanan yang sesak

Semua orang ingin menyambut tamu agung

Tapi lupa dengan tamu lama

 

Mereka yang sudah duduk sendiri di sebelas purnama terakhir

Menatap kalender usang

Memindahkan tanggalnya sendiri

Mencoret hari-hari berubah cuti

Belum ingin menghapus mimpi dan berhenti berjuang

 

Selamat datang Desember

Bulan yang basah dan berangin

Bulan penuh keluh kesah dan harapan atas ingin

Ceriaku sudah bertumbuh

Malasku sudah berlabuh

Maka izinkan aku bangun lebih cepat daripada azan Subuh.

4 dari 6 halaman

Sedih di Bulan Desember

Cinta adalah sembilu

Menikam tepat di relung kalbu

Kala tak temukan seutas biru

Rindu jadi batu

Pilu merayu

Lupakan bahasa ibu

Relakan terkasih; titahmu

 

Desember kepingan luka

Mengalir bak mata air; air mata

Mengurung di labirin rasa

Hitam pudarkan semua cahaya

Pada asa tak lagi sama

Labuhkan biduk di muara sua

Berpeluk fatamorgana

 

Desember persandingan terang pada temaram

Tarian birahi tanpa intonasi

Pada mimpi tak tergenapi

Kidung sunyi selaksa duri

Bumi pijakan diri langit naungan hati

Merepih jiwa dilarik janji

Dalam balutan tabir misteri

 

Desember desir hari penghabisan

Mengupas pikiran serupa sayatan

Kalam-kalam hujatan

Menggiring jiwa pada renungan

Tak selalu ada pelangi seusai hujan

Semua diam tersimpan

Kidungkan lirih nada kematian.

5 dari 6 halaman

Hujan Bulan Desember

Hujan terasa lebih deras, lebih lebat di bulan ini

Bulan Desember, bulan akhir semua bulan

Hujan bulan Desember

Membasahi semua jalan kenangan

Buliran air mengaliri lubang-lubang sepi

Melewati terowongan hati yang hitam, kelam

Bermuara pada lautan masa lalu

Hujan bulan Desember

Lebih deras lebih lebat dari hujan bulan Juni

Membanjiri pelosok hati yang kering

Karna terbakar api amarah dan nafsu

Airnya meluap-luap, menghancurkan sekat ikhlas dan sabar

Desember bermula banjir

Diakhir banjir

Menyisakan serpihan rindu

Ranting-ranting duka

Sampah-sampah mimpi

Yang kini berserakan

Dan terbuang di jalanan yang bernama cinta.

6 dari 6 halaman

Desember Kelabu

Irama langkahku terhenti di pengujung tahun

Napas ini mulai terengah

Banyak impian

Sayang dia pergi dengan jengah

 

Aku tersadar

Hati ini semakin kosong

Tak ada warna

Tak ada teman

Tak ada sahabat

Sibukku fana

Senyumku gelap

Sedikit pun tak terlirik oleh gemerlap

 

Ternyata Desember ini kelabu

Harap hampanya menyayat kalbu

Mengurung senyumku dalam belenggu

Serasa ada bangku kosong yang menyuruhku duduk berselimut debu

 

Desember kelabu

Aku terharu dengan sedihku

Sedih karena tak tampak lagi langit biru

 

Hingga kini

Aku masih terengah

Aku masih ingin menghabiskan sisa napas untuk menggeru.

 

Sumber: Gurupenyemangat, Berkaspuisi

Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer