Bola.com, Jakarta - Pebulutangkis putra Indonesia, Pramudya Kusumawardana, membuat keputusan mengejutkan dalam usia 23 tahun. Pasangan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan di sektor ganda putra bulutangkis itu memutuskan fokus melanjutkan pendidikan di Australia.
Pebulutangkis kelahiran 13 Desember 2000 itu mantap untuk berhenti dari dunia bulutangkis. Tak hanya sekadar fokus untuk melanjutkan pendidikan, Pramudya mengaku sempat mengalami gangguan kesehatan mental yang berpengaruh ke dalam kehidupan pribadi.
Advertisement
"Ada beberapa poin yang saya akan sampaikan mengenai alasan keputusan untuk mengundurkan diri dari PBSI dan bulutangkis Indonesia," ujar Pramudya.
"Poin pertama adalah kesehatan mental saya sedang tidak bagus. Hal ini tidak bagus untuk keseharian saya, karena hal ini memiliki efek terhadap kehidupan saya. Jadi saya butuh istirahat."
"Poin kedua adalah pendidikan. Sebagian orang sudah tahu saya akan menekuni pendidikan Sports Science dan Sport Psychology. Saya ambil studi di luar negeri karena merasa sistem di Indonesia belum mendukung untuk menjadi atlet profesional," lanjutnya.
Pramudya pamit untuk meneruskan studi di jurusan Sports Science dan sport Psycology di Sydney. Harapannya, ke depan ia bisa membantu olahraga Indonesia, terutama bulutangkis.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurang Persiapan Menuju Olimpiade 2024
Ada poin lain dari mundurnya Pramudya Kusumawardana dari pelatnas PBSI dan bulutangkis, yaitu kurang mantap bersaing menuju Olimpiade 2024 yang akan digelar di Paris. Peluang Pramudya/Yeremia memang masih sangat jauh untuk tampil di pesta olahraga dunia itu.
"Poin ketiga yakni perebutan tiket Olimpiade. Banyak hal yang harus disiapkan dan tidak selesai begitu saja. Saya merasa untuk ke sana, saya tidak punya kapabilitas atlet Olimpiade berdasarkan progres dan statistik, mengingat Indonesia punya historis yang besar di ajang tersebut," ujar Pramudya.
"Poin terakhir, saya juga sebagai manusiab biasa, punya pikiran dan impian serta target sendiri. Saya punya target kapan untuk mengambil keputusan," lanjutnya.
Advertisement
Bukan Keputusan Mendadak
Pramudya sejatinya memiliki niat untuk undur diri sejak awal 2023. Dengan perhitungan yang matang, Pramudya kemudian berbicara dengan pelatih mengenai kesehatan mental yang terganggu sehingga akhirnya memutuskan gantung raket.
“Keputusan yang saya ambil sangat panjang. Sempat di tengah jalan terpikir untuk langsung melanjutkan studi," ujar Pramudya mengawali ceritanya.
"Saya kemudian berbicara dengan pelatih membicarakan hal ini dan juga telah berusaha di beberapa turnamen di Japan Masters dan China Masters 2023 untuk berusaha keras agar mendapat hasil maksimal. Setelah turnamen itu kemudian keputusan saya akhirnya bulat untuk mundur,” tambah Pramudya.
Pramudya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama ini berkarier di bulutangkis mulai dari PBSI, PB Djarum, hingga Badminton Lovers.
“Saya berterima kasih kepada PBSI yang sudah merahasiakan hal ini dan Djarum yang juga memberikan kepercayaan dan dukungan buat karier bulutangkis saya. Saya ucapkan terima kasih dan doa terbaik untuk bulutangkis Indonesia,” ungkap Pramudya.
Perjalanan Karier
Pramudya tercatat menjadi bagian dari PBSI sejak 2018 dengan pernah bermain di sektor ganda campuran.
Saat berpasangan dengan Ribka Sugiarto, Pramudya pernah menjadi juara India Junior International 2018 seusai mengatasi perlawanan rekan satu negaranya, Leo Rolly Carnando/Metya Inayah Cindiani 21-16, 21-12.
Saat bermain di sektor ganda putra, Pramudya pernah berpasangan dengan Rehan Naufal Kusharjanto, Ghifari Anandaffa Prihardika, dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Tercatat pemain asal Sukabumi itu moncer saat berpasangan dengan Yeremia ketika meraih beberapa gelar seperti Spain Masters 2021, Belgian International 2021, hingga Badminton Asia Championships 2022.
Pasangan Pramudya/Yeremia yang memulai debut di The 28th Iran Fajr International Challenge 2019 itu bahkan mengoleksi dua medali SEA Games dengan perincian satu emas dan satu perak.
Pada edisi 2021 di Vietnam, pasangan berjuluk The Prayer itu harus puas dengan raihan perak seusai pada partai final kalah dari Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dengan skor 17-21, 19-21.
Adapun pada tahun berikutnya di edisi SEA Games 2023, Pramudya/Yeremia meraih medali emas seusai menumbangkan ganda putra Thailand, Peeratchai Sukphun/Pakkapon Teeraratsakul dengan skor 21-17, 21-19.
Advertisement
Saling Memotivasi dengan Yeremia
Dengan raihan prestasi tersebut tidak heran Pramudya dan Yeremia merindukan momen kebersamaan tersebut yang diharapkan ke depannya bisa memberikan motivasi untuk menjalankan kehidupan masing-masing.
“Suka duka telah dilewati bersama mulai dari debut pada 2019. Kami sama-sama saling menikmati proses hingga saat ini. Kami juga berkomitmen untuk menjadi pasangan yang baik dengan memberikan dukungan satu sama lain,” ujar Yeremia.
“Untuk Yeremia sukses terus untuk karier ke depannya. Maaf jika keputusan ini merugikan buat Yeremia dan dinilai kurang baik. Saya ucapkan terima kasih untuk semua memori saat juara bareng maupun dalam kondisi sulit. Maaf jika selama berpasangan ada salah,” timpal Pramudya.