Bola.com, Jakarta - Pramudya Kusumawardana memutuskan untuk pensiun dini sebagai pebulutangkis. Lelaki berusia 23 tahun itu memilih gantung raket per Senin (18/12/2023).
Sejak menjadi bagian dari Pelatnas Cipayung pada 2018, Pramudya telah memenangkan sejumlah gelar, terutama ketika berpasangan dengan Yeremia Rambitan. Apa saja?
Advertisement
Pramudya/Yeremia tercatat pernah empat kali keluar sebagai juara sejak disatukan pada dua tahun lalu. Pertama adalah Spanyol Masters 2021. Keduanya berhasil mengalahkan sesama wakil Indonesia, Sabar Karyaman Gautama/Muhammad Reza Pahlevi 21-15, 18-21, 21-14.
Untuk kedua kalinya pada tahun yang sama, Pramudya/Yeremia kembali menjadi kampiun. Keduanya merebut Belgian International Challenge 2021 sesudah menundukkan pasangan Indonesia lainnya, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana 21-18, 21-20.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
2 Gelar Lainnya
Pramudya/Yeremia sukses bertakhta di Badminton Asia Championship (BAC) 2022 berkat membungkam ganda putra Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik 23-21, 21-10.
Prestasi terakhir Pramudya/Yeremia sebelum Pramudya mengundurkan diri dari dunia yang membesarkan namanya adalah menyabet medali emas SEA Games 2023 Kamboja.
Pramudya/Yeremia berdiri di podium tertinggi SEA Games 2023 setelah menaklukkan pasangan Thailand, Peeratchai Sukphun/Pakkapon Teeraratsakul 21-17, 21-19.
Selain menjadi juara, Pramudya juga pernah keluar sebagai runner-up ketika berpasangan dengan Yeremia di Iran Fajr International Challenge 2019 dan SEA Games 2021 Vietnam.
Advertisement
4 Alasan Pensiun
Ada empat poin yang melatarbelakangi Pramudya untuk pensiun pada usia yang masih muda, dua di antaranya karena meneruskan pendidikan di Australia dan mental yang terganggu.
"Poin pertama adalah kesehatan mental saya sedang tidak bagus. Hal ini tidak bagus untuk keseharian saya karena hal ini memiliki efek terhadap kehidupan saya sehingga saya membutuhkan istirahat," ungkap Pramudya.
"Poin kedua ialah pendidikan. Saya masih mementingkan pendidikan. Sebagian orang sudah tahu saya akan menekuni pendidikan Sports Science dan Sport Psychology. Saya ambil studi di luar karena merasa sistem di Indonesia belum mendukung untuk atlet profesional."
"Poin ketiga yakni perebutan Olimpiade, banyak hal yang harus disiapkan dan tidak selesai begitu saja. Saya rasa untuk ke sana, saya tidak punya kapabilitas atlet di Olimpiade berdasarkan progres dan statistik mengingat Indonesia punya historis yang besar di ajang tersebut."
"Poin terakhir, saya juga sebagai manusia biasa, saya punya pikiran dan impian serta target. Saya punya target kapan untuk mengambil keputusan," jelas mantan atlet kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, pada 13 Desember 2000, itu.
Menghitung dengan Matang
Pramudyatelah memiliki rencana mengundurkan diri sejak awal tahun ini. Dengan perhitungan yang matang, ia berbicara dengan pelatih mengenai masalah kesehatan mental yang berujung gantung raket.
"Keputusan yang saya ambil sangat panjang. Sempat di tengah jalan terpikir untuk langsung melanjutkan studi. Saya kemudian berbicara dengan pelatih membicarakan hal ini," kata Pramudya.
"Saya juga telah berusaha di beberapa turnamen di Japan Masters dan China Masters 2023 untuk berusaha keras agar mendapat hasil maksimal. Setelah turnamen itu kemudian keputusan saya akhirnya bulat untuk mundur.
"Saya berterima kasih kepada PBSI yang sudah merahasiakan hal ini dan Djarum yang juga memberikan kepercayaan dan dukungan buat karier bulutangkis saya. Saya ucapkan terima kasih dan doa terbaik untuk bulutangkis Indonesia," ujar Pramudya.
Advertisement