Bola.com, Jakarta - Bulan Suro merupakan bulan pertama dalam penanggalan Jawa, dan dipercayai sebagai bulan yang membawa kesialan dan karma buruk. Mitos ini telah berakar dalam budaya Jawa dan masih dipercayai oleh sebagian masyarakat hingga saat ini.
Menurut mitos yang beredar, menikah di bulan Suro dianggap tidak baik karena dianggap akan mendatangkan kesialan dalam pernikahan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini menjadikan bulan Suro sebagai bulan yang dihindari untuk melangsungkan pernikahan. Kendati tidak semua orang percaya akan mitos ini, masih banyak juga yang memilih untuk menjauhkan diri dari pernikahan di bulan Suro.
Namun, perlu diingat bahwa mitos ini bukanlah suatu kebenaran yang pasti. Dalam kehidupan nyata, keberuntungan seseorang tidak ditentukan oleh bulan atau tanggal pernikahan, tetapi lebih kepada komitmen, kerja keras, dan komunikasi dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Maka itu, dalam menilai suatu mitos, kita sebaiknya memiliki pola pikir yang rasional dan kritis, dan tidak semata-mata percaya begitu saja tanpa dasar yang kuat.
Berikut penjelasan seputar mitos larangan menikah di bulan suro, yang perlu diketahui, Jumat (2/2/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sejarah Larangan Menikah di Bulan Suro
Larangan menikah di bulan Suro merupakan sebuah tradisi yang masih dipatuhi oleh masyarakat Jawa hingga saat ini.
Sejarah larangan ini berasal dari kepercayaan yang berkembang di masyarakat Jawa bahwa bulan Suro adalah bulan yang dianggap sebagai bulan yang penuh dengan kesialan dan tidak baik untuk melakukan berbagai macam kegiatan, termasuk menikah.
Para tetua adat dan dukun berperan penting dalam menjaga tradisi larangan menikah di bulan Suro ini. Mereka memercayai bahwa melanggar larangan ini akan membawa kesialan bagi calon pengantin yang menikah di bulan tersebut.
Beberapa upacara adat juga diadakan sebagai bentuk penghormatan terhadap larangan menikah di bulan Suro, seperti selamatan dan doa bersama untuk mencegah datangnya kesialan bagi calon pengantin yang nekat melanggar larangan tersebut.
Meski zaman telah berubah dan modernisasi telah merambah, tradisi larangan menikah di bulan Suro masih tetap dijaga dan dipatuhi oleh sebagian masyarakat Jawa.
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya kepercayaan dan penghargaan terhadap tradisi leluhur yang masih dipegang teguh. Dengan demikian, larangan menikah di bulan Suro merupakan bagian tak terpisahkan dari kearifan lokal dan budaya Jawa yang patut dijaga keberadaannya.
Yuk, baca artikel mitos lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement