Bola.com, Jakarta - Geguritan merupakan satu di antara bentuk puisi lama dalam sastra Jawa yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno atau bahasa Jawa Kawi.
Geguritan menggambarkan berbagai tema seperti cinta, alam, kehidupan sehari-hari, kebijaksanaan, serta nilai-nilai moral.
Baca Juga
Advertisement
Geguritan memiliki pola yang teratur dengan banyak metafora dan perumpamaan yang mengandung makna filosofis dan pesan moral yang dalam.
Geguritan biasanya diungkapkan secara lisan dan disertai dengan irama musik tradisional Jawa seperti gamelan.
Dalam tradisi Jawa, geguritan sering digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara keagamaan, upacara adat, pernikahan, pesta rakyat, atau penyambutan tamu-tamu penting.
Di samping itu, melalui geguritan, kekayaan kebudayaan Jawa dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Itulah sedikit penjelasan tentang geguritan bahasa Jawa. Untuk lebih jelasnya, berikut ini rangkuman tentang geguritan bahasa Jawa yang menambah ilmu atau wawasan, Kamis (22/2/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ciri Khas Geguritan Bahasa Jawa
1. Bahasa Jawa Kawi
Geguritan ditulis dalam bahasa Jawa Kawi, yang merupakan bentuk bahasa Jawa klasik.
Bahasa ini memiliki kosakata, tata bahasa, dan ejaan yang berbeda dari bahasa Jawa modern.
2. Metrum dan Rima
Geguritan mengikuti pola metrum (jumlah suku kata dalam setiap baris) dan rima (persamaan bunyi akhiran kata) tertentu.
Pola metrum dan rima ini menciptakan irama yang khas dalam puisi geguritan.
3. Penggunaan Tema Tradisional
Geguritan sering mengangkat tema-tema tradisional seperti mitologi Hindu, cerita epik Ramayana dan Mahabharata, agama, cinta, dan kebijaksanaan.
Puisi ini sering digunakan untuk menyampaikan pesan budaya, moral, dan agama.
4. Kreativitas dalam Bahasa
Kendati mengikuti aturan tertentu, geguritan memberikan ruang bagi penyair untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam penggunaan bahasa, perumpamaan, dan gaya bahasa.
5. Peran dalam Budaya Jawa
Geguritan memiliki peran penting dalam budaya Jawa. Sastra ini digunakan dalam upacara adat, perayaan agama, serta sebagai bentuk ekspresi budaya dan identitas Jawa.
6. Warisan Sastra Klasik
Geguritan adalah satu di antara bentuk warisan sastra klasik Jawa yang masih dihargai dan dipelajari hingga saat ini, meski penggunaannya mungkin tidak seumum dulu.
Advertisement
Jenis Geguritan Bahasa Jawa
1. Geguritan Gagrak Lawas
Geguritan gagrak lawas merupakan puisi Jawa yang masih terikat pembuatannya dengan aturan sastra Jawa lama, seperti kidung dan tembang.
Hal ini terlihat pada tembang macapat, tembang gedhe, serta tembang tengahan.
2. Geguritan Gagrak Anyar
Geguritan gagrak anyar ialah puisi Jawa yang sudah tidak lagi terikat aturan baku layaknya sastra Jawa lama.
Struktur dan pemakaian bahasanya bebas, serta kadang disisipkan kata-kata selain bahasa jawa.
Isi geguritan banyak bersumber dari perasaan yang dituliskan dengan pilihan kata puitis.
Struktur Geguritan
A. Struktur Fisik Geguritan
Struktur fisik merupakan unsur yang terlihat pada susunan kata di geguritan. Perincian struktur ini mencakup diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi.
B. Struktur Batin Geguritan
Jenis struktur geguritan yang kedua adalah struktur batin. Struktur geguritan ini bermakna sebagai unsur pembangun dan tidak tampak langsung pada penulisan kata di puisi Jawa. Struktur batin terdiri dari tema, nada, perasaan, dan amanat.
Advertisement
Unsur-Unsur Geguritan
1. Tema
Tema merupakan unsur terpenting dari geguritan. Tema disebut juga dengan ide pokok yang diberikan penulis atau pembuat untuk pembacanya. Tema berfungsi untuk memengaruhi isi geguritan.
2. Diksi
Diksi atau pilihan kata yang ada dalam sebuah geguritan. Diksi dalam geguritan harus menggunakan bahasa yang bagus.
Diksi juga digunakan untuk menyampaikan ide agar bisa diterima oleh pembacanya. Selain itu, diksi juga menjadi penting karena aturan "guru wilangan", "guru lagu", dan "guru gatra".
Guru wilangan adalah banyaknya suku kata pada setiap barisnya. Guru lagu adalah persamaan bunyi sajak pada akhir kata pada setiap baris. Sedangkan, guru gatra dalah jumlah baris pada satu bait.
3. Gaya Bahasa
Gaya bahasa akan memengaruhi keindahan geguritan. Agar geguritan lebih mudah dipahami oleh pembacanya maka perlu menggunakan gaya bahasa yang tepat.
4. Imajinasi atau Citraan
Imajinasi atau citraan berfungsi untuk memberikan gambaran yang nantinya dapat diraba oleh indra.
Imajinasi atau citraan ini juga berfungsi membuat ide yang akan disampaikan seolah hadir nyata untuk pembacanya.
Unsur-Unsur Geguritan
5. Latar
Unsur latar dibedakan dalam beberapa jenis seperti menjelaskan lokasi kejadian, waktu kejadian dan menjelaskan suasana.
Ketiga jenis latar ini dipakai dalam pembuatan geguritan.
6. Amanat
Geguritan digunakan untuk menyampaikan sebuah amanat atau pesan sehingga perlu adanya unsur amat dalam pembuatan geguritan.
7. Rima
Rima adalah bentuk pengulangan bunyi awal, tengah, dan akhir. Rima berfungsi untuk membantu pembaca menemukan irama dalam geguritan.
8. Enjembemen
Enjembemen adalah pemotongan kalimat, kata, atau frase yang diakhiri dengan lirik. Enjembemen memiliki tujuan untuk memberikan penekanan di kata tertentu dan menghubungkan ke bagian selanjutnya.
9. Perasaan
Perasaan adalah unsur penting yang harus dimasukkan ke dalam geguritan.
Unsur ini merupakan sikap yang dimiliki penulis atau pembuat supaya dapat memberikan penekanan, seperti senang, konsisten, kecewa, sedih, dan sebagainya.
Â
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement