Sukses


Asal-Usul Nyepi yang Perlu Dipahami

Bola.com, Jakarta - Nyepi merupakan hari raya yang diperingati oleh umat Hindu di Pulau Bali dan beberapa daerah lain di Indonesia. Hari raya ini memiliki karakteristik unik, yaitu diam total.

Dalam bahasa Sanskerta, "nyepi" bermakna sepi atau tenang. Nyepi merupakan momen bagi umat Hindu untuk merenung dan memurnikan diri sehingga diharapkan mampu memperoleh keselarasan antara alam semesta, manusia, dan Tuhan.

Pada hari Nyepi, umat Hindu dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengganggu ketenteraman dan kenyamanan diri maupun orang lain, seperti tidak boleh berkendaraan, bepergian, menyalakan lampu, bekerja, atau menghibur diri dengan hiburan yang berisik.

Masyarakat umum juga diminta untuk menghormati tradisi tersebut dengan menjaga ketenangan dan mengurangi kegiatan yang berisik.

Nyepi diawali dengan upacara pengulonan atau melarung dengan melemparkan patung ogoh-ogoh yang melambangkan kejahatan ke dalam laut. Setelah itu, Nyepi berlangsung selama 24 jam penuh, dimulai saat matahari terbenam hingga terbit pada hari berikutnya.

Selama Nyepi, masyarakat diminta untuk tinggal di dalam rumah, berpuasa, dan melakukan meditasi serta memantau pikiran dan perasaan agar mencapai keadaan suci dan batin yang lebih baik.

Nilai yang terkandung dalam perayaan Nyepi adalah keseimbangan dan introspeksi diri. Dengan menghormati tradisi ini, diharapkan masyarakat, terutama umat Hindu, dapat lebih intropektif dan menjaga keseimbangan hidup.

Nyepi juga menjadi kesempatan bagi seluruh umat manusia untuk merenungkan makna kehidupan dan menjaga harmoni dengan sekitarnya.

Agar lebih paham lagi, berikut penjelasan lebih lanjut tentang asal-usul nyepi, Sabtu (9/3/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Asal-usul Nyepi

Nyepi merupakan perayaan yang dilakukan oleh umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali. Asal-usul dari perayaan ini berasal dari kepercayaan dan kebudayaan Hindu yang sudah ada sejak zaman kuno.

Nyepi dilaksanakan setiap tahun pada tanggal Caka 1 pada penanggalan Hindu atau setara dengan bulan Maret pada penanggalan masehi.

Asal-usul Nyepi berawal dari cerita tentang Dewa Siwa yang sedang menjalankan puasa dan meditasi di pegunungan Himalaya. Di sana, Dewa Siwa berada dalam keadaan tenang dan penuh kedamaian.

Untuk menghormati keadaan tersebut, umat Hindu di Indonesia kemudian membiasakan tradisi untuk merenung dan menjaga ketenangan selama 24 jam.

Hal ini dilakukan dengan cara menyepi dari kegiatan sehari-hari, termasuk berdiam diri di rumah, tidak diperbolehkan menggunakan listrik, tidak boleh makan, minum, atau melakukan aktivitas yang berisik.

Selain itu, tradisi Nyepi diwarnai upacara-ucapara yang melibatkan masyarakat Hindu. Satu di antara upacara yang terkenal adalah ogoh-ogoh, di mana patung raksasa yang terbuat dari anyaman bambu dan kertas dikerjakan dengan penuh ketelitian.

Patung ini kemudian diarak keliling desa sebelum akhirnya dibakar sebagai simbol pembersihan diri dari segala dosa dan kesalahan yang dilakukan sepanjang tahun.

3 dari 3 halaman

Mitos atau Cerita yang Melatar Belakangi Perayaan Nyepi

Perayaan Nyepi merupakan perayaan yang sangat khas dan unik, khususnya di Bali. Nyepi adalah hari raya yang ditandai dengan diamnya semua kegiatan dan aktivitas di Bali selama satu hari penuh. Di balik perayaan ini, terdapat mitos atau cerita yang menjadi latar belakang perayaan Nyepi.

Satu di antara cerita yang melatarbelakangi perayaan Nyepi adalah cerita tentang Ida Sang Hyang Widhi, dewa pencipta alam semesta. Dalam cerita ini, terdapat upaya apresiasi dan penghormatan terhadap Ida Sang Hyang Widhi, yang merupakan pencipta segala sesuatu di alam semesta.

Dengan diamnya semua aktivitas selama Nyepi, diharapkan masyarakat bisa mencapai kesucian dan kedamaian dalam menyambut tahun baru Saka.

Ada juga cerita tentang raja Bali, Ida I Dewa Agung Jambe. Dalam cerita ini, Ida I Dewa Agung Jambe mengalami permasalahan dengan abdi dalem (pengawal kerajaan) yang berselisih paham dan memicu konflik di kerajaan.

Agar konflik tersebut bisa diselesaikan dengan damai, Ida I Dewa Agung Jambe memutuskan untuk memerintahkan semua aktivitas di Bali berhenti dan dijalankan dengan ketertiban dan kedamaian selama satu hari penuh.

 

Sumber: Berbagai sumber

Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer