Bola.com, Jakarta - Puisi diafan dapat diartikan puisi polos atau kurang dalam menggunakan pengimajian, kata kiasan, dan bahasa figuran.
Puisi diafan dikenal dengan istilah puisi transparan, yang mengandung arti jernih atau bening. Jadi, puisi diafan adalah puisi yang mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya terbuka.
Baca Juga
Advertisement
Dalam penulisan puisi diafan, terdapat kata-kata atau bahasa sehari-hari yang bisa dengan mudah dipahami. Puisi diafan juga dapat ditulis dengan mendeskripsikan sebuah bentuk di sekitar penulis.
Hal ini berarti, puisi diafan adalah puisi yang mudah dilihat maknanya dan mudah dipahami isinya karena hampir semua kata yang digunakan mudah dicerna.
Penulis puisi jenis ini tidak menggunakan lambang maupun kiasan untuk mengungkapkan maksudnya.
Puisi diafan umumnya ditulis oleh orang dewasa dan diperuntukkan bagi anak-anak. Namun, kini mulai banyak anak yang belajar menulis puisi diafan.
Agar lebih mudah memahaminya, berikut lima contoh puisi diafan yang bisa dijadikan referensi belajar, Kamis (21/3/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Keluarga
Katanya, keluarga adalah tempat kau merasa nyaman
Di dalamnya kau akan merasakan yang namanya kebersamaan
Keluarga adalah tempat pulang setelah perjuangan
Namun nyatanya, tak semua orang dapat merasakan
Terkadang, keluarga hanyalah bentuk imajinasi
Beberapa orang iri dengan kisah harmonis di televisi
Sebab, meski telah memohon berkali-kali
Hadirnya keluarga hanya hanyalah sebuah mimpi
Keluarga ialah sekumpulan orang yang akan menyemangatimu
Keluarga adalah anugerah cerah walau di hari yang kelabu
Mereka selalu ada untukmu
Meski di malam minggu atau di malam Rabu
Jadi, jika masih ada keluarga di sampingmu
Kau harus terus syukuri itu
Meski kadang kau bertengkar dan beradu mulut
Pada akhirnya, hanya mereka yang selalu menerimamu.
Advertisement
Aku, Si Sungai
Aku adalah sungai
Yang mengalir dari gunung ke lautan luas
Airku yang jernih
Berasal dari mata air nun jauh di gunung
Di sepanjang perjalanan
Ku ditemani oleh ikan-ikan
Oleh beragam hewan
Yang melepaskan dahaga dengan airku
Airku yang jernih dan segar
Namun
Sesampai di kota
Manusia memberiku sampah
Air Jernihku menjadi cokelat, kotor, dan bau
Airku yang jernih tercemar sudah
Teman-temanku, ikan-ikan turut menderita
Semua karena ulah manusia
Adakah yang patut kuperbuat?
Adakah yang dapat kau perbuat kawan?
Agar airku jernih dan segar kembali
Tolonglah aku.
Merindu Dirimu
Sudah lama sekali aku tak melihat paras indahmu
Sudah lama sekali aku tak mendengar omelan manismu
Jadi, bagaimana bisa aku tidak merindu?
Sosokmu terngiang-ngiang dalam pikiranku
Namun, kini kau justru buat kisah kita jadi kenangan
Kau buat aku merasa kehilangan
Kala itu kau datang padaku, kau beri aku sebuah undangan
Di sana tertulis namamu dan seorang pria
Rupanya kau akan menikahi lelaki lain
Rasanya aku tak bisa berkata apa-apa lagi
Rasanya aku ingin langsung mengusirmu pergi
Karena tak kusangka kau bisa melukai hati sedalam ini
Masih kuingat obrolan kita di malam sabtu tahun lalu
Katamu tak sabar ingin menjalin rumah tangga denganku
Namun, rupanya kita tak boleh terburu-buru
Sebab, takdir hanya Tuhan yang tahu.
Advertisement
Alamku Nan Asri
Oh, sungguh indahnya alam di negeriku ini
Pemandangannya cantik, tak dapat tergambarkan
Aku yakin Tuhan sedang bersukahati saat menciptakan negeriku ini
Oh, alamku yang cantik
Aku ingin memelihara keindahanmu sampai aku besar nanti
Agar anak cucuku dapat mengetahui
Betapa indah dan asrinya alam di negeriku ini.
Bumiku Mulai Tua
Hatiku rapuh melihat banyak orang terbunuh
Mereka mati karena guncangan bumi yang bergemuruh
Mereka mati karena air yang menyambar rumahnya hingga runtuh
Bumiku mulai lusuh, mungkin dia juga sering mengeluh
Padahal, kebenarannya manusia celaka karena dirinya sendiri
Pepohonan yang memayunginya dari matahari ia tebang sampai habis
Udara bersih yang menghidupinya ia asapi tiap hari
Seakan-akan tangannya gatal jika sebentar saja tak usil pada bumi
Mereka seperti buta, padahal akibatnya di depan mata
Mungkin mereka merasa tak cukup kaya
Namun mau sampai mana ia akan terus berulah?
Kapankah mereka akan berubah?
Apakah manusia pada dasarnya memang selalu serakah?
Mereka seperti tak ingin menyisakan apapun untuk anak cucunya
Padahal bumi ini awalnya indah dan megah
Kini bumi justru menjadi gunungan sampah.
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement