Bola.com, Jakarta - Puisi prismatis merupakan satu di antara jenis karya sastra yang digunakan untuk menyampaikan isi hati penyair.
Puisi prismatis adalah puisi yang mengandung unsur-unsur pembangun secara apik, baik dari segi ketepatan penggunaan diksi, kata konkret, imaji maupun penggunaan majas atau gaya bahasa melalui ekspresi yang tidak langsung.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, puisi prismatis disebut sebagai puisi yang sulit dipahami karena penggunaan kata konotatif, citraan, dan kiasan sehingga makna yang dikandungnya bersifat multi interpretable atau memiliki banyak makna.
Bahkan, beberapa berpendapat mengatakan puisi prismatis tidak menggunakan bahasa sehari-hari.
Dengan keunikan dan kekhasannya, puisi prismatis menjadi satu di antara bentuk puisi yang menarik untuk dieksplorasi.
Nah, agar lebih mudah memahaminya, berikut lima contoh puisi prismatis yang bisa dijadikan referensi belajar, Kamis (21/3/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tanah Air Mata
Tanah air mata tanah tumpah dukaku
Mata air airmata kami
Airmata tanah air kami
Â
Di sinilah kami berdiri
Menyanyikan airmata kami
Â
Di balik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Di balik etalase megah gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami
Â
Kami coba simpan nestapa
Kami coba kuburkan duka lara
Namun perih tak bisa sembunyi
Ia merebak kemana-mana
Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan bisa menyingkir
Â
Ke manapun melangkah
Kalian pijak airmata kami
Ke manapun terbang
Kalian kan hinggap di air mata kami
Ke manapun berlayar
Kalian arungi airmata kami
Kalian sudah terkepung
Takkan bisa mengelak
Takkan bisa ke mana pergi
Menyerahlah pada kedalaman air mata.
Advertisement
Guru, Pelita Bangsa
Papan tulis bagai kanvas putih
Rangkaian kata terukir indah
Â
Ilmu bagaikan pelita di malam kelam
Â
Sinarnya menerangi jalan yang terjal
Maestro di balik melodi pengetahuan
Â
Akselerator tak kenal lelah
Â
Tanganmu mengukir masa depan
Idealismemu mewarnai dunia
Â
Seperti mentari pagi yang menyapa
Menerangi jiwa yang masih belia
Â
Apa pun rintangan yang kau hadapi
Â
Tak pernah surut semangatmu mengajar
Ibarat samudra luas ilmu pengetahuan
Ajarmu bagai gelombang yang menari
Â
Nasihatmu bagai mutiara yang berkilau
Di dalam hati kami tersimpan rapi
Â
Apa pun balasan tak sepadan dengan jasamu
Jasa yang tak ternilai harganya
Â
Akan selalu kami kenang dan hormati
Seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Sajak Putih
Beribu saat dalam kenanganÂ
Surut perlahanÂ
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduhÂ
Sewaktu etik pun jauhÂ
Kita dengar bumi yang tua dalam setiaÂ
Kasih tanpa suaraÂ
Sewaktu bayang-bayang kita memanjangÂ
Mengaburkan batas ruangÂ
Kita pun bisu tersekat dalam pesonaÂ
Sewaktu ia memanggil-manggilÂ
Sewaktu kata membuat kita begitu terpencilÂ
Di luar cuaca.
Advertisement
Puisi Hitam
Di punggung tanah kelam
Angin terbang membedah lembah
Membawa getir lahang berlaru darah
Pupuslah mayang
Bunyi saronen
Suara sedih penghuni
Â
Jalan melas jalan ke kota
Putus di tengah
Langit luas melingkung dunia
Terengah
Â
Sejumlah warna merebah ke bawah tanah
Dan tanah lekah
Menganga
Ada nyawa-nyawa yang dipanggilnya
Â
Kemerdekaan milik siapa?
Milik sebagian atau semua?
Bila warna nurani luntur
Bintang-bintang pun segera gugur
Orang di dusun tinggal bertanya
Kapan kiamat tiba?
Laju Aksara Timah
Abad ke tujuh
Patung timah menyeru
Sang datuk keliru
Terburu menyumpah lanun
Â
Dalam perut bumi
Aku mengais jejak timah
Begitu suruhmu
Hingga buntung kakiku
Â
Dunia terus beradu
Tak tahu malu
Mengayak butir timah
Sendiri dalam kilah buru
Â
AC hidup memberi sejuk
Ia duduk mengatur
Matahari merajuk
Kami tak tahu mundur.
Â
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement