Sukses


Apa Itu Penyakit Parkinson? Ketahui Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mencegahnya

Bola.com, Jakarta - Parkinson adalah penyakit pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan.

Parkinson merupakan penyakit degeneratif, artinya gejalanya akan makin memburuk seiring berjalannya waktu.

Parkinson kebanyakan diidap oleh orang usia 50 tahun ke atas, dan lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Parkinson menimbulkan beragam keluhan, seperti tremor, kaku otot, hingga gangguan koordinasi.

Itulah sedikit penjelasan tentang apa itu parkinson. Berikut ini rangkuman tentang Parkinson yang menambah ilmu atau wawasan, Senin (15/4/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Penyebab Penyakit Parkinson

Hingga saat ini para ahli belum mengetahui penyebab Parkinson yang paling utama. Namun, ada beberapa faktor utama yang mendasari seseorang bisa terjangkit: 

  • Gen

Para peneliti telah mengidentifikasi mutasi genetik spesifik yang dapat menyebabkan penyakit.

  • Lingkungan

Faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko penyakit di kemudian hari, tetapi risikonya relatif kecil.

Para peneliti juga mencatat, ada perubahan yang terjadi pada otak pengidap. Satu di antaranya, gumpalan dalam otak yang tak bisa sel pecah.

3 dari 5 halaman

Gejala Penyakit Parkinson

Parkinson ditandai dengan gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh.

Ada beberapa gejala Parkinson yang umum terjadi dan dapat diingat sebagai akronim TRAP, yaitu:

  • Tremor

Gerakan bergetar yang dapat muncul di tangan, wajah, dagu, kaki, atau perut. Gerakan ini bisa dicirikan seperti gerakan menggulung pil (pill rolling) dan sering kali tidak dapat dilihat dengan kasat mata.

  • Rigiditas

Pengidap Parkinson menjadi lebih kaku dan tidak dapat menggerakan sendi dengan leluasa. Misalnya sulit menekuk tangan, sulit berbicara, juga sulit membuka tangan, mulut, dan mata.

  • Akinesia atau Bradikinesia

Gerakan melambat pada pengidap Parkinson pada umumnya terlihat dari gerakan kedipan mata. Normalnya kedipan mata berlangsung 12–20 kali per menit, tetapi pengidap Parkinson hanya berkedip 5–6 kali per menit.

Selain dari kedipan mata, gerakan melambat juga bisa dilihat dari gerakan kaki saat berjalan.

  • Postural Instability

Pengidap Parkinson sering mengalami kesulitan mempertahankan posisi tubuh stabil seperti mudah jatuh, miring, sulit berdiri, dan sulit duduk.

Pada kasus Parkinson yang memasuki stadium lanjut, pengidap akan mengalami "cachexia", di mana pengidap sudah tidak dapat lagi menggerakan tangan dan kakinya, bahkan menggerakan mulut untuk makan sehingga hidupnya harus bergantung pada keluarga atau "caregiver".

4 dari 5 halaman

Faktor Risiko Penyakit Parkinson

Faktor risiko Parkinson meliputi:

  • Usia

Orang berusia 50 tahun ke atas berisiko mengalaminya.

  • Keturunan

Orang tua atau saudara yang punya riwayat Parkinson berpotensi menurunkannya.

  • Seks

Pria berpotensi menularkan Parkinson ketimbang wanita saat berhubungan intim.

  • Paparan Racun

Para ahli berkeyakinan kalau paparan racun senyawa non-pestisida, seperti organohalogen dan logam adalah satu di antara faktor risiko penyakit ini.

5 dari 5 halaman

Cara Mencegah Parkinson

Pencegahan penyakit Parkinson sebenarnya dapat dimulai sejak dini. Berikut adalah beberapa cara mencegah penyakit Parkinson yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  • Gaya Hidup Sehat

Merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko Parkinson. Oleh karena itu, berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol adalah langkah pertama yang penting.

Selain itu, mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga dapat membantu mengurangi risiko Parkinson.

  •  Olahraga Teratur

Aktivitas fisik yang teratur meningkatkan aliran darah ke otak, membantu menjaga berat badan yang sehat, dan mengurangi risiko obesitas.

Jenis olahraga aerobik seperti berjalan cepat, berlari, atau bersepeda dapat menjadi pilihan yang baik.

Selain itu, latihan kekuatan dan fleksibilitas penting untuk menjaga kondisi fisik secara keseluruhan.

  • Makanan Sehat

Pilihan makanan sehari-hari dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan otak. Konsumsi makanan yang kaya antioksidan seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian dapat membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan.

Diet rendah lemak jenuh dan tinggi serat juga direkomendasikan untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, yang secara positif memengaruhi kesehatan otak.

 

Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer